$TOWR: Pertumbuhan Laba dan Revenue Belum Bisa Mengejar Pertumbuhan Menara dan Utang?
Request salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) di atas kertas memang menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Di 2024, total menara aktif naik signifikan dari 28.413 menjadi 33.315 unit, mencerminkan ekspansi fisik sebesar +17,2%. Secara nominal, pendapatan meningkat dari Rp11,74 triliun menjadi Rp12,74 triliun (+8,5%) dan laba entitas induk naik tipis dari Rp3,25 triliun ke Rp3,33 triliun (+2,5%). Tapi kalau kita tarik napas, buka laporan keuangan secara menyeluruh, dan lihat satuan per menara, barulah tampak kenyataan yang lebih dalam: pertumbuhan skala belum diikuti dengan pertumbuhan produktivitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Meski tenant juga bertambah dari 54.284 menjadi 58.035 (+6,9%), angka itu tertinggal jauh dari laju penambahan menara, menyebabkan collocation ratio turun dari 1,91x menjadi 1,74x. Ini artinya, banyak menara baru hanya diisi satu penyewa atau bahkan belum menghasilkan. Akibatnya, revenue per menara justru turun dari Rp413 juta menjadi Rp382 juta (-7,5%), dan laba per menara turun lebih tajam dari Rp114 juta menjadi Rp100 juta (-12,3%). Jadi, meskipun secara agregat pendapatan naik, tiap menara secara individual memberi hasil yang lebih kecil dibanding tahun sebelumnya.
Dari sisi efisiensi kas juga tidak kalah mengkhawatirkan. CFO per menara turun dari Rp308 juta ke Rp280 juta (-9,1%), sementara capex per menara justru naik signifikan dari Rp109 juta ke Rp136 juta (+24,8%). Ini menyebabkan free cashflow per menara ambles dari Rp198 juta ke Rp145 juta (-26,7%). Artinya, bukan cuma keuntungan per unit menara yang turun, tapi juga sisa kas bersih yang bisa dipakai untuk investasi ulang atau bayar utang makin kecil. Padahal beban bunga makin berat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hal ini tercermin jelas dalam penurunan semua margin utama. Gross margin (GPM) turun dari 72,9% ke 68,6% (-4,3pp), operating margin (OPM) dari 59,1% ke 57,1% (-2pp), net profit margin (NPM) dari 28,1% ke 26,4% (-1,7pp). Bahkan margin arus kas juga ikut longsor: CFO margin turun dari 74,5% ke 73,3%, dan FCF margin jatuh tajam dari 48% ke 37,8% (-10,2pp). Jadi meskipun menara dan pendapatan bertambah, efisiensi finansial tiap rupiah pendapatan justru memburuk.
Bagaimana dengan sumber revenue-nya? Struktur pelanggan TOWR ternyata makin berat sebelah. Di laporan piutang usaha, pelanggan terbesar masih XL Axiata $EXCL (Rp1,31 triliun), namun kontribusinya turun drastis dari tahun sebelumnya (-22,6%). Indosat $ISAT juga melemah (-3,8%). Sebaliknya, Smart Telecom naik tajam hingga +326% menjadi Rp560 miliar, dan Telkomsel tumbuh sehat +34% ke Rp458 miliar. Masalahnya, kenaikan tajam dari pemain seperti Smart Telecom bisa menyiratkan potensi risiko pembayaran atau ketergantungan jangka pendek. Lebih dari 90% pendapatan masih tergantung pada 4 pemain besar. Jika salah satu renegosiasi atau mundur, efeknya bisa langsung ke kas.
Namun, TOWR punya satu tameng yang tidak bisa dianggap remeh yakni backlog kontraktual. Per akhir 2024, estimasi piutang sewa minimum dari kontrak jangka panjang mencapai Rp68,45 triliun, ditambah pesanan terverifikasi dan pendapatan diterima di muka sebesar Rp6,6 triliun, total Rp75,04 triliun. Ini setara dengan 5,9x revenue tahunan, 1,6x utang berbunga, dan 1,3x total liabilitas. Artinya, dari sisi visibility pendapatan jangka panjang, TOWR sangat solid. Tapi jangan lupa, backlog ini bersifat non-likuid dan hanya akan diakui secara bertahap sesuai masa kontrak. Jadi, ini bukan kas hari ini.
Permasalahannya sekarang bukan di arus kas jangka panjang, tapi efektivitas dan efisiensi investasi hari ini. Revenue dan laba per menara menurun, arus kas bersih menyusut, capex makin besar, pelanggan makin terkonsentrasi, dan margin makin tipis. Jika pola ini berlanjut, skenario paling masuk akal adalah menara baru akan jadi beban, bukan sumber pertumbuhan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
TOWR saat ini adalah perusahaan yang secara kasat mata kelihatan sehat, tapi secara unit economics sedang merosot. Kalau dianalogikan, TOWR seperti punya warung 33 ribu cabang, tapi makin banyak warung yang cuma dikunjungi satu pelanggan, dan bahan baku makin mahal. Laba tetap ada, tapi tiap warung ngasih untung makin sedikit. Kalau manajemen tidak perbaiki utilisasi dan kendalikan belanja modal, pertumbuhan ini bisa berubah jadi jebakan skala. Jadi bukan cuma soal besar, tapi soal seberapa efisien setiap aset bisa menghasilkan uang dan di situlah titik kritis TOWR saat ini.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10