$WOMF LK Q1 2025: Kolektor Agunan BPKB
Lanjutan dari pembahasan WOMF di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
WOM Finance (WOMF) dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025 tampil seperti murid teladan yang nyodorin rapor penuh nilai 8, tapi pas ditanya soal isi pelajaran, jawabannya gantung semua. Di atas kertas, mereka berhasil cetak laba bersih Rp62,96 miliar, dengan EPS tahunan Rp72,34. Dengan harga saham di Rp344, langsung kelihatan PER-nya cuma 4,76x. Murah? Iya. Tapi tunggu dulu, ini seperti beli mobil bekas yang luar kelihatan kinclong tapi dalemnya bekas kebanjiran, kelihatan menarik, tapi pas dipakai ngadat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita sedikit geser ke bagian kas, mulai terasa aroma tidak sedap. CFO alias arus kas dari operasional cuma Rp2,43 miliar. Ini bukan salah ketik. Rp2,4 miliar doang, dari laba Rp63 miliar. Artinya, 96% dari “laba” itu baru di dunia mimpi, belum masuk rekening. Dan lebih mengejutkan lagi, perusahaan dengan santainya bagi dividen Rp78,9 miliar. Bayar dari mana? Kalau bukan dari kas warisan masa lalu, ya dari utang. Ini seperti orang gajian Rp2 juta tapi sok gaya traktir makan keluarga besar di hotel bintang lima. Mungkin WOMF percaya pada “positive vibes only” meski kas di tangan tinggal recehan.
Kalau cek ke operasional perusahaan. Di sinilah kita mulai lihat bahwa WOMF bukan cuma jago nyetak angka laba, tapi juga mahir utak atik biaya. Beban umum dan administrasi tembus Rp153,1 miliar, naik 11,5% dibanding tahun lalu. Tapi revenue? Stagnan, anteng kayak patung Pancoran. Pos-pos yang naik pun bukan beban ekspansi, tapi pos darurat seperti kerugian agunan naik 97%, fraud naik 108%, dan promosi naik 146%. Jadi kalau kita percaya semua ini untuk tumbuh, pertanyaannya adalah tumbuhnya di mana? Beban fraud naik lebih dari 100% itu artinya banyak leasing yang aneh - aneh. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Yang lebih lucu, jumlah karyawan turun dari 2.268 ke 2.256, tapi biaya outsourcing tetap Rp72,9 miliar. Jadi kita bayar pegawai lebih sedikit tapi bayar pihak ketiga sama banyak. Ini logika outsourcing level ajaib. Efisiensi? Mungkin di brosur, karena di laporan keuangan nggak kelihatan. Tapi jangan khawatir, yang pasti naik adalah gaji manajemen. Direksi dan komisaris naik kompensasi 44,7%, jadi totalnya Rp10,2 miliar hanya dalam tiga bulan. Setara 12,8% dari laba sebelum pajak. Jadi, kalau kamu investor publik berharap kebagian remah laba, ya antre dulu di belakang para penggede dulu, karena mereka yang kenyang duluan.
Kita belum bicara soal piutang. Total piutang WOMF Rp6,26 triliun, mayoritas dari pembiayaan multiguna. Tapi NPL naik dari 1,96% ke 2,23%, dan cadangan kerugian (CKPN) hanya naik tipis dari Rp216M ke Rp239M. Jadi NPL naik, tapi pencadangan tetap malu-malu. Seperti orang tahu rumahnya bocor tapi cuma disumpal tisu. Beban agunan yang ditarik ulang dan fraud yang melonjak menandakan ada api di dapur, tapi manajemen malah sibuk poles jendela depan.
Agunan? Iya, WOMF pegang Rp3,05 triliun agunan, mayoritas BPKB motor dan mobil. Tapi lucunya, mereka nggak cerita berapa yang ditarik ulang? Berapa yang laku lelang? Berapa nilainya dibanding outstanding? LTV diklaim maksimal 90%, tapi kita semua tahu motor baru langsung anjlok 20-30% nilainya begitu keluar showroom. Artinya, margin of safety tinggal harapan. Dan kalau ekonomi melambat, motor bekas bukan barang yang gampang dicairkan. Itu bukan agunan, itu lotere. Bagus kalau motor sitaannya masih normal, kalau sudah dipreteli, gimana? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kebijakan pembiayaan pun mulai pindah ke modal kerja, yang memang naik pesat. Ini sisi positif. Tapi sayangnya, kontribusinya terhadap pendapatan belum kelihatan. Jadi pertumbuhannya masih kosmetik, belum substansi. Sementara segmen multiguna yang jadi mesin utama justru stagnan. Kita bisa bilang WOMF sedang fase transisi, tapi apakah transisinya akan menghasilkan sesuatu, atau malah kehilangan dua-duanya? Waktu yang jawab.
Struktur modal? Sekilas solid. Ekuitas Rp1,88 triliun, market cap Rp1,2 triliun. PBV 0,64x, kelihatan murah. Tapi kalau dilihat dari kacamata cashflow, ini saham yang PER-nya murah tapi P/FCF-nya 123x. Artinya kamu bayar mahal untuk perusahaan yang cuma sanggup nyetor receh ke kas. Ini kayak beli properti besar tapi penyewanya baru bayar DP, dan kamu tetap harus bayar pajak, listrik, dan petugas keamanan tiap bulan.
Dari sisi manajemen risiko, WOMF mengaku punya Risk Oversight Committee, credit scoring, dan struktur tiga garis pertahanan. Tapi pas ditanya hasilnya, mereka jawab dengan struktur. Bukan angka. Nggak ada simulasi stres, nggak ada rincian realisasi agunan, nggak ada rasio keberhasilan lelang. Semua aman di kertas, tapi kita nggak tahu apakah sistemnya dipakai atau cuma buat pamer ke OJK. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dan tentu saja, kita tidak boleh lupakan satu hal penting yakni struktur kepemilikan. WOMF dimiliki 67,49% oleh Maybank Indonesia $BNII, dan hampir banyak utang berbunga berasal dari induk sendiri seperti utang subordinasi bunga 9%, obligasi, sampai kas parkir di bank milik pemilik. Dengan dividen besar yang mengalir balik ke PSP, dan tidak ada reinvestasi laba, kita bisa bilang ini bukan perusahaan publik, ini mirip perusahaan privat dengan minoritas yang diajak numpang untung kalau lagi beruntung.
Jadi, bagus nggak sih laporan keuangan WOMF? Jawabannya tergantung kamu lihat dari sisi mana. Di sisi permukaan, ini saham murah yang cetak laba dan punya agunan besar. Tapi di balik layar, WOMF adalah perusahaan yang kasnya seret, bebannya gendut, NPL-nya naik, dan kontrolnya sepenuhnya di tangan pemilik utama. Buat yang suka beli saham pakai PER-PBV saja, WOMF itu seperti permen di etalase yang sangat menarik. Tapi buat yang suka cek gigi sebelum beli kuda, WOMF butuh pemeriksaan mendalam, karena kadang “terlalu murah” bukan berarti “terlalu bagus”, tapi bisa juga karena “terlalu banyak yang nggak diceritakan.”
Tergantung sudut pandang aja, mau lihat yang positif atau negatif. Boy Thohir jadi pemilik minoritas di WOMF tapi pemilik mayoritas di $BFIN.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10