$NRCA LK Q1 2025: Duit Nyangkut di Klien
Lanjutan analisis dari External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) dalam laporan Q1 2025 tampil seperti orang yang berdasi rapi di luar tapi sebetulnya kancing celananya copot, terlihat profesional, tapi ada hal-hal mendasar yang menganga terbuka. Di permukaan, semua terlihat positif. Revenue naik 24,4% ke Rp889,52 miliar, laba usaha naik 30,5% jadi Rp66,53 miliar, laba bersih melonjak 46% jadi Rp41,99 miliar. Untuk perusahaan konstruksi yang banyak bergantung pada proyek pihak ketiga (dan sekarang pihak berelasi), ini jelas terlihat menjanjikan. Margin operasi stabil, efisiensi SGA bagus, bahkan beban gaji dan depresiasi semua terkendali. Tapi begitu kita geser pandangan sedikit dari P&L dan masuk ke arus kas nah, di situlah kelihatan ada yang bolong. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Arus kas operasi masih merah, minus Rp19,26 miliar. Padahal revenue dan laba terlihat kinclong. Situasinya mirip orang yang pamer gaji naik tapi saldo rekening masih sama seperti awal tahun. Kalau diselidiki lebih dalam, ternyata mayoritas aset NRCA bukan berupa kas atau aset produktif, melainkan piutang usaha, piutang retensi, dan tagihan bruto yang totalnya menembus Rp1,57 triliun, atau sekitar 64% dari total aset. Sementara kas tunai hanya Rp507 miliar. Yang lucu, utang usaha yang jatuh tempo dalam 3 bulan ke depan mencapai Rp420 miliar. Jadi bisa dibayangkan, NRCA saat ini seperti berdiri di atas menara laba, tapi dasarnya bukan beton, melainkan tumpukan invoice yang belum dibayar.
Memang sih ada lonjakan pendapatan dari pihak berelasi dari yang awalnya hanya Rp18 miliar ke Rp121 miliar. Secara formal, ini bisa dianggap sebagai ekspansi yang didukung grup. Tapi secara realistis, ini mirip dengan pinjam duit ke kakak yang belum tentu dibayar cepat, hanya karena masih satu keluarga. Apalagi jika pembayaran proyek afiliasi ini tidak cair tepat waktu, NRCA akan mencatat revenue dengan penuh bangga, tapi kas tetap tiris seperti keran bocor. Dan kita tahu dalam bisnis konstruksi, tagihan yang terlambat itu bukan pengecualian, itu budaya. Bisa tanya ke vendor WIKA dan WSKT gimana caranya tagih utang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sisi geografis, Jakarta masih jadi primadona pendapatan karena mencapai Rp588 miliar atau 66% dari total revenue. Tapi margin kotornya cuma 8,3%, lumayan rendah jika dibandingkan dari seluruh wilayah. Di sisi lain, Semarang, Surabaya, dan Denpasar memberikan margin 14–19%. Medan? Sumbang rugi kotor Rp4,2 miliar dengan margin -136%. Ya, Medan layaknya proyek yang dikerjakan demi keperluan eksistensi, bukan profitabilitas. Dan kalau manajemen terus mengejar volume tanpa memperhatikan efisiensi, hasilnya bukan laba, tapi lubang. Semoga saja tiang baja konstruksi NRCA yang ada di Medan tidak hilang diambil orang.
Lalu bagaimana dengan struktur modal? Di sini NRCA patut diacungi jempol. Mereka tidak tamak dengan utang. Total utang berbunga hanya Rp171 miliar itu pun dari $BBNI dan $MAYA dan bisa ditutup penuh oleh kas. DER masih di bawah 0,7x. Mereka juga cukup hemat—capex hanya Rp0,59 miliar, itu pun disalip oleh penjualan properti investasi Rp5,37 miliar. NRCA tampaknya sedang dalam mode bertahan karena lebih banyak menjual daripada menambah aset. Strategi ini wajar untuk fase menjaga napas, tapi jika dibiarkan terlalu lama, bisa berubah jadi stagnasi.
Di harga saham Rp344, PBV NRCA hanya 0,69x dan PER sekitar 5,1x. Terlihat murah dan memang murah, kalau kita percaya angka laba itu benar-benar akan berubah jadi kas. Tapi begitu kita pakai rasio berbasis kas seperti P/FCF dan EV/FCF, semua jadi tidak relevan karena FCF-nya negatif. Di sinilah letak keanehan, NRCA adalah saham yang terlihat undervalued jika dilihat dari ekuitas dan laba, tapi overestimated kalau dilihat dari arus kas. Analoginya seperti apartemen mewah yang kelihatan murah karena cicilan ringan, padahal air PAM-nya nggak nyala.
Jadi di mana posisi NRCA sebenarnya? Mereka ada di tengah antara tangguh dan rapuh. Di atas kertas, mereka punya ekuitas besar, laba bagus, utang kecil, dan valuasi menarik. Tapi begitu masuk ke aliran uang nyata, semua jadi kurang meyakinkan. Piutang terlalu besar, arus kas tetap negatif, proyek berelasi terlalu dominan, dan efisiensi proyek masih tambal-sulam. Kalau NRCA bisa memperbaiki kualitas piutangnya, mempercepat siklus tagihan, dan lebih selektif ambil proyek, terutama menghindari proyek internal yang hanya bagus di atas kertas, maka mungkin mereka punya peluang besar. Tapi jika tidak, maka kita sedang melihat perusahaan yang tampak tumbuh, tapi sebenarnya hanya menumpuk beban di masa depan.
NRCA adalah contoh nyata dari perusahaan yang secara neraca tampak punya segalanya, tapi lupa bahwa uang tunai adalah satu-satunya bukti eksistensi nyata. Dan sebagaimana pepatah lama dunia bisnis bilang bahwa “revenue is vanity, profit is sanity, but cash is reality.” NRCA sedang berjalan di antara ketiganya. Kita tinggal tunggu apakah mereka akan turun ke bumi atau melayang di atas awan piutang lebih lama lagi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/6