$ISSP LK Q1 2025: Bisnis Jualan Pipa
Diskusi hari ini tentang ISSP di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Untuk analisis saham lainnya seperti $ADRO dan $AADI JSMR ELSA MSTI dll sudah saya bahas di postingan sebelumnya di link analisis saham https://cutt.ly/orceTC3d
ISSP atau Spindo ini adalah perusahaan yang secara struktur keuangan masih kokoh, kasnya tebal, valuasinya sangat murah, tapi sedang kesulitan menjaga efisiensi dan pertumbuhan laba. Dalam hal neraca, SPINDO adalah contoh perusahaan konservatif yang nggak neko-neko. Total ekuitas Rp5,13 triliun mendominasi lebih dari 60% total aset, dengan DER hanya 0,64x. Mereka tidak pernah rights issue, tidak ada private placement, tidak pernah bagi-bagi bonus saham, dan sejak IPO 2013, jumlah saham beredar relatif tetap. Posisi kas akhir Rp619 miliar, dan masih menghasilkan free cash flow positif Rp144 miliar meski sudah belanja capex Rp107 miliar. Artinya, dari sisi kesehatan finansial, SPINDO ini lebih mirip marathoner yang nafasnya panjang, nggak ceroboh, dan cukup disiplin. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi mulai kelihatan tekanan dari sisi operasional. Revenue turun -6,8%, laba bersih anjlok -22%, dan yang paling mengkhawatirkan adalah kas operasional (CFO) turun -47% dari Rp480 miliar di Q1 2024 jadi cuma Rp252 miliar di Q1 2025. Saat kita bedah, penyebabnya adalah kenaikan beban operasional yang nggak sinkron. Biaya distribusi naik +38%, dan biaya tenaga kerja langsung naik +20%, padahal jumlah karyawan justru berkurang. Tapi yang menarik, tahun ini Lebaran jatuh di Maret, jadi besar kemungkinan THR masuk ke beban gaji Q1, sementara tahun lalu dicatat di April (Q2). Ini menjelaskan kenapa angka beban SDM tiba-tiba melonjak di Q1 2025. Artinya, ada efek musiman yang memperburuk tampilan margin, tapi bukan sesuatu yang struktural atau berulang tiap kuartal.
Di sisi aset, persediaan naik +4,3%, padahal penjualan turun. Ini rawan jadi overstock yang bikin cash conversion makin lambat. Uang muka pembelian aset tetap melonjak dari Rp2,6 miliar ke Rp73,9 miliar, menunjukkan SPINDO sedang agresif ekspansi, mungkin beli mesin baru atau upgrade pabrik. Tapi, manfaat dari belanja ini belum terasa sekarang. Di sisi lain, anak usaha PT Spindo Engineering Industry (SEI) tidak memberi kontribusi berarti. Revenue-nya hanya Rp9 juta dalam satu kuartal dan malah rugi Rp85 juta. Ekuitas tinggal Rp50 juta. Meski kecil, tetap saja ini titik lemah dalam konsolidasi yang bisa dikunci sebelum makin bocor.
Soal margin, masih cukup sehat karena gross margin tetap di 18,9%, operating margin sekitar 11%, dan net profit margin 6,6%. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, sebagian laba bersih diselamatkan oleh pendapatan lain-lain seperti penjualan scrap dan selisih kurs, bukan dari kegiatan inti. Secara arus kas, free cash flow turun tajam -63,7% YoY, dari Rp398 miliar ke Rp144 miliar. Jadi walaupun masih positif, tekanan tetap terasa dan perlu dikendalikan agar tidak berlanjut. Ibarat jualan bakso Pak Toto, efek harga cabe naik, cashflow ikutan turun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan harga Rp298 (per 19 Mei 2025), SPINDO diperdagangkan pada PER 6,2x dan PBV hanya 0,41x. Ini sangat murah. Bahkan untuk perusahaan yang sedang dalam tekanan, valuasi seperti ini sulit dicari tandingannya di sektor manufaktur berat. Dan ini bukan perusahaan rugi, bukan perusahaan tipu-tipu (semoga ndak tipu-tipu, pak Toto hanya bisa berdoa) karena potensi labanya real, cash-nya real, dan laporan keuangannya bersih dari trik akuntansi atau transaksi siluman.
Kalau ditanya, SPINDO cocok untuk investasi atau spekulasi? Jawabannya jelas, SPINDO adalah saham untuk investasi jangka menengah-panjang, bukan buat spekulan atau trader harian, sekali lagi dengan asumsi LK Nya ndak tipu-tipu seperti Enron dan eFishery yang fishy. Valuasi diskon, tidak ada risiko dilusi, struktur modal aman, dan kas cukup untuk ekspansi tanpa utang tambahan. Tapi karena sektor baja itu siklikal dan margin-nya tipis-tipis, siapin mental kalau harga sahamnya nggak naik cepat-cepat. Ini bukan saham yang bisa lompat 15% dalam seminggu, tapi bisa jadi multi-bagger kalau kamu sabar dan beli di saat semua orang cuek.
