imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Membongkar Makna "Value" di Balik Quotes Warren Buffett:

“Price is what you pay. Value is what you get.”

Kalimat ini terdengar sederhana. Tapi sesungguhnya, ia adalah pisau analisis paling tajam dalam dunia investasi.

Banyak orang mengutipnya, sedikit yang benar-benar memahaminya.
"Harga adalah yang kamu bayar. Nilai adalah yang kamu dapatkan".

Harga saham adalah apa yang kamu bayar untuk memiliki sebagian kecil dari sebuah bisnis. Tapi harga bisa sangat menipu.

Contoh nyata:
Pada tahun 2020, saham Zoom Video (ZM) sempat melonjak hingga lebih dari $500 per lembar, hanya karena euforia pandemi. Namun, setelah euforia mereda dan bisnis stagnan, harga kembali ke bawah $100.

Di sisi lain, saham Apple pada tahun 2016 diperdagangkan dengan valuasi rendah, padahal bisnisnya terus mencetak profit miliaran dolar.

Harga bisa naik karena hype, bisa jatuh karena fear. Harga hanyalah konsekuensi dari sentimen jangka pendek, bukan indikator nilai sejati.

Value itu Manfaat Nyata, Bukan Sekadar Angka Intrinsik. Banyak investor mengira “value” adalah nilai intrinsik, hasil rumus DCF atau PER atau PBV. Padahal bagi Buffett, value adalah manfaat nyata yang bisa kamu petik sebagai pemilik bisnis:
- Dividen
- Capital gain akibat dari pertumbuhan laba
- Buyback saham yang meningkatkan nilai kepemilikanmu.

Contoh konkret:
Buffett membeli saham Coca-Cola pada akhir 1980-an. Saat itu, ia membayar sekitar $1,3 miliar untuk 400 juta lembar saham.

Saat ini, Coca-Cola rutin membayar dividen lebih dari $700 juta per tahun hanya untuk saham yang dipegang Berkshire Hathaway.

Nilai investasinya kini lebih dari $25 miliar. Itu adalah value yang dimaksud, berupa manfaat riil yang terus mengalir.

Nilai Intrinsik Itu Estimasi, Bukan Kebenaran. Nilai intrinsik bisa membantu menilai apakah saham terlalu mahal atau terlalu murah. Tapi itu tetap estimasi, bukan jaminan harga akan ke sana.

W. Buffett berkata:
“Intrinsic value is the present value of future cash that a business will generate.”

Artinya, nilai sejati bergantung pada kualitas bisnis dan keberlanjutan profit. Bukan hasil dari formula statis, tapi hasil dari pemahaman bisnis secara menyeluruh.

Pasar bisa lama tidak menghargai value. Saham undervalued bisa tetap stagnan. Tapi jika bisnis bertumbuh, value akan mengalahkan noise.

Contoh lagi:
Saham Microsoft sempat stagnan selama 10 tahun pasca dotcom bubble, padahal bisnisnya terus mencetak laba.

Tapi investor yang sabar, menikmati kenaikan luar biasa saat pasar akhirnya menyadari nilainya.

Makna Value yang Sesungguhnya adalah hasil, manfaat. Value bukan hanya apa yang kamu nilai, tapi apa yang akhirnya kamu dapat atas kepemilikan bisnismu.

Jika kamu membeli saham hanya karena harga murah tanpa tahu manfaatnya, kamu seperti sedang berjudi.
Tapi jika kamu membeli bisnis yang jelas menghasilkan manfaat ke pemiliknya, itulah value investing sejati.

Pada intinya,
Price itu cuma angka yang kamu bayar, bisa naik turun, bisa saja menipu.

Value itu manfaat nyata yang kamu peroleh dari kepemilikan bisnis.

Nilai intrinsik adalah alat bantu menilai value, tapi bukan value itu sendiri.

Buffett berinvestasi untuk hasil nyata: dividen dan pertumbuhan laba.

Jadi, jika kamu mengira value adalah angka dalam formula excel, kamu belum benar-benar memahami Buffett.

Tapi jika kamu tahu value adalah apa yang kamu tuai sebagai pemilik bisnis, kamu sudah selangkah lebih dekat ke levelnya.

Jadilah investor yang tenang, tajam, dan tahu apa yang kamu beli.
Hindari jebakan value dengan mengerti value sebenarnya.

Hallo dividen investors, anda sepertinya sudah menerapkan style Warren Buffet dengan saham Coca-Cola nya.

Happy weekend guys

$AADI $BRIS $ANTM

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy