imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Di lorong sempit kota yang luput dari radar investasi, seorang tukang bakso bernama Pak Nyaman menjalankan bisnis kecilnya dengan presisi yang mengalahkan banyak korporasi terbuka. Tak ada iklan, tak ada diskon, namun margin labanya nyaris 36%.

Banyak yang menyangka itu hanya hoki. Tapi jika diamati, struktur usahanya mengandung disiplin yang jarang ditemui yaitu biaya pokok hanya menyentuh 38% dari pendapatan, sisanya menjadi ruang manuver untuk operasional yang efisien. Operating margin-nya? 43%. Artinya bisnis ini bukan sekadar laku, tapi juga dirancang dengan capital discipline.

Lebih menarik lagi, return on equity-nya mendekati 10%, angka yang dalam banyak model valuasi menunjukkan bahwa tiap satu unit ekuitas menghasilkan pengembalian di atas inflasi dan cost of capital. Dalam bahasa Warren Buffett: bisnis seperti ini bisa tumbuh dari dalam (self-funded growth), tanpa perlu tambahan utang atau dilusi saham.

Dan inilah ironi paling subtil yaitu usaha ini belum berskala besar. Masih manual, masih satu titik. Tapi indikator profitabilitasnya sudah mencerminkan pola perusahaan compounder, yaitu entitas yang ketika ditambah modal bukan hanya tumbuh, tapi tumbuh dengan efisiensi yang tetap terjaga.

Dalam dunia yang dipenuhi narasi bombastis dan valuasi gelembung, kadang justru bisnis paling “sunyi” yang menyimpan potensi eksponensial. Karena sebagaimana falsafah keuangan klasik: margin is a reflection of moat.

Pak Nyaman mungkin hanya menjual bakso. Tapi secara tidak sadar, ia sedang menjalankan model ekonomi yang tak jauh beda dari perusahaan-perusahaan terkuat di dunia.

Random Tag :
$DMAS $AMAN $ADMR

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy