imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BBRI Laporan April 2025: Recovery on Track?

Diskusi hari ini tentang laporan keuangan BBRI bulan April 2025 di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau laporan keuangan BBRI per April 2025 ini kita bayangkan jadi cerita usaha bakso, maka kondisinya mirip warung Bakso Nyangkut milik Pak Toto yang dari luar kelihatan tetap rame, cabangnya makin banyak, tapi dapurnya mulai kewalahan dan keuangannya pelan-pelan mulai seret. Aset BRI memang tumbuh, tapi tipis banget karena naik cuma 0,6 % ke Rp 1.861 triliun. Seperti Pak Toto beli gerobak baru tapi cuma satu dua, bukan ekspansi besar-besaran. Komposisi aset tetap didominasi oleh kredit (pinjaman) sebesar Rp 1.240 triliun atau 66,6 % dari total. Ini ibarat 2/3 aset warung Pak Toto masih disandarkan pada mangkok bakso, kuah, dan pelanggan langganan yang ngutang dulu, bayar belakangan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi yang bikin khawatir adalah cadangan penyisihan kerugian kredit malah turun 7,9 % ke Rp 73,4 triliun. Bayangin Pak Toto ini sudah tahu beberapa pelanggan biasa telat bayar, tapi dia malah mengurangi uang cadangan buat nutup kalau mereka beneran nggak bayar. Padahal kredit baru naik 4,2%, jadi risiko potensial makin besar, tapi jaring pengaman malah ditipisin.

Dari sisi liabilitas, dana pihak ketiga (alias simpanan masyarakat) naik cuma 0,5 % ke Rp 1.401 triliun. Tapi BRI pintar ngatur campurannya karena tabungan giro naik 7,1 %, tabungan biasa naik 3,3 %, sementara deposito yang mahal justru turun 6,6 %. Ini bikin proporsi dana murah (CASA) naik jadi 57,6%, yang sangat membantu menekan cost of fund. Seperti warung Pak Toto, makin banyak pelanggan bayar cash dan rutin, makin sedikit utang yang butuh bayar bunga tinggi. Tapi masalahnya adalah ternyata BRI juga mulai ngandelin repo payable yang naik 56 % jadi Rp 40,8 triliun. Ini kayak Pak Toto tiap pagi harus pinjam ke tetangga buat modal dagang harian karena terlalu banyak uangnya nyangkut di utang pelanggan. Agak gimana gitu pakai Repo buat dapat likuiditas Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pendapatan bunga turun 1,2 % ke Rp 53,45 triliun, beban bunga turun 1,7 %, sehingga net interest income (NII) hanya turun tipis 1,0 % ke Rp 36,63 triliun. Artinya margin bunga mulai tertekan, kayak warung Pak Toto yang jualan makin susah naikin harga tapi biaya bahan baku tetap naik terus. Fee-based income, ibarat bisnis jualan minuman, gorengan, dan layanan antar bakso Pak Toto, malah turun 6,4 % ke Rp 6,68 triliun. Jadi, selain margin utamanya turun, penjualan sampingannya juga lesu.

Yang bikin geli geli basah adalah pos pengeluaran non-core ada rugi derivatif yang melonjak 64 % ke Rp 1,42 triliun, other expenses juga naik 49 % ke Rp 9,62 triliun, dan biaya promosi naik 5,6 %. Total beban operasional naik 12,3 % ke Rp 33,81 triliun. Ini seperti warung Pak Toto harus bayar lebih mahal untuk biaya gas, karyawan, influencer buat promosi TikTok, dan sambil rugi karena kontrak beli daging sapi di harga mahal sebelum harga pasar anjlok. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Alhasil, laba sebelum pajak turun 15,3 % ke Rp 18,78 triliun, dan laba bersih turun 15,8 % ke Rp 15,01 triliun. Net profit-to-asset (annualised) turun dari 2,9 % ke 2,4 %, dan margin bersih atas pendapatan bunga turun ke 28 %. Ibarat Pak Toto yang dulu bisa nabung Rp 2.900 dari tiap Rp 100.000 pendapatan, sekarang cuma bisa sisihin Rp 2.400. Pak Toto jadi makin susah beli Lamborghini ijo secara kas.

Dari sisi kontribusi, NII masih jadi penyumbang utama BBRI dengan nilainya setara 192 % dari laba sebelum pajak. Tapi semua kelebihan itu terserap oleh beban non-core. Untungnya, ada satu sisi positif dari other comprehensive income (OCI), yang tahun lalu minus Rp 0,31 triliun, kini positif Rp 1,33 triliun, terutama karena mark-to-market surat berharga naik Rp 1,98 triliun. Ini ibarat Pak Toto tahu tanah tempat warungnya berdiri sekarang nilainya naik, walaupun belum dia jual. Kertasnya makin tebal, tapi sayangnya itu hanya floating profit, belum jadi duit.

Di luar neraca, BRI punya tanggungan komitmen luar biasa besar karena memiliki commitment payables Rp 288,65 triliun (naik 9,5 %), sementara commitment receivables justru turun 12 % jadi Rp 38,17 triliun. Contingent payables (garansi dan standby LC) sebesar Rp 61,69 triliun. Net commitment (payables dikurangi receivables) setara 88 % dari ekuitas. Kalau semua itu ditarik mendadak oleh nasabah, bisa-bisa BRI kehabisan napas likuiditas. Wajar saja untuk operasional, BBRI terpaksa pakai repo payable. Ini seperti Pak Toto janjiin bakso gratis ke 1.000 pelanggan tapi belum stok daging cukup, kalau semua datang bareng, dia bakal kelimpungan. Jadi harus banyak - banyak doa, nasabah ndak datang barengan untuk tagih commitment payable. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bagus nggak laporan April BBRI? Kalau dilihat dari jangka panjang seperti struktur dana yang kuat, ekuitas yang makin tebal, kredit yang masih tumbuh, harusnya sih BBRI masih oke karena ini bank besar yang tetap kokoh. Tapi dari sisi jangka pendek, kita mulai lihat sisi-sisi rentan seperti margin yang menyempit, laba yang menurun, rugi derivatif yang makin liar, dan cadangan kerugian yang dikurangi justru saat kredit naik. Ini ibarat warung yang tetap ramai tapi dapurnya mulai kewalahan karena ada hama tikus di dapur.

Untungnya kelemahan ini secara umum masih bisa ditutup oleh kelebihannya terutama karena CASA yang tinggi bisa bantu menjaga margin, dan rebound di OCI memberi bantalan ke ekuitas. Tapi tanda-tanda kelelahan mulai nyata terutama kalau tren penurunan margin dan pembesaran beban terus berlanjut, bisa jadi keuntungan akan makin tipis di kuartal selanjutnya. Apalagi jika kualitas pinjaman ke UMKM menurun, sementara provisi makin pelit.

Bagi investor, ini bukan waktunya panik, tapi juga bukan waktunya leha-leha. Seperti Pak Toto yang mulai harus mikir ini harusnya mau tambah cabang atau perkuat dapur dulu? Karena kalau terus ekspansi tapi dapurnya nggak kuat, ujung-ujungnya pelanggan kabur dan warung tutup. Begitu juga BRI yang memang masih besar, masih kuat, tapi momentum harus dijaga agar nggak tergelincir saat ekonomi nasional mulai penuh tantangan. Jadi, investor harus pantau terus variabel seperti CASA yang kuat, tapi lihat juga NII dan laba yang makin tipis, repo naik, cadangan turun, beban naik. Ibarat bakso-nya Pak Toto memang masih enak, tapi kuahnya mulai kebanyakan air. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy