IHSG – Kalau Tak Siap Risiko, Jangan Tinggal di Pinggir Pantai

Ada yang bilang, “$GGRM dan $ASII itu saham bagus, tapi kok bisa nyangkut juga?”
Jawabannya sederhana: saham bagus bukan tiket instan menuju surga keuntungan. Banyak yang masuk dengan niat investasi jangka panjang, tapi hatinya dag-dig-dug kayak trader yang minum kopi tiga gelas. Panik karena takut ketinggalan, atau lebih parah… karena butuh cuan buat bayar cicilan. Ya jelas, akhirnya malah nyangkut, lalu menyalahkan nasib, algoritma, bahkan mantan.

Saham itu seperti sawah: ditanam, disirami, dan ditunggu musim panen yang tepat. Tapi kalau datang pas paceklik lalu maksa panen, yang keluar cuma Jerami, atau lebih apes lagi “rumput tetangga”. Ladang sehebat apa pun tak akan berbuah lebat kalau petaninya tak sabar, tak siap menghadapi cuaca, dan terlalu sibuk update story tentang "financial freedom". Hukum alam mengajarkan: kesabaran adalah energi yang mengubah benih jadi hasil, bukan sekadar wishlist akhir tahun.

Sebagus apa pun sahamnya, kalau kita tak siap melangkah pelan, tenang, dan bertahan sabar, ya tetap bisa boncos juga. Bukan karena perusahaannya buruk, tapi karena ekspektasi kita yang pingin kaya dalam semalam, bahkan lebih cepat dari durasi mie instan. Warren Buffett pernah bilang, “The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient.” Dan kita tahu, sabar memang pahit… tapi seringkali lebih manis dari janji promo di tanggal kembar.

ASII memang turun dari harga tertingginya, tapi coba tengok arus kasnya, dividen tahunannya, dan posisinya di industri otomotif. Selama satu dekade, akumulasi dividennya sudah membantu menurunkan signifikan risiko memilikinya. Sedangkan GGRM dan $HMSP, itu lain cerita…. Ibarat dua pemain senior yang dulu rajin cetak gol, tapi kini ngos-ngosan kejar tren. Model bisnisnya mulai menua, tapi banyak investor tetap menggenggamnya… mungkin karena terlalu sayang, atau karena berharap keajaiban seperti sinetron jam prime time.

Investasi itu mirip beternak kambing. Tidak semua akan sehat, gemuk, dan siap dijual pas Idul Adha. Ada yang nyolong makan tetangga, ada yang kabur ke semak, bahkan ada yang... mati kepleset ember. Tapi bukan berarti kita harus berhenti beternak. Yang salah itu bukan kambingnya, tapi kalau kita piara 100 ekor tanpa tahu beda antara rumput dan plastik, lalu protes ke langit pas bangkrut.

Kalau tak siap menghadapi risiko, jangan tinggal di pinggir pantai. Karena ombak bisa datang kapan saja , dan bukan hanya kapal yang karam, tapi juga mimpi yang dihantam. Jadi bukan saham bagus yang bikin rugi, tapi ekspektasi yang bikin lupa diri… dan ketidaktegasan melepas portofolio yang kini sudah tak layak dimiliki. Maka bila ombak datang, pastikan kamu bukan sedang tidur di kursi pantai, tapi sudah siap dayung dan pelampung, dilengkapi dengan rencana selamat sampai daratan.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy