imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Penurunan Suku Bunga BI: Apakah Kabar Baik Untuk $TOWR?

Masih lanjutan dari request salah satu user Stockbit member di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Pada bulan Mei 2025, Bank Indonesia akhirnya menurunkan suku bunga acuan setelah sekian lama menahan tekanan pasar. Kabar ini langsung disambut pasar modal dengan optimisme. Salah satu perusahaan yang paling diperhatikan adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), perusahaan infrastruktur menara telekomunikasi yang selama ini dikenal dengan kekuatan arus kas dan backlog kontrak jangka panjang. Tapi benarkah turunnya suku bunga langsung jadi angin segar untuk TOWR? Untuk menjawab itu, kita harus cek laporan keuangan TOWR bersama Pak Budidol dan Pak Toto. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sebagai seseorang yang pernah mengatur arus kas lintas negara dari sabung ayam legal di Kamboja sampai koperasi investasi di negeri antah berantah, BudiDolDol bin Judd Old Trafford memulai analisis TOWR dengan melihat dari langit yakni struktur kapital, gearing, dan risiko suku bunga. Ia takjub ketika membaca angka LK yang menunjukkan utang berbunga TOWR mencapai Rp46,57 triliun, dan mayoritasnya menggunakan skema bunga mengambang. Di saat seperti inilah turunnya suku bunga oleh BI menjadi momen emas. Jika bunga turun 100 basis poin, TOWR bisa menghemat Rp500 miliar laba sebelum pajak, sesuai simulasi sensitivitas manajemen.

Tapi BudiDolDol bukan tipe yang cepat euforia. Ia membuka lembaran laporan keuangan 2024 dan menemukan bahwa meski revenue naik dari Rp11,74 triliun ke Rp12,74 triliun (+8,5%), dan laba bersih naik dari Rp3,25 triliun ke Rp3,33 triliun (+2,5%), revenue per menara justru turun 7,5%, dan laba per menara turun 12,3%. Itu tandanya ROI per site makin jeblok. Ekspansi gede, tapi hasilnya makin kecil. Collocation ratio turun dari 1,91 ke 1,74, alias menara baru banyak yang masih sepi tenant.

Lalu ia beralih ke arus kas, terlihat capex naik 45% jadi Rp4,52 triliun, tapi free cashflow justru turun 14,5% ke Rp4,82 triliun. CFO per menara juga menurun dari Rp308 juta ke Rp280 juta. Margin kas dan laba pun menipis karena GPM turun dari 72,9% ke 68,6%, NPM dari 28,1% ke 26,4%, dan yang paling parah, FCF margin dari 48% ke 37,8%. “Kalau di bisnis sabung ayam,” kata Budidol, “ini sama aja kayak nambah kandang tapi ayamnya gak bertelur, malah ngutang ke bandar buat beli pakan.” Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

BudiDolDol tahu TOWR punya perlindungan berupa backlog kontraktual Rp75,04 triliun, setara hampir 6x revenue tahunan dan lebih besar dari seluruh utang berbunga. Tapi buatnya, backlog itu seperti janji pembayaran dalam 10 tahun karena tidak bisa langsung cair minggu depan. Liquidity hari ini harus kuat. Backlog gak bisa bayar bunga utang bulan depan. Menurutnya, turunnya suku bunga adalah peluang untuk refinance, bukan alasan untuk euforia. Kalau utilisasi menara gak naik, cost tetap besar, ini tetap bisnis ekspansi yang pakai utang, bukan bisnis arus kas.

Sementara itu di ujung gang, Pak Toto membuka laporan keuangan dengan cara yang lebih membumi. Baginya, satu menara = satu gerobak bakso. Kalau gerobak makin banyak tapi pelanggan tetap itu-itu aja, buat apa? Jumlah menara naik 17 persen, tapi collocation ratio turun, itu artinya banyak gerobak baru tapi isinya sepi, kata Pak Toto sambil aduk kuah. Revenue per menara turun? Laba per menara turun? Ya jelas, itu artinya tiap gerobak makin rugi walau total omzet naik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pak Toto lebih peka ke cashflow. Modal buat bikin gerobak baru (capex) naik 45%, tapi sisa duit (FCF) malah turun. Itu bukan ekspansi, itu buang modal. Dan begitu dia lihat bahwa bunga utang makan Rp2,98 triliun per tahun, setara 32% dari kas masuk operasional dan Pak Toto langsung bilang, itu gerobaknya ditalangin sama rentenir. Sekali bunga naik, bisa gak bisa bayar gas.

Tapi ketika denger BI nurunin bunga, Pak Toto hanya mengangguk. Itu bikin cicilan jadi ringan. Tapi kalau aku tetap nambah gerobak padahal pembelinya gak nambah, ya tetep aja boncos. Turunnya bunga itu kasih waktu, bukan kasih solusi. Ia juga sadar TOWR tergantung sama empat pelanggan utama yaitu $EXCL, Indosat, Telkomsel $TLKM, dan Smart Telecom. XL dan Indosat malah turun kontribusinya. Kata Pak Toto, kalau pelanggan utamaku tiba-tiba gak beli lagi, gimana?

Walaupun cara berpikir mereka beda jauh, analisis BudiDolDol dan Pak Toto justru ketemu di titik penting yakni efisiensi aset per unit makin buruk, utang makin berat, dan turunnya bunga BI hanya memberi napas tambahan, bukan menyelesaikan akar masalah. TOWR perlu menaikkan collocation ratio, mengoptimalkan menara yang sudah ada, dan memperbaiki FCF per site sebelum menambah ribuan menara baru lagi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Backlog kontraktual memang besar, tapi tidak bisa jadi pengganti kas harian untuk bayar bunga atau ekspansi. Jika efisiensi tak membaik, TOWR akan terus tumbuh dalam angka, tapi makin rapuh dalam nilai ekonomis. Dan seperti kata Pak Toto, bisnis yang sehat bukan soal kelihatan besar, tapi soal gerobak yang bisa jual banyak bakso tiap hari dan pulang bawa uang. Bukan bawa utang.

Dan BudiDolDol pun hanya menimpali, “Saya setuju, Tot. Di Kamboja, ayam jago pun bisa mati kalau kandangnya terlalu banyak dan pemiliknya lupa kasih makan.”

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy