imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$PEHA: Anak Sakit, Ibu Sakit

Request salah satu member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Bayangkan ada perusahaan farmasi. Namanya PEHA, bagian dari keluarga besar Kimia Farma $KAEF, dan tentu saja, keluarga besar BUMN. Harusnya sih solid, stabil, dan setidaknya bisa bikin paracetamol tanpa bikin manajemennya sendiri pusing. Tapi nyatanya? Tahun 2024, PEHA nggak cuma pusing, ini udah level vertigo akut plus migrain kronis. Minum antimo tidak cukup mengobati. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Semua berawal dari ide cerdas manajemen lama yakni ekspansi lewat akuisisi. Tahun 2020 mereka beli Lucas Djaja Group seharga Rp315 miliar, padahal nilai aset bersih perusahaan itu cuma sekitar Rp180 miliar. Tapi kan ini bukan sembarang akuisisi, ini akuisisi penuh “harapan”, sisanya Rp134 miliar dicatat sebagai goodwill. Iya, goodwill. Istilah keren buat angka yang cuma ada di Excel, bukan di dunia nyata. Dan empat tahun kemudian, harapan itu berubah jadi “koreksi.” Impairment goodwill Rp53,9 miliar langsung dibukukan tahun ini. Sakit? Jelas. Tapi lebih sakit karena selama 4 tahun mereka pura-pura nggak salah.

Penjualan anjlok dari Rp1 triliun ke Rp744 miliar (−25,8%). Tapi tunggu dulu, beban usahanya malah naik dari Rp440 miliar ke Rp476 miliar (+8,1%). Penjualan turun, biaya naik. Kayak kamu jualan gorengan makin sepi, tapi malah upgrade dapur ke model industrial. Hasilnya? Laba usaha berbalik jadi rugi Rp298 miliar, dan rugi bersih Rp291 miliar. Net profit margin? -39%. Jadi tiap Rp10.000 masuk dari pembeli, PEHA justru tekor Rp3.900. Ini udah bukan bisnis. Ini aksi sosial terselubung. Bahkan jualan bakso Pak Toto tidak sesok sial ini. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kita Total aset turun dari Rp1,77 triliun ke Rp1,43 triliun. Ekuitas tinggal Rp393 miliar, padahal setahun sebelumnya masih Rp677 miliar. Retained earnings jeblok ke minus Rp376 miliar. Yang menarik? Utang bank jangka pendek Rp393 miliar, jangka panjang Rp243 miliar, dan ada tambahan utang dari pemegang saham (Kimia Farma) Rp70,6 miliar. Artinya? Udah nggak ada yang mau kasih pinjaman, akhirnya minjam ke orang tua sendiri. Bahkan covenant utang dilanggar, dan mereka minta penundaan bunga. Jadi ini bukan sekadar krisis likuiditas. Ini udah masuk ICU.

Mau tahu kenapa kas operasi mereka positif Rp141 miliar padahal rugi bersih? Karena mereka bersih-bersih besar-besaran, impair aset tetap, piutang macet, persediaan kadaluarsa, semua dicatat tahun ini. Jadi bukan karena bisnis jalan, tapi karena nyapu gudang. Piutang turun jadi Rp335 miliar, tapi piutang yang lewat 90 hari malah naik. Persediaan turun ke Rp168 miliar, tapi pencadangan meningkat dua kali lipat, itu artinya stok lama yang udah gak laku akhirnya diakui basi juga. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Segmen usahanya pun kisah sedih tersendiri. OGB alias obat generik berlogo, nyumbang 57% revenue, tapi marginnya paling kecil. Segmen ethical dan OTC yang marginnya besar, justru penyusutannya paling parah karena turun 44% dan 25%. Jadi mereka malah semakin bergantung pada lini yang volumenya besar tapi untungnya kecil, atau bahkan rugi. Ini ibarat restoran banting harga nasi goreng jadi Rp5.000, padahal modalnya Rp6.000. Tapi bangga karena antreannya panjang. Antrian bakso Pak Edi lebih panjang.

Dan jangan lupa properti investasi. PEHA punya properti investasi senilai Rp104 miliar yang entah ngapain, tidak menghasilkan revenue, tidak dijual, tidak dipakai. Mungkin sekadar hiasan di neraca. Goodwill masih dicatat Rp53 miliar walau udah jelas enggak menghasilkan apa-apa. Aset tetap nyaris tidak ada capex. Mereka bahkan menulis di catatan bahwa nilai wajar tanah Rp164 miliar, tapi dicatat lebih rendah karena pakai model biaya historis. Mungkin manajemen berpikir, “Kami punya aset bagus, tapi enggak mau nilaiin sesuai pasar. Kenapa? Biar pajaknya rendah dan tidak kelihatan punya potensi.”

Semua ini ujung-ujungnya nunjukin satu hal kalau PEHA selama ini dibangun di atas ilusi optimisme dan penundaan pengakuan realita. Akuntansi mereka ibarat nonton film horor: seramnya bukan karena hantunya muncul mendadak, tapi karena kamu tahu dari awal bahwa hantu itu ada, cuma baru dimunculin di akhir film. Tahun 2024 adalah tahun "tunjuk hidung" dan semua masalah yang disapu ke bawah karpet akhirnya membusuk dan meledak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi, kenapa PEHA sakit? Itu karena akuisisi gagal, produk margin rendah, struktur biaya berat, piutang tak tertagih, stok kadaluarsa, utang kelewat besar, dan manajemen yang terlalu lama berakrobat dalam ilusi. Tapi apakah masih ada harapan? Mungkin. Kalau manajemen sekarang benar-benar berani bongkar total, jual aset non-produktif, stop jual rugi, fokus ke lini profitabel, dan mulai berpikir layaknya perusahaan sehat, bukan zombie farmasi. Tapi kalau strategi mereka masih ngarep tender pemerintah, daur ulang utang, dan simpan bangkai di neraca? Maka satu-satunya yang bisa disarankan cuma satu yakni siapkan formalin, bukan strategi turnaround.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$SIDO

Read more...

1/6

testestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy