imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Nawar?

Dalam dunia saham, Order Book adalah cermin psikologi pasar yang paling jujur. Banyak trader pemula sering terkecoh ketika melihat antrean tebal di sisi bid (penawaran beli) dan mengira itu sebagai pertanda kuat bahwa harga akan naik. Namun kenyataannya, bid tebal belum tentu berarti saham akan naik, bahkan sering terjadi justru saham tersebut dalam kondisi downtrend. Lalu, mengapa bisa begitu?

Saat market sedang dalam tekanan atau tren turun, para pelaku pasar cenderung tidak berani membeli di harga tinggi. Mereka memilih untuk “nawar di bawah” — memasang bid jauh di bawah harga terakhir. Akibatnya, terbentuklah antrean bid yang tebal, bukan karena optimisme naik, tapi justru karena ketakutan akan penurunan lebih lanjut. Fenomena ini menggambarkan bahwa meski minat beli besar, tapi kepercayaan diri pasar sedang rendah, dan itu selaras dengan arah teknikal yang memang menurun.

Bid tebal juga bisa menjadi refleksi dari sikap menunggu. Banyak trader ingin masuk pasar, tapi hanya jika harga menyentuh titik-titik aman tertentu, misalnya di support kuat. Namun karena tren turun belum selesai, harga tidak selalu sampai ke sana, atau bahkan menembus lebih dalam. Inilah kenapa meskipun ada banyak antrean beli, harga tetap turun mengikuti arah teknikal. Pasar selalu bergerak mengikuti tekanan nyata, bukan harapan di antrean.

Oleh karena itu, memahami order book butuh konteks. Jangan hanya melihat jumlah lot pada bid atau offer, tapi gabungkan juga dengan volume, frekuensi, tren harga, dan posisi terhadap indikator teknikal penting seperti moving average. Order book bukan ramalan, tapi alat bantu untuk membaca niat pasar. Dan dalam pasar yang lesu, bid tebal lebih sering mencerminkan kekhawatiran, bukan kekuatan.

$PNLF $PNBN $PNIN

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy