$MPIX LK Q1 2025: Bisnis Jualan Pulsa Saingan Banyak
Request salah satu member bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Kalau diibaratkan, PT Mitra Pedagang Indonesia Tbk (MPIX) ini mirip warung Bakso Nyangkut milik Pak Toto. Modalnya nggak besar, pegawainya cuma segelintir, tempat jualannya kecil-kecil di pinggir jalan atau nyewa ruko 2 tahun kontrak. Tapi omzetnya luar biasa, dalam 3 bulan bisa jualan Rp450 miliar. Rahasianya? Dia nggak jual bakso daging sapi asli, tapi jual kupon digital isi ulang alias pulsa dan paket data. Jadi nggak perlu kulkas, nggak perlu kompor, bahkan nggak perlu mangkok. Persediaannya tinggal kode digital senilai Rp143,7 miliar, yang ditaruh di sistem, bukan di freezer. Dan pelanggan tetapnya? Ribuan reseller yang lebih mirip pengecer gerobak, bayar duluan baru dikasih barang alias setor deposit dulu sebelum dapat pulsa. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Model bisnis begini kalau dilihat di permukaan memang tampak cerdas. Perseroan nggak perlu utang ke bank, karena sudah dapat modal kerja gratis dari reseller (Rp8,55 miliar dana titipan). Tapi begitu kita buka isi dompetnya, baru ketahuan bahwa kas mereka cuma Rp7,59 miliar. Artinya, dana titipan dari reseller lebih besar daripada kas yang tersedia. Kalau seluruh reseller secara bersamaan minta refund, perusahaan nggak akan sanggup bayar tunai. Selisihnya Rp960 juta, dan itu harus ditutup dengan cara menjual stok pulsa. Quick ratio-nya pun hanya 0,46× = kas + piutang cuma cukup buat bayar setengah dari liabilitas lancar. Jadi seolah-olah MPIX ini seperti warung Bakso Pak Toto yang laris, tapi semua duit dari pembeli masih nyangkut di dalam bakso yang belum laku dijual lagi.
Salah satu vendor utama mereka adalah PT Fita Sehat Nusantara. Artinya, hubungan ini krusial karena harga beli pulsa dari vendor akan langsung menentukan margin. Sayangnya, margin kotor justru turun dari 4,1% menjadi 3,1%, karena komisi penjualan dan promo melonjak 843% jadi Rp2,5 miliar. Ini bukan sekadar biaya promosi sesaat, karena komisi ini belum dibayar sepenuhnya dan parkir di akun accrued expense yang naik 486% ke Rp2,68 miliar. Artinya, sebagian beban masih tertunda ke kuartal berikutnya.
Di sinilah kita bisa lihat salah satu sihir laporan keuangan MPIX mereka mencatat Beban Pokok Penjualan (COGS) Rp436,09 miliar, tapi uang yang benar-benar dibayarkan ke vendor baru Rp348,60 miliar. Artinya, ada selisih Rp87,49 miliar pembelian yang sudah diakui sebagai beban, tapi belum dibayar tunai. Dan anehnya lagi, utang dagang justru turun 51% menjadi cuma Rp0,88 miliar. Jadi kewajiban itu tidak muncul di trade payable, tapi sebagian ditampung di accrued expense, sisanya kemungkinan offset terhadap deposit atau tercampur dalam beban dibayar di muka. Ini bukti nyata bahwa cashflow mereka yang positif itu bukan karena bisnis makin untung, tapi karena mereka menunda bayar ke vendor. Jadi ibarat warung Bakso Pak Toto belum bayar tukang daging, tapi sudah catat biaya beli daging sebagai beban. Laporan laba kelihatan tipis tapi positif, kas tetap masuk, padahal si tukang daging belum dibayar. Kas kelihatan sehat, padahal itu semu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Arus kas bebas (FCF) tetap positif Rp1,15 miliar karena capex sangat kecil, hanya Rp250 juta buat hak-guna ruko alias sewa ruko. Secara kas, mereka tergolong aman saat ini selama tidak ada refund massal karena kas Rp7,59 miliar lebih besar dari utang berbunga Rp2,08 miliar, jadi secara net cash mereka surplus. Tapi tetap saja, kalau deposit ditarik atau reseller refund massal, mereka bisa tekor dalam hitungan minggu.
Laporan keuangannya sendiri terlihat sehat. Penjualan naik 86%, laba usaha naik 8%, dan EBITDA tahunan masih bisa diproyeksikan di atas Rp20 miliar. Beban bunga juga kecil (Rp82 juta), dan utangnya mini, bahkan utang bank dijamin langsung sama direktur utama. Tapi kualitas laba-nya tipis banget. CFO hanya Rp1,40 miliar, atau 30% dari laba bersih. Dan penyebab utama kas masuk bukan karena margin, tapi karena perusahaan menunda bayar ke vendor dan komisi reseller dibayar belakangan. Jadi kas datang bukan karena bisnis makin efisien, tapi karena ada manajemen waktu pembayaran.
Komisi yang melonjak 843% jadi Rp2,5 miliar disimpan di akun accrued expense yang naik 486% ke Rp2,68 miliar. Jadi beban itu belum dicatat full ke laba, baru akan muncul di kuartal depan. Ini seperti tokoh fiktif Pak BudiDolDol bin Judd Old yang dulu mantan operator koperasi merah menyala online di Kamboja. Dia bikin konten saham turn around, ngajak member nabung sambil flexing profit, tapi ternyata bonus referral-nya belum dibayar dan cicilan kewajiban menumpuk di belakang layar. Kondisi yang mirip, MPIX juga terlihat untung, tapi arus kas dari laba masih delay karena beban komisi belum dicairkan penuh.
Soal valuasi, harga saham 71 rupiah mencerminkan kapitalisasi Rp112 miliar. Kalau dibandingkan dengan ekuitas Rp148,6 miliar, PBV-nya 0,75×, murah secara ekuitas. PER 6,1× juga terhitung wajar. Tapi pasar jelas tahu bahwa margin setipis 1% dan likuiditas bergantung pada deposit reseller adalah dua risiko utama. Bahkan satu write-down 1% atas persediaan pulsa bisa makan laba Rp1,4 miliar atau 30% laba kuartalan. Makanya P/FCF-nya bengkak 24×, pasar skeptis sama kemampuan perusahaan ngubah laba kertas jadi uang beneran. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi positif, perusahaan ini sangat ringan. Gaji direksi rasional (Rp526 juta per kuartal), tidak ada transaksi janggal dengan pihak berelasi, dan bahkan beban pensiun cuma Rp314 juta. Mereka juga nggak ada kasus hukum, nggak ada utang dolar, dan tidak main valas, semuanya transaksi domestik. Jadi kalau dikelola dengan hati-hati, perusahaan ini bisa jadi mesin pertumbuhan volume dengan risiko rendah. Apalagi kalau lini bisnis digital finance (Nextrans) dan e-commerce FMCG mulai berjalan, maka margin bisa naik dan revenue bisa lebih beragam.
Tapi kalau tidak ada diversifikasi, tidak ada efisiensi komisi, dan tidak ada rotasi stok yang makin cepat, maka perusahaan akan tetap main di arena margin tipis sambil main jungkat-jungkit dengan cashflow. Situasi ini berbahaya kalau vendor mulai menekan, atau jika tren harga pulsa turun. Jadi bisa disimpulkan bahwa kondisi laporan keuangan MPIX saat ini masih lumayan bagus di atas kertas, tapi mengandung banyak potensi rapuh. Keuntungannya memang nyata, tapi masih jauh dari kata sustainable.
Sebagai investor, tentu harapannya adalah MPIX bisa menekan beban komisi, mempercepat putaran stok pulsa, menjaga loyalitas reseller, dan mulai kembangkan segmen baru yang bisa ngasih margin lebih tebal. Kalau semua itu tercapai, margin bisa naik ke 2–3%, dan PBV bisa rerate ke 1× (target harga Rp95). Tapi kalau harapan ini nggak kesampaian, margin bisa habis, arus kas bisa negatif, dan investor yang beli di 71 bisa nyangkut kayak Bakso Pak Toto yang terlalu banyak nambah pentol sampai mangkoknya pecah.
Jadi, ini saham bukan buat yang mau tidur tenang. Tapi buat yang tahu cara menakar risiko, ini bisa jadi bakso nyangkut yang masih layak dicoba asal tahu kapan angkat mangkok, dan kapan mesti cabut sebelum warung roboh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bandar adalah penentu harga saham.
Bisnis MPIX ini mirip banget dengan $WIRG dan $TELE. Sama - sama jualan pulsa.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10