Realitas Kerugian di Saham: Makin Dalam, Makin Susah Balik

Tabel digambar menunjukkan berapa keuntungan yang dibutuhkan untuk balik modal jika saham mengalami kerugian. Rumusnya sederhana:

Keuntungan yang Dibutuhkan (%) = (Kerugian % / (100 - Kerugian %)) × 100
Contoh: Jika rugi 10%, keuntungan yang dibutuhkan = (10 / (100 - 10)) × 100 = (10 / 90) × 100 = 11,11%.
Jika saham turun 10%, diperlukan kenaikan 11,11% untuk balik modal. Masih cukup mudah. Namun, jika rugi 50%, dibutuhkan keuntungan 100%—artinya saham harus naik 2 kali lipat dari posisi terendah. Jika rugi 90%, butuh 900%—praktis sangat sulit.

Mengapa Cut Loss Penting?
Cut loss adalah seperti tombol darurat di porto. Jika saham turun terlalu dalam, lebih baik jual dulu agar kerugian tidak bertambah besar. Bayangkan, jika saham turun 50%, lalu terus ditahan hingga turun jadi 80%, dibutuhkan keuntungan 400% untuk balik modal—itu sangat sulit! Dengan cut loss, kerugian dapat dibatasi, mental tetap terjaga, dan dana bisa dialihkan untuk peluang saham lain yang lebih baik.

Hati-Hati, Jangan Terlalu Sering Cut Loss!
Meskipun cut loss penting, jika dilakukan terlalu sering, porto akan sulit berkembang. Bayangkan, setiap saham turun 5% langsung dijual, padahal itu mungkin hanya koreksi sementara. Hal ini bisa menyebabkan kerugian terus-menerus, dan porto tidak pernah naik karena saham tidak diberi kesempatan untuk rebound. Oleh karena itu, cut loss harus dilakukan dengan bijak, bukan hanya karena porto merah sedikit.

Cara Melakukan Cut Loss dengan Bijak
Berikut langkah-langkah cut loss yang seimbang:
1. Tetapkan Batas Toleransi: Sebelum membeli saham, tentukan batas kerugian, misalnya 7–15%. Jika saham turun ke batas tersebut, segera jual. Contoh: Beli saham INDF Rp6.500, batas rugi 10%, stop loss di Rp5.850.
2. Sesuaikan Volatilitas: Saham yang pergerakannya besar membutuhkan batas lebih longgar. Blue chip seperti INDF cukup 7–10%, second liner seperti JPFA mungkin 10–15%.
3. Gunakan Analisis Teknikal: Perhatikan level support. Jika saham tembus support, itu tanda bakal turun lebih dalam. Contoh: JPFA support di Rp1.900, jika tembus, segera cut loss.
4. Hindari Emosi: Jangan berpikir “Nanti pasti balik” jika sudah tembus batas. Pasar tidak peduli dengan harapan, jadi disiplin lebih penting.
5. Periksa Fundamental: Jika fundamental saham berubah, seperti laba turun drastis atau ada berita buruk, jual meskipun belum tembus batas teknikal. Contoh: ADRO laba turun 30% karena harga batu bara anjlok, sebaiknya jual cepat.
6. Beri Ruang untuk Koreksi: Jika saham turun sedikit, misalnya 5%, tapi fundamental dan teknikal masih bagus, pertimbangkan untuk menahan, karena itu mungkin hanya koreksi pasar biasa.

Average Down: Alternatif untuk Pertumbuhan Porto
Cut loss berarti jual rugi, tapi average down adalah strategi beli lagi saat harga turun agar rata-rata harga beli lebih rendah. Strategi ini bisa membantu porto tetap berkembang, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati.

Saran untuk average down:
1. Fundamental Masih Kuat: Pastikan saham masih punya fundamental bagus, seperti laba stabil, utang kecil, dan prospek cerah. Contoh: INDF turun dari Rp6.500 ke Rp6.000, tapi laba Q1 2025 masih naik, cocok untuk average down.
2. Harga Dekat Support Kuat: Beli lagi di level support yang teruji. Contoh: UNVR support di Rp2.500, jika turun ke level itu, pertimbangkan beli tambahan.
3. Bagi Porsi Beli: Jangan beli sekaligus banyak. Bagi dalam 2–3 tahap, misalnya beli 30% di Rp6.000, 30% lagi di Rp5.900, sisanya jika turun lebih rendah.
4. Hindari Jika Fundamental Buruk: Jika saham turun karena fundamental jelek, seperti rugi besar atau utang menumpuk, lebih baik cut loss. Contoh: Jika GOTO terus rugi dan turun 20%, jangan average down, sebaiknya jual.

Cut Loss vs Average Down: Kapan Memilih Mana?
1. Cut Loss: Pilih jika saham turun melewati batas toleransi (misalnya 10–15%) atau fundamentalnya memburuk. Contoh: JPFA turun dari Rp2.050 ke Rp1.800, tembus support Rp1.900, sebaiknya cut loss.
2. Average Down: Pilih jika saham turun tapi fundamentalnya masih bagus dan harganya dekat support. Contoh: UNVR turun ke Rp2.400, tapi laba masih stabil, bisa average down.
Gunakan Screener AVU AVD dari screener @Stockbit

Tips Praktis Agar Porto Aman dan Berkembang
1. Diversifikasi: Jangan taruh semua dana di satu saham. Jika porto hanya terdiri dari satu saham, saat turun 50%, porto langsung anjlok. Bagi ke 5–7 saham dari sektor berbeda untuk keamanan.
2. Gunakan Trailing Stop: Jika saham sudah naik, atur trailing stop untuk mengunci keuntungan. Contoh: JPFA naik dari Rp2.050 ke Rp2.500, atur trailing stop 10% di Rp2.250.
3. Pantau Berita: Jika ada berita buruk, seperti suku bunga naik atau harga komoditas anjlok, pertimbangkan cut loss lebih cepat.
4. Perhatikan Tabel: Batasi kerugian di 10–20%, karena jika lebih dari itu, balik modal akan sangat sulit.
5. Jangan Panik: Jika saham turun sedikit, misalnya 5%, tapi fundamental dan teknikal masih bagus, pertimbangkan untuk menahan, karena itu mungkin hanya koreksi biasa.

Ingat
Kerugian di saham tidak sebanding dengan keuntungan yang diperlukan untuk balik modal. Rugi 10% butuh 11,11%, rugi 20% butuh 25%, dan rugi 50% butuh 100%! Jangan biarkan porto turun terlalu dalam, tapi juga jangan terlalu sering cut loss, karena porto bisa sulit berkembang. Cut loss penting jika saham turun melewati batas toleransi atau fundamental memburuk, tapi lakukan dengan bijak: tetapkan batas dari awal, sesuaikan volatilitas, gunakan analisis teknikal, hindari emosi, dan periksa fundamental. Jika fundamental masih bagus, average down bisa menjadi opsi, tapi bagi porsi beli agar aman. Dengan strategi ini, porto akan lebih terjaga dan tetap punya peluang untuk tumbuh.

Ada saham yang lagi bikin pusing? Share di kolom komentar, mari dibahas bareng! 😊

@illusix | Stockbit RLACommunity | 2 Juni 2025, 16:08 WIB

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy