19 Juta Lapangan Kerja Baru
Di negeri dengan segudang jargon pembangunan dan kemajuan digital ini, kenyataannya makin hari makin jelas yakni yang elit makin nyaman duduk di singgasana keputusan, sementara yang grass root makin remuk diinjak realita. Di tahun politik, mikrofon-mikrofon kampanye penuh janji muluk, katanya akan ada 19 juta lapangan kerja baru, katanya ekonomi akan tumbuh inklusif, katanya semua akan kebagian rezeki. Tapi begitu layar tenda kampanye diturunkan, yang tersisa cuma baliho lusuh dan rakyat yang tetap nganggur. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sementara elit saling lobi jabatan dan rebutan kursi komisaris, rakyat kecil di Bekasi harus berebut QR code job fair hanya demi bisa masuk antrean panjang yang penuh harapan palsu. Ada yang rela datang subuh-subuh, ada yang kehabisan kuota internet, dan lebih tragis lagi adalah banyak yang sudah tua dan gaptek hanya bisa berdiri di pinggir lapangan karena nggak ngerti cara pakai HP Android buat scan QR. Ironisnya, job fair yang katanya solusi itu justru jadi simbol betapa pekerjaan makin susah diakses. Ini bukan kompetisi kemampuan, tapi kompetisi siapa yang lebih siap menderita lebih dulu.
Yang lebih menyakitkan, pekerjaan level bawah satu per satu dilibas teknologi. Cleaning service digantikan robot vakum. Admin entry data diganti otomatisasi AI. Kasir digantikan mesin. Supir? Tunggu saja, kendaraan otonom sebentar lagi masuk Indonesia. Bisa jadi nanti kendaraan logistik di Indonesia yang bawa bukan lagi manusia tapi robot AI yang tak kenal lelah. Tinggal tunggu saja apakah $BIRD dan $ASSA akan ganti sopir manusia dengan robot. Jadi ketika elit bicara soal digitalisasi membuka lapangan kerja, yang mereka maksud mungkin pekerjaan direktur dan komisaris jalur orang dalam di unicorn, bukan tukang parkir, bukan buruh pabrik, apalagi pedagang asongan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Rakyat pun dipaksa cari akal. Ada yang banting stir jualan di pinggir jalan, tapi diusir Satpol PP karena mengganggu ketertiban umum. Ada yang coba masuk sektor formal, tapi syaratnya ajaib, harus punya ijazah asli, pengalaman kerja, sertifikasi, dan orang dalam. Syarat kerja buat rakyat kecil sangat berat. Sedangkan syarat kerja jalur orang dalam itu sangat mudah. Pakai ijazah palsu Universitas Gajah Dodol pun bisa.
Maka tak heran, sebagian masyarakat pengangguran akhirnya memilih jalur yang lebih praktis, yakni gabung organisasi preman berkedok ormas. Mirip seperti Yakuza dan Triad tapi versi lite. Cuma modal tampang sangar dan rompi organisasi, bisa langsung dapat proyek pengamanan lahan parkir, pengawalan logistik, bahkan kontribusi keamanan yang sering kali hanya istilah halus dari pungli terorganisir.
Dan semua ini terjadi saat para elit sibuk menyanyikan lagu meritokrasi. Mereka bilang “we walk the talk, not only talk the talk”, cara bacanya itu we wok de tok not onli tok de tok. Seakan semua jabatan diperoleh dengan adil dan transparan. Tapi di balik layar, jabatan strategis dipenuhi oleh keluarga, kolega, dan loyalis. Tes formalitas, wawancara formalitas, seleksi formalitas. Yang menentukan tetap, siapa kenal siapa. Ijazah palsu dari kampus gajah sirkus pun bisa diterima yang penting orang dalam merestui. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ray Dalio, figur yang dikenal sebagai penjaga nilai meritokrasi dunia, sempat dikabarkan akan masuk ke struktur penasihat Danantara, lembaga pengelola investasi supertriliun yang digadang-gadang jadi lembaga penyelamat ekonomi. Tapi kabar itu langsung reda. Rumornya batal tapi dibantah CEO Danantara. Entah kenapa rumor itu lahir, apakah kong Ray sadar bahwa di Indonesia itu meritokrasi hanyalah bualan? Hanya sekedar bertanya 🙏
Kalau pun benar kong Ray tak jadi masuk, mungkin dia sedang menjaga prinsip aslinya, yakni ide terbaik menang, bukan siapa paling dekat dengan kekuasaan. Tapi kalau Kong Ray stay, ya good luck Ray, semoga istiqomah menjaga prinsip meritokrasi di Danantara. Kita dukung yang baik-baik.
Tapi coba tanya masyarakat grass root, apakah mereka tahu siapa Ray Dalio? Tidak. Mereka lebih kenal siapa artis dan Influencer Indonesia yang tidur dengan siapa. Mereka tahu betul satu hal, kalau nggak punya koneksi, ya sudah, kerjaan cuma jadi mimpi. Realistis. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Rakyat yang dibuai janji kampanye tidak akan pernah sadar bahwa janji kerja itu hanya bagian dari strategi pemilu, bukan strategi pembangunan. Daya magis bansos lebih kuat dari apapun. Begitu menang, elit sibuk bagi-bagi jabatan, rakyat disuruh puas dengan kartu sembako dan ucapan sabar ya, kerja keras pasti membuahkan hasil. $ANTM dia.
Padahal mereka sudah kerja keras. Rebutan QR. Rela antre seharian. Ngirim ratusan lamaran. Tapi apa daya, sistemnya memang tidak pernah benar-benar dibangun buat mereka karena orang dalam tidak ada.
Jadi kalau hari ini kamu bertanya, Apakah kita ini negara meritokrasi yang adil dan terbuka?Jawabannya jelas, Yo Ndak tahu, kok tanya saya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi satu yang pasti, selama janji-janji politik cuma jadi hiasan baliho dan bukan rencana nyata, kesenjangan elit vs grass root akan terus melebar. Dan satu-satunya meritokrasi yang nyata di negeri ini mungkin cuma satu yakni siapa paling tahan hidup susah, dia yang akan tetap bertahan hidup.
Ibarat kata investor saham yang bisa bertahan itu adalah investor yang kuat melihat porto nyangkut di saham good fundamental dan rela ikhlas cutloss di saham yang fundamentalnya busuk.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10