Dari sisi risiko, SPINDO punya beberapa yang harus dijaga seperti efisiensi distribusi, pengendalian SDM, dan monetisasi aset baru. Tapi semua itu masih dalam jangkauan manajemen untuk diperbaiki. Dengan kata lain, SPINDO bukan perusahaan sempurna, tapi jelas bukan perusahaan yang kacau. Ini seperti rumah tua yang fondasinya kuat, atapnya mulai bocor, tapi isinya masih lengkap dan nilainya di bawah harga pasaran. Kalau kamu tahu cara renovasi dan sabar nunggu, rumah ini bisa jadi aset yang sangat menguntungkan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
ISSP adalah pemain lama di industri pipa baja. Produknya mulai dari pipa las lurus, pipa spiral, hingga strip dan pelat, yang dipakai di berbagai sektor mulai dari infrastruktur, otomotif, konstruksi bangunan, sampai jaringan air bersih. Dari laporan Q1 2025, mayoritas penjualan mereka datang dari pasar domestik, khususnya DKI Jakarta yang menyumbang 41,9% revenue, diikuti Jawa Timur dan Jawa Barat. Artinya, mereka masih sangat bergantung pada permintaan dalam negeri, dan belum terlalu ekspansif ke pasar ekspor, bahkan ekspor justru turun -23% YoY.
Sekarang, kalau kita bicara soal potensi dugaan manipulasi, tentu bukan untuk menuduh. Tapi wajar dong kalau sebagai investor yang ingin hati-hati, kita bertanya, “Pos mana yang kelihatan rawan?” Jawabannya ada beberapa.
Pertama, pendapatan lain-lain. Di Q1 2025, SPINDO mencatat Rp36 miliar dari pendapatan non-operasional, yang mencakup penjualan scrap (limbah baja), keuntungan selisih kurs, dan bunga giro. Ini bukan hal ilegal, tapi menarik karena Rp36 miliar itu menyumbang 34% dari laba sebelum pajak. Artinya, kalau pendapatan non-operasional ini hilang di kuartal berikutnya, margin bisa jeblok. Apakah ini manipulasi? Nggak. Tapi sebagai investor nyangkut, kita bisa bilang ini “penyangga laba” yang harus dimonitor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kedua, pos persediaan dan uang muka aset tetap. Di saat revenue turun -6,8%, persediaan malah naik +4,3%. Dan yang lebih mencolok, uang muka pembelian aset tetap melonjak dari Rp2,6 miliar ke Rp73,9 miliar. Ini bisa berarti dua hal yakni perusahaan sedang agresif ekspansi, atau bisa juga ada potensi pengendapan dana yang belum produktif. Lagi-lagi, kita nggak bilang ini manipulasi, tapi sebagai investor kritis, pos seperti ini biasanya jadi perhatian auditor karena rawan "main timing". Kalau uang muka itu ternyata tidak menghasilkan aset produktif dalam 1–2 kuartal ke depan, akan muncul pertanyaan, kenapa begitu? Kok bisa?
Ketiga, anak usaha SEI. PT Spindo Engineering Industry hanya menyumbang revenue Rp9 juta tapi mencatat rugi Rp85 juta, dengan liabilitas naik 43% dan ekuitas tinggal Rp50 juta. Kecil memang, tapi kalau ada pengalihan beban atau intercompany transaction yang tidak jelas, ini bisa jadi sumber potensi red flag. Bukan menuduh, tapi ini pos yang sering dipakai untuk menyimpan biaya atau mengatur timing laba kalau di perusahaan lain yang nakal, makanya wajar untuk dipantau. Tapi sekali lagi ini belum tentu manipulasi. Bisa aja memang anak usahanya yang kebanyakan makan dodol jadi rugi. Who knows.
Terakhir, ada satu mismatch kecil tapi layak diperhatikan yakni beban distribusi naik +38%, padahal penjualan turun. Juga, biaya tenaga kerja naik, meski jumlah karyawan justru turun. Dalam banyak kasus, ini bisa terjadi karena faktor musiman, dan memang benar bahwa THR dibayarkan di Maret 2025 karena Lebaran datang lebih awal, sementara tahun lalu THR baru dicatat di April. Jadi kenaikan beban itu kemungkinan bukan manipulasi, hanya perbedaan waktu pencatatan. Coba positive thinking. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi menurut saya SPINDO tidak menunjukkan tanda-tanda manipulasi eksplisit (semoga saja, Pak Toto hanya bisa berdoa dan jualan bakso), tapi tetap ada beberapa pos yang secara alami lebih sensitif atau rawan. Pendapatan lain-lain yang besar, uang muka aset yang melonjak, dan anak usaha yang terus rugi adalah titik-titik yang wajar untuk dicermati dengan kacamata analitis, bukan tuduhan. Kita bukan auditor, kita juga bukan penyidik. Tapi sebagai investor, kita punya hak dan kewajiban untuk curiga secara sehat. Karena dari curiga yang sehat itulah lahir keputusan investasi yang waras. Sekali lagi, bukan bermaksud menuduh. Hanya waspada aja. Secara valuasi sih, ISSP memang murah banget. Cuma ya harga saham itu yang tentukan bukan saya, tapi bandar.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10