Kuasi Reorganisasi $BUMI: Jalan Menuju Dividen atau Sekadar Manuver Untuk Mendapatkan Hutang, REPO, atau Right Issue?

Opini

Kuasi reorganisasi adalah langkah akuntansi yang dipakai emiten untuk menghapus defisit saldo laba tanpa harus menunggu laba operasional terkumpul bertahun-tahun. Caranya adalah menggunakan agio saham yakni selisih antara harga penerbitan saham dengan nilai nominalnya sebagai penutup defisit di saldo laba. Kalau berhasil, perusahaan bisa kembali terlihat sehat dan sah secara hukum untuk membagikan dividen.

Salah satu kasus yang paling menarik saat ini adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Per kuartal I 2025, BUMI mencatat defisit saldo laba sebesar USD 2,26 miliar. Tapi menariknya, tambahan modal disetor alias agio saham sudah mencapai USD 2,05 miliar. Artinya secara teknis, BUMI tinggal butuh sekitar USD 210 juta lagi untuk bisa menutup defisit itu sepenuhnya dan membuka pintu bagi kemungkinan dividen pertama setelah sekian lama.

Kalau manajemen bisa menahan laju pengeluaran dan menjaga laba tetap positif dalam 1 sampai 2 tahun ke depan, skema kuasi bisa jadi kenyataan. Dan kalau itu terjadi, potensi pembagian dividen bisa benar-benar terbuka. Tentu saja ini menjadi angin segar, apalagi bagi pemegang saham utama macam Salim Group.

Namun, realitanya tidak sesederhana itu. Pendapatan BUMI memang tumbuh 12 persen year on year dari USD 311 juta menjadi USD 348 juta di Q1 2025, tapi beban usaha juga melonjak drastis lebih dari dua kali lipat ke USD 23,3 juta. Kenaikan terbesar datang dari biaya pemasaran, gaji, dan jasa profesional. Beban yang tidak kecil untuk perusahaan yang sedang merapikan ekuitas.

Yang membuat kondisi makin menarik, laba bersih tahun lalu sangat terbantu oleh faktor non operasional seperti manfaat pajak sebesar USD 40 juta dan keuntungan dari entitas asosiasi. Di tahun 2025 ini, dua sumber tersebut menyusut tajam. Jadi meskipun pendapatan naik, laba tahun berjalan justru terlihat menurun signifikan.

Kalau menjaga laba tetap positif terasa berat, BUMI masih punya satu opsi taktis yaitu right issue dengan harga di atas nominal untuk menambah agio baru. Dana itu bisa langsung dipakai buat nutup defisit saldo laba lewat kuasi. Tapi jangan lupa, proses ini panjang karena harus lewat RUPS, OJK, dan rangkaian administrasi lain yang bisa makan waktu dan energi.

Pertanyaannya sekarang, kuasi ini tujuannya apa? Apakah memang demi membagikan dividen? Atau hanya agar perusahaan terlihat layak secara teknikal untuk mengajukan utang baru, repo, private placement, atau right issue lagi? Karena secara substansi, kuasi tidak menciptakan kas, tidak menambah aset produktif, dan tidak memperbaiki daya saing operasional. Ia cuma memoles tampilan laporan keuangan.

Investor harus tetap kritis. Apakah ini bagian dari penciptaan nilai jangka panjang? Atau hanya manuver untuk membuka ruang penerbitan obligasi atau restrukturisasi lain? Apakah Salim Group benar-benar menanti dividen? Atau justru sedang menyusun panggung untuk aksi korporasi besar lainnya?

Yang jelas, kuasi di BUMI bukan hanya wacana. Angka agio yang hampir cukup ditambah dengan perbaikan pendapatan menjadikan ini sebagai manuver yang sangat mungkin dieksekusi dalam waktu dekat.

$BRMS $DEWA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy