$IHSG – USD Belum Tamat: Mengapa Dunia Masih Butuh Dolar?
Di tengah riuh isu dedolarisasi, ekspansi BRICS, dan defisit fiskal AS yang makin membengkak, banyak pihak mulai bertanya: apakah era kejayaan dolar akan segera berakhir?"
Jawabannya? Belum. Bahkan matahari dolar masih berada tinggi di langit dunia — belum menunjukkan tanda-tanda tenggelam.
------------------------------------------
Defisit AS Itu Justru 'Magnet Dunia'
Banyak yang mencibir defisit fiskal dan neraca berjalan Amerika Serikat. Tapi justru, di situlah letak daya pikat globalnya. Defisit AS bukan kelemahan, melainkan mekanisme vital dari sistem moneter internasional berbasis dolar.
Ini dikenal dalam teori ekonomi sebagai Triffin Dilemma — sebuah paradoks yang menyatakan bahwa agar mata uang suatu negara (dalam hal ini USD) bisa berfungsi sebagai reserve currency dunia, negara itu harus bersedia mengalami defisit eksternal secara terus-menerus.
Ketika AS defisit, itu berarti:
• Dunia mengekspor barang ke AS, dan
• Imbalannya? Dunia menerima USD.
Defisit AS bukanlah kebocoran, melainkan saluran utama yang mengalirkan dolar ke seluruh dunia. Dunia butuh dolar untuk berdagang dan berinvestasi lintas negara — dan satu-satunya cara mendapatkannya secara berkelanjutan adalah jika AS terus belanja lebih banyak daripada yang ia jual (defisit). Itulah mengapa permintaan terhadap dolar tetap kuat: karena suplai globalnya justru datang dari defisit itu sendiri.
Inilah mengapa, alih-alih menjadi sinyal bahaya, defisit AS justru adalah bukti kekuatan sistemik dolar sebagai jangkar keuangan global.
--------------------------------------------------------
The Fed Belum Longgar, USD Masih Ketat
Sampai Mei 2025 ini, The Fed belum juga menurunkan suku bunga. Artinya:
• Yield obligasi AS tetap menarik.
• Arus modal global masih mengalir ke instrumen berbasis USD.
Jadi kalau ada rumor bahwa dolar akan “runtuh”, itu seperti menyebarkan kabar hujan deras padahal langit sedang cerah dan sinar matahari masih terik.
Memang benar, saat ini USD sempat melemah terhadap sejumlah mata uang utama, dan harga emas naik tajam. Tapi ini bukan gejala struktural. Melainkan respon sesaat terhadap kombinasi ekspektasi pemangkasan suku bunga, ketegangan geopolitik, dan demand spekulatif terhadap aset aman.
Seperti semua siklus pasar, rebound USD hanya menunggu waktu, terutama jika The Fed kembali hawkish atau ekonomi global menghadapi tekanan baru.
--------------------------------------------------
Kekuatan AS Masih Luar Biasa
Mengapa dunia masih percaya pada dolar? Karena fondasi kekuatan AS masih sangat solid, baik secara ekonomi, teknologi, militer, maupun budaya:
• GDP nominal AS masih terbesar di dunia — sekitar $28 triliun, melampaui semua negara lain secara absolut.
• Wall Street adalah pusat keuangan dunia, tempat lahirnya instrumen keuangan, benchmark global, dan investor institusi terbesar.
• Teknologi AS memimpin dunia melalui Apple, Microsoft, Google, Nvidia, dan Tesla.
• Militer AS adalah yang terkuat, dengan anggaran pertahanan terbesar dan aliansi strategis seperti NATO.
• Soft power AS tetap mendominasi, dari Hollywood, Harvard, hingga budaya pop global yang dikonsumsi di seluruh dunia.
--------------------------------------------------------
Dedolarisasi Masih Jadi Mimpi Panjang
Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan anggota BRICS memang mencoba mengurangi ketergantungan pada USD. Tapi realitas di lapangan:
• 58% cadangan devisa dunia masih berbentuk USD
• 85% transaksi perdagangan global menggunakan USD
• Tidak ada pengganti yang sepadan secara infrastruktur dan kepercayaan
Yuan? Tidak sepenuhnya konvertibel. Euro? Rentan terhadap fragmentasi politik. Emas? Tidak efisien untuk transaksi modern.
Dedolarisasi saat ini masih seperti mimpi membangun rumah mewah di tengah hutan, tanpa jalan, listrik, dan air. Butuh dekade, jika bukan seabad.
---------------------------------------------------------------
BRICS: Bersatu Tapi Tidak Kompak
Meski digadang sebagai penantang AS, BRICS sejauh ini masih lebih simbolis daripada substansial:
• Tidak ada mata uang bersama.
• Tidak ada pasar keuangan terintegrasi.
• Kepentingan ekonomi dan politik antar anggota pun berbeda tajam.
Bahkan Tiongkok dan India — dua raksasa BRICS — memiliki sengketa perbatasan dan kompetisi geopolitik yang nyata. Ketegangan ini makin diperparah oleh insiden terbaru, ketika Pakistan — sekutu dekat Tiongkok — menembak jatuh sejumlah jet tempur India menggunakan pesawat dan rudal buatan China. Kejadian ini menegaskan betapa dalamnya ketidakpercayaan di antara anggota BRICS, yang membuat wacana mata uang bersama dan integrasi ekonomi masih jauh dari kenyataan.
BRICS hari ini lebih mirip boyband dengan lima + satu vokalis egois — masing-masing ingin tampil solo, tapi masih manggung bareng. Sulit bersinergi, apalagi menyaingi dominasi tunggal seperti AS.
----------------------------------------------------
Investor Global Masih Percaya Dolar
Kalau benar dolar sedang melemah, lalu kenapa:
• AS masih bisa menjual obligasi triliunan dolar dengan mudah?
• Dana pensiun, sovereign wealth fund, dan bank sentral dunia tetap menyimpan USD sebagai cadangan utama?
• Perusahaan multinasional tetap mencatatkan utang dalam USD demi kestabilan?
Jawabannya: kepercayaan. Dan kepercayaan ini bukan dibangun semalam, melainkan puluhan tahun atas dasar:
• Stabilitas hukum
• Likuiditas pasar modal
• Inovasi teknologi
• Dan dominasi geopolitik yang tak tertandingi
--------------------------------------------------------
Kesimpulan: Jangan Terlalu Cepat Mengubur Dolar
Dolar bukan mata uang yang sempurna. Tapi sampai hari ini, belum ada yang bisa menggantikannya secara menyeluruh.
Pelemahan jangka pendek dan lonjakan harga emas bisa terjadi dalam setiap siklus pasar. Namun itu bukan tanda kiamat bagi dolar. Justru saat terjadi gejolak, dunia berlari ke tempat yang dianggap paling aman — dan sejauh ini, dolar tetap menjadi pelabuhan utama.
Selama AS tetap menjadi magnet barang, modal, dan talenta global — dolar akan tetap menjadi poros sistem keuangan dunia.
Bagi investor, spekulasi soal dedolarisasi atau kejatuhan USD sebaiknya disikapi dengan kepala dingin, bukan emosi politik. Sebab pasar finansial bukan soal patriotisme, tapi soal kepercayaan, stabilitas, dan efisiensi. Dan sejauh ini, tiga hal itu masih dimenangkan oleh Amerika Serikat. Maka jangan terburu-buru mengubur dolar — ia belum selesai menulis babak berikutnya dalam sejarah uang dunia.
------------------------------------------------------------------
Selama AS masih jadi rumah dari iPhone, Google, dan Marvel, maka dunia tetap akan menukar hasil buminya demi selembar greenback.