imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

📍 Bahaya Laten Mi·sog·y·nist di Indonesia:
Ketika Patriarki Berpura-pura Tidak Ada

Di permukaan, Indonesia tampak telah maju. Perempuan bisa menjadi menteri, CEO, bahkan gubernur. Tapi realita di balik layar—baik di media sosial maupun meja makan keluarga—menunjukkan satu hal yang mengkhawatirkan: misoginis masih hidup dan berkembang biak dalam diam. 👀

đź§  Apa itu Misoginis?

Misoginis bukan sekadar kebencian terhadap perempuan. Ia bisa muncul dalam bentuk candaan ringan seperti,

“Wajar lah dia emosian, kan lagi PMS.”
atau,
“Perempuan cantik tuh jangan terlalu pintar, nanti cowok minder.”

Kalimat-kalimat seperti itu, yang tampaknya sepele, adalah bentuk mikro-agresi. Dan jika terus dibiarkan, ia menjadi normalisasi yang membentuk struktur sosial diskriminatif. 📉

⸻

⚠️ Misoginis Bukan Hanya Soal Pria

Yang menyedihkan, kadang perempuan pun menjadi agen dari budaya misoginis itu sendiri—dengan menyalahkan sesama perempuan:

“Makanya jangan pakai baju begitu.”
“Pantesan dia dilecehin.”

Inilah bentuk internalized misogyny, ketika perempuan tumbuh dalam sistem yang membuat mereka percaya bahwa mereka lebih rendah. Akibatnya, mereka pun ikut mempertahankan sistem itu. đź§©

⸻

📺 Media & Budaya Pop: Mesin Pembentuk Narasi

Film, sinetron, hingga iklan skincare sering tanpa sadar menampilkan perempuan sebagai:
• Tokoh lemah yang harus diselamatkan,
• Objek kecantikan,
• Ancaman bagi rumah tangga orang lain.

Akumulasi dari semua itu bukan hanya merusak representasi perempuan, tetapi juga membentuk cara pikir anak-anak yang menontonnya. Anak laki-laki tumbuh merasa superior, anak perempuan merasa terbatas. 📺⚙️

⸻

📉 Dampaknya di Dunia Nyata?
• Di tempat kerja: Perempuan sulit naik jabatan karena dianggap “tidak bisa ambil keputusan tegas”.
• Di ruang publik: Perempuan disalahkan ketika menjadi korban kekerasan seksual.
• Di dunia politik: Perempuan masih dianggap aksesoris kampanye, bukan pengambil keputusan.
• Di media sosial: Perempuan yang vokal kerap dibungkam dengan body shaming dan fitnah moral.

Misoginis memiskinkan potensi bangsa dengan menghambat setengah dari populasinya untuk berkembang. Ini bukan cuma masalah perempuan. Ini masalah pembangunan. 🌍

⸻

đź’ˇ Apa Solusinya?
1. Pendidikan kritis sejak dini: Anak laki-laki dan perempuan harus sama-sama belajar soal kesetaraan.
2. Tegur candaan seksis: Jangan dianggap sepele, karena semua sistem besar dibangun dari hal-hal kecil.
3. Perempuan harus speak up: Tapi juga perlu dukungan sistemik, agar suara itu tidak dibungkam balik.
4. Pria perlu ikut bicara: Karena diamnya pria baik, memberi ruang bagi dominasi pria buruk.

⸻

🎯 Penutup

Misoginis tidak selalu muncul dalam bentuk kekerasan fisik. Ia bisa muncul dalam bentuk anggukan diam saat teman kita bercanda seksis. Bisa muncul dalam komentar, dalam keputusan rapat, bahkan dalam algoritma media sosial. 🧠📱

Jangan tunggu punya anak perempuan untuk peduli.
Jangan tunggu viral untuk bereaksi.
Karena ketika misoginis tumbuh tanpa kontrol, kita sedang membesarkan generasi yang buta hati dan lumpuh empati.

Dan itu… bahaya nyata bagi masa depan bangsa. 🇮🇩💥

$IHSG $BBRI $NISP

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy