imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$TOWR LK Full Year 2024: Terlalu Agresif

Request salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Model bisnis PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) pada dasarnya sangat simpel, tapi sangat kuat yakni menyewakan menara telekomunikasi ke operator besar seperti Telkomsel, XL, Indosat, dan lainnya. Namun keunggulan dari bisnis ini bukan hanya di model sewanya, tapi di cara kontraknya disusun. TOWR mengunci kontrak jangka panjang 10–12 tahun dengan operator dan menggunakan sistem take-or-pay, yang artinya walaupun operator tidak memakai kapasitas menara secara maksimal, mereka tetap harus bayar. Dengan sistem ini, TOWR mampu menghasilkan backlog kontraktual sebesar Rp75,04 triliun, yang secara praktis adalah revenue yang sudah dijamin untuk masuk di masa depan. Ini memberi prediktabilitas tinggi terhadap arus kas dan menjadikan bisnis ini terlihat sangat ideal di permukaan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kondisi keuangan TOWR memang tampak meyakinkan. Pendapatan 2024 mencapai Rp12,74 triliun, tumbuh 8,5% dari tahun sebelumnya. Laba bersih tercatat Rp3,36 triliun, dengan EBITDA margin mencapai 84%, sebuah angka yang menandakan efisiensi luar biasa untuk bisnis dengan aset fisik besar. Namun kekuatan TOWR bukan cuma soal profit, melainkan juga dari sisi kas. Arus kas operasi (CFO) mencapai Rp9,34 triliun, dan setelah dikurangi belanja modal (capex) Rp4,52 triliun, tersisa free cash flow (FCF) sebesar Rp4,82 triliun. Artinya, tidak hanya mereka mencetak laba, tapi juga benar-benar memegang uang tunainya. Dari sisi pajak pun efisien karena mayoritas pendapatan kena pajak final 10%, efektif tax rate mereka hanya 4,1%, jauh di bawah tarif badan 22%. Walau begitu, dari sisi arus kas, mereka tetap bayar pajak besar sekitar Rp1,7 triliun dibayarkan tunai ke negara, jadi beban kas tetap ada walau laporan laba rugi tampak ringan.

Masalahnya mulai terasa ketika perusahaan ekspansi terlalu cepat, membangun terlalu banyak menara dalam waktu yang sangat singkat. Di 2024, TOWR menambah hampir 23.000 menara lewat akuisisi sana sini, membuat totalnya melonjak dari 51.653 menjadi 74.354 unit, atau naik +43,9%. Namun backlog mereka nyaris stagnan, cuma naik +0,75%, dan revenue hanya naik +8,5%. Artinya, banyak menara baru yang belum menghasilkan. Revenue per menara turun drastis 24,7%, dari Rp227 juta menjadi Rp171 juta. Laba bersih per menara juga turun 35%, sementara capex per unit meningkat 45% dari Rp137 juta ke Rp199 juta. Ini jelas menandakan bahwa pertumbuhan aset tidak dibarengi dengan monetisasi yang sepadan. Banyak menara dibangun, tapi belum menghasilkan kontrak atau pendapatan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ketimpangan makin terasa di neraca. Untuk membiayai ekspansi ini, TOWR berutang besar. Per akhir 2024, utang berbunga mencapai Rp46,57 triliun, dan yang paling mendesak, Rp29,12 triliun di antaranya jatuh tempo dalam dua tahun ke depan, dengan Rp17,67 triliun harus dibayar pada 2025. Sementara itu, kas hanya Rp3,43 triliun, dan kalau digabung dengan FCF Rp4,82 triliun, total likuiditas baru Rp8,25 triliun, jauh dari cukup. Artinya, mereka mengalami defisit likuiditas lebih dari Rp20 triliun. Untuk menutupnya, mereka merencanakan rights issue sebesar 15 miliar saham. Kalau seluruhnya ditebus dengan harga diskon 0-25%, dana yang diperoleh sekitar Rp6,7 triliun - 8 Triliun rupiah, itu pun hanya menutup sepertiga dari total kebutuhan jangka pendek.

Yang mengejutkan, di tengah kondisi likuiditas seketat ini, TOWR malah melakukan akuisisi terhadap PT Remala Abadi Tbk, membeli 40% sahamnya senilai Rp535,7 miliar. Artinya, uang setengah triliun digunakan bukan untuk memperkuat keuangan induk, tapi masuk ke perusahaan yang justru menyerap likuiditas. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang konsistensi strategi manajemen. Rights issue ditujukan untuk bayar utang, tapi sebelum rights-nya cair, dana malah dialihkan untuk akuisisi perusahaan lain.

Selain itu, struktur keuangan TOWR juga dipengaruhi oleh hubungan dengan pihak berelasi, terutama entitas di bawah Grup Djarum seperti $BBCA dan Grand Indonesia. Pendapatan dari pihak berelasi hanya 1%, tapi beban dari mereka mencapai 18–19%, mencakup COGS dan beban bunga. Sebagai contoh, bunga yang dibayar ke BCA mencapai Rp561 miliar, sementara bunga dari simpanan di BCA hanya Rp1,2 miliar. Ini menciptakan ketimpangan aliran kas karena lebih banyak yang keluar ke entitas satu grup daripada yang kembali ke perusahaan. Kalau struktur ini tidak transparan atau tidak dikendalikan dengan prinsip harga wajar, maka ada potensi conflict of interest yang bisa menggerus nilai bagi pemegang saham publik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

TOWR berada di persimpangan antara keunggulan model bisnis dan kelemahan manajemen finansial. Di satu sisi, mereka punya bisnis yang sangat kuat: kontrak jangka panjang, margin tebal, dan arus kas tinggi. Tapi di sisi lain, manajemen ekspansi yang terlalu agresif, keputusan investasi yang tidak prioritas, beban utang yang besar, dan struktur transaksi grup yang timpang membuat fondasi yang kuat itu mulai keropos. Semua indikator keuangan menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik perusahaan tidak lagi dibarengi dengan pertumbuhan efisiensi dan monetisasi. Bahkan, revenue per menara dan laba per menara terus turun, sementara biaya pembangunan dan bunga utang naik.

Jika strategi ini terus dijalankan tanpa koreksi, maka TOWR akan jadi perusahaan yang cashflow-nya besar, tapi tidak punya ruang bernapas karena seluruh arus kas sudah dikunci untuk membayar bunga, cicilan, dan capex yang belum menghasilkan. Model bisnis yang sangat kuat itu pada akhirnya akan tertelan oleh struktur finansial yang tidak elastis. Dan ketika ruang gerak makin sempit, investor, kreditor, dan pasar tidak lagi melihat recurring revenue sebagai cukup, tapi menuntut efisiensi, disiplin, dan ketepatan strategi alokasi modal. Karena di dunia korporasi, bisnis bagus saja tidak cukup jika manajemennya terlalu cepat menginjak gas tanpa tahu kapan harus ngerem. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy