Tentang $KAEF Yang Sampai Sekarang Belum Rilis LK Full Year 2024
Diskusi hari ini tentang KAEF di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Bayangkan sebuah perusahaan yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda, bangga jadi pelopor farmasi nasional, punya apotek di tiap kota, pabrik obat sendiri, armada distribusi nasional, bahkan klinik kesehatan dan laboratorium. Kedengarannya seperti mesin uang yang tidak akan pernah kehabisan bahan bakar. Tapi kenyataannya, mesin ini sekarang lebih mirip mobil tua mogok yang terus dipaksa jalan pakai dorongan holding, sambil berharap ada investor yang kasihan. Inilah kisah nyata Kimia Farma (KAEF), perusahaan yang dulunya dibanggakan negara, tapi sekarang menjadi studi kasus bagaimana bisnis bisa gagal total walau punya segalanya, asal dikelola dengan penuh ketidakpedulian dan kesombongan struktural. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Per kuartal tiga 2024, rugi bersih tembus Rp550 miliar, kas tinggal Rp505 miliar, dan arus kas operasional minus Rp112,9 miliar. Itu berarti jualan jalan, tapi duit gak masuk. Sementara utang berbunga sudah menyentuh Rp5,8 triliun, dan bunga saja sudah nelen Rp214 miliar dalam 3 bulan. Artinya jual obat gak cukup buat bayar bunga doang, apalagi utangnya. Tapi yang lebih bikin miris, laporan keuangan tahunan 2024 dan Q1 2025 bahkan belum dirilis sampai akhir Mei 2025. Bayangin, perusahaan publik, BUMN pula, gak bisa rilis laporan tepat waktu. Kalau ini startup kecil seperti eFishery, mungkin bisa dimaklumi. Tapi ini BUMN yang punya sejarah lebih panjang dari umur republik.
Akar masalah KAEF bukan di revenue yang masih di atas Rp10 triliun. Bukan juga di market share karena mereka punya jaringan apotek terbanyak se-Indonesia. Masalahnya adalah mereka ingin melakukan semuanya, tapi gak ada satu pun yang efisien. KAEF produksi bahan baku lewat KFSP dan SIL, bikin obat di Phapros, distribusi lewat KFTD, jualan di apotek KFA, buka klinik lewat KFD, dan bahkan nyoba ekspansi ke Arab Saudi. Tapi dari semua itu, cuma distribusi yang untung. Sisanya merugi kayak gak ada rem. KFA rugi Rp695 miliar, manufaktur rugi lebih dari Rp1 triliun, klinik? ya rugi juga. Sementara biaya tetap seperti gaji direksi, sewa, dan logistik dibiarkan jalan terus. Ini kayak rumah bocor di mana-mana tapi pemiliknya sibuk ngecat dinding biar kelihatan estetik di Instagram. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan ketika cash mulai habis dan bank sudah enggan ngasih utang, apa solusinya? Minta suntikan ke Bio Farma. Holding-nya rela kasih pinjaman Rp467 miliar buat nutup cicilan utang ke Maybank dan Danamon. Tapi pinjaman ini bukan kado ulang tahun. Ini pinjaman berbunga 7,4%–7,65%, dan klausulnya sadis, telat bayar 10 hari, Bio Farma boleh ambil alih. Jadi bukan cuma hidup dari utang, tapi hidup dari utang yang bisa bikin perusahaan diambil alih kalau gak sanggup bayar tepat waktu. Bahkan OWK (Obligasi Wajib Konversi) Rp315 miliar yang seharusnya bisa dikonversi jadi ekuitas—baru 4% yang dikonversi. Sisanya? Masih utang, dan masih berbunga. Jadi ya, sambil jualan obat, mereka juga jualan harapan, semoga investor gak sempat buka LK. OWK nya nanti akan di konversi di harga 1025 rupiah.
Lalu orang-orang mulai bilang, “Tapi kan ada vaksin TBC dari Bill Gates, bisa jadi momentum.” Sayangnya, KAEF bukan Bio Farma. Vaksin itu diproduksi holding. Peran KAEF? Mungkin cuma jadi tukang antar dan pembuka gerai. Kita sudah lihat di vaksin COVID, mereka dapet jasa distribusi dan pelaksanaan, tapi hasilnya tetap nihil. Revenue masuk, tapi cash flow gak nambah. Bahkan persediaan vaksin kemungkinan masuk ke penyisihan persediaan rusak senilai Rp197 miliar. Jadi kalau kamu kira vaksin bisa menyelamatkan perusahaan ini, ya, sama kayak berpikir bisa selamat dari kebangkrutan cuma karena punya motor buat ojek online, padahal BBM dan cicilan belum lunas.
Ada harapan baru bernama Danantara, badan investasi negara yang katanya akan reformasi BUMN. Tapi sampai sekarang, tidak ada satu pun rupiah intervensi langsung dari Danantara ke KAEF. Semua bantuan masih datang dari Bio Farma. Danantara masih sibuk mereview 844 BUMN. Ya, kita tunggu saja, semoga mereka sempat mampir sebelum KAEF kehabisan napas. Tapi kalau mau bicara serius ya satu-satunya cara KAEF bangkit adalah potong dalam. Tutup unit usaha rugi. Kurangi apotek. Rampungkan konversi OWK. Fokus hanya ke distribusi. Dan paling penting adalah ganti manajemen yang kerjanya cuma tambal sulam dan telat rilis laporan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi kenapa saham KAEF masih bisa dibeli? Karena valuasinya sudah terdiskon habis-habisan. Kalau restrukturisasi beneran jalan, kalau Bio Farma serius ubah pinjaman jadi saham, kalau Danantara turun tangan, dan kalau vaksin TBC jadi program nasional maka KAEF mungkin bisa rebound. Tapi ya, itu banyak banget "kalau"-nya. Sementara alasan buat gak beli? Cukup satu yakni perusahaan ini belum menunjukkan keinginan untuk berubah. LK telat, kas tipis, utang tinggi, manajemen pasif, dan sistem birokratis yang justru jadi beban. Sekarang, KAEF bukan perusahaan dengan masalah. KAEF adalah masalah.
Akhirnya, ini bukan soal farmasi, bukan soal pandemi, dan bukan soal sejarah panjang. Ini soal keberanian buat jujur bahwa KAEF sudah gak sehat, dan harus dirawat dengan tindakan radikal bukan lagi vitamin B12 dan PR manis. Kalau tidak, raksasa ini akan pelan-pelan ambruk. Bukan karena tidak mampu, tapi karena terlalu malas untuk berubah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$IRRA $SIDO
1/6