imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$IFII LK Q1 2025: Perusahaan Apa Ini?

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau ada kompetisi Warung Kayu Tersehat Se-ASEAN, maka laporan keuangan kuartal-I 2025 PT IFI Tbk ini mungkin layak jadi perwakilan Indonesia. Tapi bukan karena dia paling mewah, bukan juga paling viral di TikTok seperti influencer saham mantan operator sabung online Kamboja bernama BudiDolDol bin Judd Old yang suka flexing cuan dari saham gorengan. IFI layak disebut sehat karena dia pegang prinsip klasik yakni margin tebal, arus kas nyata, utang kecil, dan belanja irit tapi tepat sasaran. Ibarat warung bakso Pak Toto di ujung gang, nggak grasa grusu, nggak neko-neko, tapi setiap hari antrean selalu panjang dan modalnya makin kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Penjualan IFI naik 38,6% yoy jadi Rp 432,9 miliar, mayoritas dari ekspor MDF ke Timur Tengah dan Afrika Selatan. Produk andalannya MDF Middle East menyumbang 71,7% dari penjualan, sisanya dari MDF Jepang dan MDF reguler. Kenaikan volume dibarengi dengan kenaikan harga jual rata-rata 10%. Ibaratnya, Pak Toto sekarang bisa jual bakso wagyu premium, dan pelanggan luar negeri malah beli lebih banyak. Tapi yang paling menarik bukan di jumlah mangkok yang terjual, tapi di harga dagingnya.

COGS hanya naik 27,7% yoy, artinya biaya per mangkok bakso turun. Ini terjadi karena IFI tidak mengikat kontrak bahan baku jangka panjang, melainkan model “spot-plus-diskon” dengan 8 vendor kayu log. Jadi, ketika harga kayu jatuh, IFI bisa langsung ambil untung lebih besar. Akibatnya, gross margin naik ke 36,3% dari 30,9%, EBIT margin naik ke 22,9%, dan net margin ke 17,9%. Ini seperti warung bakso Pak Toto yang dulunya untung Rp 3.000 per mangkok, sekarang bisa ambil margin Rp 5.000 tanpa naikin harga jual. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Laba bersih melesat 106% yoy ke Rp 77,3 miliar. Tapi kita tahu di dunia saham, laba kertas bukan jaminan. Bagian pentingnya adalah Cash Flow dari Operasi (CFO) tetap tinggi di Rp 154 miliar, bahkan meski tahun lalu dibantu restitusi PPN yang tidak berulang tahun ini. CFO/Net Income = 1,99×, tandanya laba benar-benar masuk rekening. Tidak seperti gaya laporan BudiDolDol bin Judd Old yang suka pamer laba padahal piutang macet dan vendor belum dibayar. Free Cash Flow (FCF) tembus Rp 138,2 miliar setelah capex kecil Rp 15,8 miliar. Rasio FCF/Sales = 31,9%, gila. Ini warung bakso yang bukan cuma ramai, tapi juga bisa nabung setiap hari.

Capex memang kecil, hanya 0,37× dari depresiasi. Tapi bukan karena pelit, melainkan karena IFI masih menjalankan tahap awal dari proyek upgrade mesin sanding line dan hot press senilai EUR 355 ribu + CNY 17 juta (~Rp 45 miliar). Saat ini baru setor uang muka Rp 6,7 miliar. Ini seperti Pak Toto yang pesan mesin cetak bakso otomatis dari Tiongkok, tapi masih dalam tahap PO. Masalahnya adalah IFI belum lindung nilai kurs. Jadi kalau dolar dan yuan tiba-tiba menguat, biayanya bisa membengkak. Ini kayak Pak Toto udah DP mesin, tapi pas barang datang, harganya berubah gara-gara tukang servis konversi colokan listrik minta tambahan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Total aset naik 2% q-q ke Rp 1,79 triliun, sedangkan total liabilitas turun 9% jadi Rp 408,2 miliar. Kas naik dari Rp 3,6 miliar ke Rp 104,1 miliar (+2.783%), piutang usaha melonjak 328% jadi Rp 58,5 miliar, dan persediaan justru turun 20% ke Rp 279,6 miliar. IFI berhasil melunasi utang jangka pendek, dan hanya menyisakan pinjaman jangka panjang Rp 215,4 miliar. Maka net debt turun ke Rp 203 miliar, dan Debt to Equity turun ke 0,22×. Artinya, IFI bisa dibilang hampir bebas utang. Bahkan, interest coverage ratio-nya 15,6×, kalau suku bunga naik sekalipun, IFI nggak akan megap-megap.

Tapi jangan terlena. Justru lonjakan piutang usaha menjadi titik risiko paling mencolok. Piutang naik 328%, sedangkan penjualan cuma naik 39%. DSO (Days Sales Outstanding) membengkak dari 13 hari ke 45 hari. Buyer utama IFI, tiga besar menyumbang 89% revenue, jadi sumber piutang terbesar. Kalau salah satu buyer ini telat bayar, CFO bisa jeblok. Ini seperti Pak Toto ngasih bon ke pelanggan langganan sampai 1,5 bulan, tapi terus ada satu yang kabur ke kota sebelah. Uangnya nyangkut. Di sinilah titik paling mirip dengan saham nyangkut versi kas operasional.

Masalah lain adalah persediaan ditekan terlalu rendah. Sekarang hanya cukup untuk sekitar 91 hari produksi. Kalau tiba-tiba ada gangguan pasokan kayu karena cuaca, izin, atau gejolak harga, IFI bisa telat kirim order. Padahal mayoritas order ekspor, yang mengandalkan ketepatan waktu dan kontinuitas volume. Kombinasi piutang yang bengkak dan stok yang tipis bisa jadi pedang bermata dua karena itu memang efisien di atas kertas, tapi berbahaya kalau kondisi pasar memburuk. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Model bisnis IFI sebenarnya sederhana tapi tangguh. Tidak punya hutan sendiri, beli bahan baku dari vendor domestik dan ekspor hasil jadi ke klien besar. Ini mirip warung bakso Pak Toto yang nggak beternak sapi sendiri, tapi jago cari jagal yang bisa kasih harga murah tiap minggu. Tapi sisi hilirnya lebih mirip BudiDolDol bin Judd Old karena terlalu bergantung pada tiga pembeli besar. Apalagi dengan sistem pembayaran mundur, ini memberi tekanan tambahan ke arus kas kalau tidak dikelola disiplin.

Transaksi pihak berelasi kecil karena kurang dari 2% aset. Tidak ada mark-up mencurigakan. Kontrak utang dengan CIMB $BNGA dan Danamon $BDMN juga cukup ringan, dengan covenant yang sangat longgar (current ratio ≥ 1×, DER ≤ 2×, DSCR ≥ 1×) dan semua sudah dipenuhi dengan margin besar.

Jadi IFII ini bagus atau tidak? Bagus. Sangat bagus. Margin naik, kas naik, utang turun, capex efisien, arus kas kuat, dan tidak ada red flag dari sisi akuntansi. Tapi bukan berarti bebas risiko. Piutang yang membengkak, konsentrasi pelanggan tinggi, capex yang belum jalan tapi sudah berdenominasi valas, dan inventory tipis karena semua itu seperti bom waktu. Untungnya, semua kekurangan itu bisa ditutup oleh kelebihan kas dan margin saat ini. Selama manajemen disiplin, IFI bisa lunas utang dalam 2 tahun, selesaikan capex tanpa terganggu kurs, dan bahkan bagi dividen gede, mungkin. Ndak ngerti gini2an. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi kalau manajemen terlalu nyantai, DSO makin naik, pelanggan besar nunggak, mesin molor datang, dan kurs rupiah jeblok, maka semua kelebihan tadi bisa hilang seperti portofolio saham follower BudiDolDol bin Judd Old saat market crash. Kas habis bayar capex mahal, margin ketekan karena bahan baku telat, dan laba tinggal kenangan karena harus catat rugi piutang.

Sebagai investor, harapan mereka sederhana, yaitu DSO kembali ke bawah 25 hari, capex dieksekusi tahun ini tanpa kendala kurs, dan mulai bangun pasar domestik supaya tidak terlalu tergantung pada buyer besar. Kalau itu terwujud, IFI bisa jadi kas cow jangka panjang seperti Pak Toto yang punya 20 cabang warung bakso dan langganan tetap yang bayar tunai. Tapi kalau tidak? Ya siap-siap warungnya dipinjam BudiDolDol bin Judd Old buat bikin seminar saham MLM sambil jualan EA trading di ruko sewaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
WOOD KAYU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy