imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PBRX Q1 2025: Mengapa Bisa Cetak Laba Gede?

Lanjutan dari diskusi sebelumnya tentang PBRX di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau baca laporan keuangan Q1 2025 milik PT Pan Brothers Tbk (PBRX), kita bisa lihat angka yang menggiurkan di bagian paling bawah karena laba bersih tembus USD 94,74 juta. Sekilas, ini kayak sinyal kebangkitan dari perusahaan yang sempat sekarat. Tapi begitu diselisik lebih dalam, kita akan sadar kalau ini bukan kebangkitan operasional, ini cuma efek dari sulap akuntansi hasil restrukturisasi utang. Jadi jangan buru-buru euforia. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Laba jumbo ini 98% berasal dari satu pos yang jarang dibahas orang awam yaitu gain from modification of financial liabilities sebesar USD 92,6 juta. Artinya, laba ini datang bukan karena PBRX banyak jualan atau karena operasionalnya efisien, tapi karena mereka berhasil merayu kreditur seperti $BNII Bank Maybank dan $BNLI Bank Permata untuk memotong sebagian utang, mengonversinya jadi obligasi wajib konversi (OWK), dan memperpanjang tenor tanpa bunga. Selisih antara nilai utang lama dan utang baru itulah yang dicatat sebagai laba. Secara kas? Nggak ada duit masuk. Tapi di laporan? Angka laba langsung melonjak. Ini murni akrobat keuangan.

Secara operasional, kondisinya justru makin parah. Revenue total Q1 2025 hanya USD 51,8 juta, turun dari USD 92 juta pada periode yang sama tahun lalu alias turun 43,8%. Margin kotor ikut menipis, dari 11,6% tinggal 7,9%, sedangkan beban penjualan dan administrasi (SGA) justru naik +11,7% YoY jadi USD 5,95 juta. Jadi walau penjualan turun, PBRX malah makin boros, terutama buat jasa konsultan hukum dan keuangan pasca-PKPU. Secara operasional murni, mereka rugi karena laba usaha minus USD -1,86 juta. Ini artinya, kalau tidak ada sulap dari restrukturisasi utang, angka di bawah laporan itu mestinya warna merah, bukan hitam.

Di sisi pelanggan, sebenarnya masih ada titik terang karena Revenue dari Uniqlo naik 32% YoY jadi kontributor terbesar dengan USD 16,38 juta atau 31,6% dari total revenue. Tapi jangan cepat senang. Meskipun Uniqlo loyal, margin-nya tipis, karena perusahaan pasti harus kasih diskon besar demi mempertahankan kontrak. Bahkan setelah dikurangi biaya produksi (COGS) dan alokasi SGA, penjualan ke Uniqlo tetap tidak cukup menghasilkan laba operasional. Kontribusinya cuma menyumbang volume, bukan keuntungan. Sementara pelanggan besar lain, Adidas, justru potong order sampai 41%, tinggal USD 5,6 juta. Ini sinyal jelas bahwa reputasi pasca-PKPU bikin buyer global mulai mundur perlahan.

Lebih parah lagi, kalau kita lihat pelanggan lain di luar Uniqlo dan Adidas yang menyumbang 57% revenue (USD 29,8 juta), ternyata malah bikin rugi. Dengan gross margin sekitar 7,9% dan alokasi SGA proporsional, operating margin-nya minus 3,6%. Artinya, pelanggan kecil hanya memperbanyak kerjaan di pabrik tanpa menyumbang laba. Produksi jalan, gaji tetap dibayar, listrik tetap nyala, tapi duitnya nggak balik. Ini dibuktikan dengan CFO defisit USD -8,47 juta, walau kas dari pelanggan masuk USD 53 juta. Uangnya mampir, tapi langsung habis buat bayar beban tetap dan cicilan vendor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita lihat neracanya, situasinya juga nggak lucu. Piutang usaha masih tinggi (USD 29,2 juta), piutang >90 hari mencapai 20%, persediaan numpuk USD 127 juta, nyaris 2,5 kali pendapatan kuartalan. Itu tandanya barang di gudang nggak muter, banyak stok nganggur, dan pelanggan lama belum bayar. Sementara itu, OWK yang dikonversi dari utang jumlahnya bukan main mencapai USD 156 juta, dengan harga konversi Rp97. Kalau dikonversi penuh, akan terbit 26,3 miliar saham baru, yang bisa mendilusi kepemilikan publik lebih dari 50%. Lebih gawat lagi, harga saham sekarang cuma Rp25. Artinya? Pemegang OWK nyangkut jauh, dan konversi makin tidak masuk akal kecuali sahamnya digoreng rame-rame sama-sama bandar. Tinggal tanya saja bandar mana yang mau sukarela goreng?

Jadi apakah laba besar ini sustainable? Jawaban pendeknya, tidak sama sekali karena ini labanya bukan hasil bisnis sehat, tapi hasil dari buku catatan yang dirapikan setelah negosiasi utang. Ke depan, jika revenue tetap rendah, margin tetap tipis, SGA tidak dipangkas, dan buyer global terus mundur, maka tidak akan ada lagi “gain from restructuring” lagi yang bisa menyelamatkan. Dan kalau OWK tidak dikonversi, utangnya bisa balik lagi membebani. Laba 2025 ini seperti melihat rumah terbakar dari luar lalu bilang, "bagus ya, cat temboknya masih kinclong". Padahal di dalamnya tinggal kerangka. Jadi hati-hati, ini bukan pemulihan, ini cuma jeda napas.

Semua tergantung apakah ada bandar yang mau goreng saham PBRX ke harga 97 rupiah sesuai harga OWK. Kalau untuk bank mungkin jual berapapun mereka tidak masalah yang penting cashflow balik. Toh mereka sudah balik modal sebagian dari bunga dan ini pinjaman macet PBRX pasti sudah masuk CKPN. Jadi jual di 50 rupiah pun sebenarnya mereka non problem aja yang penting cashflow ndak macet, toh itu duit nasabah, bukan duit direkturnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy