imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Perlu Nggak Sih Narik Saham Biar Cuan???

Sesekali saya masih nemu orang yang nanya, “Lo masih suka narik-narik saham gak sih buat cuan?”

Jawaban saya: nggak. Dan saya juga bingung kenapa pertanyaan ini masih aja mampir. Mungkin karena dulu saya sempat aktif bahas bandarmology. Tapi dari awal saya jelas ngasih konteksnya sebagai pengamat, bukan pelaku. Saya belajar dari banyak sisi. Mulai dari ngeliat pola kerja trader besar, ngobrol sama orang sekuritas, sampai duduk bareng beberapa owner emiten di beberapa kesempatan.

Jadi kalau ada yang nganggep saya ikut narik harga, ya… mungkin kebanyakan baca thread tanpa ngopi dulu. Toh ada juga orang yang percaya Hitler mati di Garut, teori konspirasi mah bebas.

Lalu balik ke pertanyaan utama. Perlu nggak sih saham itu didorong biar cuan?

Jawabannya: tergantung.

Setiap pengendali perusahaan punya kepentingannya masing-masing. Tapi kalau ditarik garis besarnya, hampir semua bermuara ke kebutuhan pendanaan. Bukan karena mereka bangun pagi-pagi buat nyari cara ngejebak ritel. Sekecil apa pun emiten di Bursa, tetap dimiliki orang-orang kaya. Dan kalau niatnya cuma buat nakal receh, mereka nggak perlu repot masuk pasar yang seberisik ini.

Soalnya di sini apa-apa ribet. Naik dikit, dinyinyirin. Naik terus, kena UMA. Naik lagi, masuk FCA. Koreksi sedikit, dimaki. Koreksi lagi, langsung ditanya rame-rame, “ada apa ya?” Setiap tahun harus PUBEX, RUPS, laporan keuangan harus rapi. Udah repot ngurus operasional, masih sering dihadang pertanyaan dari investor yang nggak baca laporan keuangan, padahal semuanya udah ketulis jelas.

Kalau cuma mau “karungin ritel”, ribet dah.
Ada cara lain yang jauh lebih sunyi.

Kita sama-sama tahu di pasar modal ada dua aliran besar yang punya “umat” paling banyak: teknikal dan fundamental. Dua-duanya punya logika dan pakem masing-masing.

Dari sisi teknikal, kalau harga berhasil breakout resistance disertai volume besar, itu biasanya dianggap sinyal kuat. Likuiditas cenderung naik karena makin banyak trader teknikalis yang ikut masuk. Ada yang manfaatin momen itu buat jualan besar, ada juga yang santai dulu, baru keluar kalau struktur teknikal mulai jebol.

Sementara dari sisi fundamental, bisa terjadi rerating kalau laporan keuangan ternyata jauh lebih bagus dari ekspektasi. Misalnya waktu orang-orang mikir RALS bakal kalah total sama barang-barang impor. Termasuk saya juga mikir gitu. Banyak yang kabur. Tapi begitu laporan keuangannya bagus, pasar langsung heboh. Orang mulai ngitung-ngitung, kalau saham ini naik 20 persen pun yield dividennya masih lebih tinggi dari obligasi. Akhirnya rebutan. Ada yang FOMO, ada yang lepas karena butuh rotasi, dan ada juga yang ambil untung sambil cari spot baru.

Nah di sinilah sering muncul tuduhan. Harga naik dikira permainan oknum. Bahkan kadang yang dituduh bandarnya ya orang yang paling sering bahas doang. Padahal kalau menurut Pak Vier, ini kayak bandar yang lagi main sama angin. Angin di sini maksudnya harapan bahwa akan ada partisipasi publik di luar dua aliran tadi. Tapi teman-teman fundamentalis yang detail dan teknikalis yang tajam nggak gampang ketarik. Kalau sinyalnya palsu, mereka minggir. Jadi satu-satunya harapan tinggal di segmen ketiga, yaitu pasar spekulasi. Bisa aja berhasil. Tapi jelas lebih susah karena likuiditasnya tipis dan partisipannya nggak selalu loyal.

Ko John Hens dan tim MG setahu saya juga nggak mau ambil risiko di saham yang likuiditasnya tipis. Buat scalper, likuiditas itu harga mati. Mereka harus tahu kapan waktunya dagang cabe, kapan waktunya jual tahu. Nggak bisa ngotot jual barang yang lagi sepi. Investor bisa nunggu. Trader butuh keramaian.

Sebenarnya narik harga saham nggak harus pake modal besar. Sepuluh juta juga bisa kalau main di saham kecil. Tapi soal bisa jual lagi atau enggak, itu cerita lain.

Jadi balik lagi. Perlu nggak dorong saham?

Tergantung. Tapi kalau tanya saya, saya lebih senang pakai uangnya buat beli saham yang bisnisnya masih jalan, valuasinya belum kemahalan, dan rutin kasih dividen. Saya pindah jalur karena memang lebih cocok. Saya nggak punya mental sekuat scalper yang tahan goyangan dan bisa berdansa di tengah volatilitas pasar.

Kalau harus narik harga cuma buat gaya-gayaan… kayaknya nggak perlu dah.

$ADRO $DKHH $BBRI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy