Strategi Vidio yang Memang "agak laen"

Setiap pulang kerja atau aktivitas saya selalu mantengin hp buat sekedar cari hiburan singkat.
Jujur saja saya jarang lihat televisi tiap hampir bisa dipastikan setiap dari kita pasti melihat hiburan berbasis video entah dari media social (youtube, IG, TikTok dll) atau media tv

Walaupun televisi sudah saya jarang tonton tapi content yang ditawarkan di tv saya tontoh dalam aplikasi, baik vidio maupun RCTI+. Kalau lihat public expose SCMA ada yang terlihat menarik. Biarpun aplikasi OTT seperti Netflix, Disney+, Viu atau RCTI+ ternyata video tetap eksis bahkan paling unggul diantara aplikasi lain bahkan yang mendunia sekalipun seperti Netflix atau Disney.

Selaku investor saya pun punya curiosity, kira-kira apa strategi dari Vidio bisa bertahan bahkan tetap unggul ditengah gempuran pesaing. Berikut sedikit catatan:

Peluang di Bisnis OTT
Kalau lihat data statista, Pendapatan video OTT di Indonesia diproyeksikan mencapai US$1,43 miliar pada tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2025-2029) sebesar 6,29%. Seperti pepatah "ada gula ada semut" melihat "gula" yang banyak ini mengundang "semut" untuk berdatangan. Makanya kita dihadapkan pilihan aplikasi OTT yang beragam. Vidio aplikasi OTT punya SCMA ini ternyata mampu bersaing dengan pemain global bahkan masih unggul, nah bagaimana strateginya.

-Jaring subscriber dengan konten olahraga ekslusif
Sepengamatan saya, penggemar bola ini semacam fans K-pop. Rela bayar untuk melihat penampilan klub jagoannya. Melihat potensi ini makanya EMTEK membeli hak siar ekslusif sehingga hanya Vidio atau SCTV yang dapat menyiarkan. Kemudian, gak cuma liga inggris, Liga Champions, NBA, sampai proliga harus tonton di video atau jaringan media EMTK. Strategi ini sepertinya berhasil meningkatkan subscriber. Tahun 2023 jumlah subscriber memiliki 4,1 juta dan tahun 2024 memiliki 4,7 juta. Strategi ampuh untuk vidio. Congratz.

-Konten Lokal yang tepat
Tim vidio tahu banget kalua orang Indonesia masih tetap menyukai sinteron atau drama lokal. Makanya sinetron di indonesi macem Tukang Bubur Naik Haji, Preman Pensiun, Tukang Ojek Pengkolan gak taman tamat bahkan sampai ngalor ngidul. Di Vidio sendiri series yang laris adalah Serigala Terakhir dan ada juga Ratu Adil. Tahun 2023 Vidio merilis 31 seri namun 2024 hanya 20-21 seri, walaupun jumlahnya menurun ternyata pendapatan vidio masih meningkat. Ibarat kata biarpun marketing costnya dikurangin ternyata pendapatannya tidak turun bahkan tetap meningkat.

-Freemium: Nonton Gratis! puas, mau lebih? baru bayar
Siapa sih yang ga seneng dengan barang gratisan? saya rasa hampir ga ada yaa. Strategi ini digunakan oleh Vidio untuk menggaet calon subscriber. Biasanya series dan konten olahraga unggulan diberikan tontonan gratis untuk beberapa episode, kemudian saat penonton merasa "ketagihan" buat lanjutin tontonannya barulah vidio menawarkan paket langganan.
Apakah berhasil? sepertinya iya terihat dari jumlah subscriber dan pendapatan iklan yang meningkat.

-Partnership: Akses ke Calon Subscriber Lebih Besar
Vidio punya strategi pemasaran yang unik dengan cara paket bundling bahkan dengan harga miring.
Misalnya saya mau beli kuota internet bulanan, dapet vidio Platinum selama seminggu
atau langganan Grab Unlimited gratis akses Vidio.

Ini bikin langganan Vidio makin terjangkau terutama untuk segmen penduduk kota non jabodetabek

-Ekosistem EMTEK: Promosi tanpa banyak modal
Karena bagian dari Emtek, Vidio punya “cheat code”. Iklan Vidio muncul di SCTV pas sinetron Bidadari Surgamu, atau di artikel di liputan6 kayak punya billboard gratis di tengah kota! Cross-promotion ini hemat biaya, tapi efeknya besar: orang yang nonton TV jadi penasaran cek Vidio

$EMTK $SCMA $MNCN

Read more...

1/3

testestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy