Kalau kita lihat data 2023, kelihatan banget kalau $FPNI lagi dalam posisi serba tanggung:
- Produksi turun dari 361 jadi 331 ribu ton
- Penjualan juga ikut turun ke 345 ribu ton
- Margin spread yang jadi napas utama? Turun juga dari 164 jadi 142 USD per ton

Artinya, harga jual produk (HDPE/LLDPE) gak cukup kuat buat ngimbangin mahalnya bahan baku. Ini bikin margin makin tipis, dan ruang buat nyimpen laba makin sempit.

Padahal dari sisi internal, biaya konversi cuma naik dikit, dari 126 ke 129 USD per ton. Jadi bukan FPNI-nya yang boros, emang tekanan dari bahan baku dan pasar global yang bikin sesak.

Masalahnya Ada di Hulu, dan Solusinya Juga di Hulu, Kenapa spread bisa ketekan segini? Karena etilena-nya masih dikirim dari Malaysia. Tetap satu grup sih, tapi tetap aja:
- Jarak jauh → ongkir jalan
- Kurs USD → bikin belanja makin berat
- Pasar global lemah → harga jual gak bisa ngangkat margin

Makanya proyek cracker (LINE) yang lagi dibangun di sebelah pabrik ini jadi kunci buat naikin efisiensi. Begitu etilena bisa disedot langsung dari tetangga, urusan biaya bisa lebih stabil, dan spread gak gampang tergerus kayak sekarang.

Jadi Apa Trigger Selanjutnya?

Satu kata: minyak.
Harga minyak itu langsung ngaruh ke harga naphtha → naphtha itu bahan bakunya cracker → jadi etilena → masuk ke FPNI.
Kalau harga minyak turun, biaya produksi etilena turun, margin PE bisa lebar lagi.

Dan karena nanti bahan baku dari pabrik sebelah, FPNI bisa nikmatin penurunan harga minyak lebih cepat, tanpa ongkos logistik antar negara.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy