Alpha Saham: Membedah Kecerdikan Investor di Balik Angka Kinerjanya
I. Dari Beta ke Alpha – Dimensi Kinerja yang Lebih Dalam
Setelah kita ngobrol soal beta—tentang seberapa "liar" sebuah saham bergerak dibanding pasar—kini kita masuk ke dimensi berikutnya: alpha.
Kalau beta adalah desain kapal (besar, ringan, tahan ombak atau tidak), maka alpha adalah kecerdikan si nahkoda dalam membawa kapal itu menembus badai.
Artinya, meskipun kamu naik "kapal yang sama besar", hasil perjalanan bisa berbeda—tergantung siapa yang mengemudi, kapan dia putar arah, dan strategi apa yang dia pakai.
Alpha membantu kita menjawab pertanyaan:
“Apakah performa saham ini benar-benar hebat, atau cuma ikut arus pasar?”
II. Apa Itu Alpha?
Alpha itu selisih antara kinerja aktual sebuah saham dan kinerja yang seharusnya didapat berdasarkan resiko (beta) yang dimilikinya.
Secara sederhana:
Alpha = Return Saham – (Beta × Return Pasar)
Contoh gampang:
✓ Beta = 1
✓ $IHSG naik 10%
✓ Saham kamu naik 12%
→ Maka alpha-nya +2%
Artinya, si saham tidak hanya ikut naik karena pasar bagus, tapi mengalahkan ekspektasi berdasarkan resikonya (beta).
III. Jenis-Jenis Alpha dan Maknanya
A. Positive Alpha – Sang Juara Tersembunyi
Saham dengan alpha positif artinya ia memberikan return lebih tinggi dari yang “pantas” menurut beta-nya.
Contoh:
✓ Beta = 1.2
✓ Pasar naik 10% → expected return = 12%
✓ Ternyata saham naik 15%
→ Alpha = +3%
Makna: Ada nilai tambah. Bisa dari manajemen hebat, strategi brilian, atau momentum yang pas.
B. Negative Alpha – Resiko Tak Terbayar
Ini tanda bahaya. Saham dengan alpha negatif gagal memenuhi ekspektasi berdasarkan resikonya.
Contoh:
✓ Beta = 0.8
✓ Pasar naik 10% → expected return = 8%
✓ Saham hanya naik 5%
→ Alpha = -3%
Makna: Resiko diambil, tapi hasil nggak sebanding. Bisa jadi karena strategi keliru, atau fundamental mulai memburuk.
C. Zero Alpha – Sesuai Harapan
Tidak buruk, tidak luar biasa.
Saham naik sesuai apa yang diharapkan dari resikonya.
Contoh:
✓ Beta = 1, pasar naik 10%, saham juga naik 10%
→ Alpha = 0%
Kadang ini justru ideal untuk saham defensif atau stabil jangka panjang.
IV. Kenapa Alpha Penting Buat Investor?
✓ Alpha mengukur kualitas keputusan investasi, bukan sekadar ikut naik turun pasar.
✓ Cocok untuk evaluasi manajer investasi atau reksa dana aktif—layak nggak mereka minta fee lebih mahal?
✓ Membandingkan saham di sektor sama, siapa yang benar-benar unggul.
✓ Tapi: alpha adalah data historis, bukan jaminan masa depan. Jadi tetap hati-hati.
V. Studi Kasus Ringan: Tiga Saham Fiktif di Sektor FMCG
Saham A – Beta tinggi (High-Beta), Alpha negatif
✓ Beta = 1.3, pasar naik 10%, expected return = 13%
✓ Actual return = 10% → Alpha = -3%
Makna: Resiko besar/high-beta, tapi hasil di bawah ekspektasi.
Saham B – Beta rendah (Low-Beta), Alpha positif
✓ Beta = 0.7, pasar naik 10%, expected return = 7%
✓ Actual return = 10% → Alpha = +3%
Makna: Saham stabil/low-beta tapi performa melebihi harapan.
Saham C – Beta sedang, Alpha nol
✓ Beta = 1, pasar naik 10%, saham juga naik 10%
→ Sesuai harapan, tidak buruk, tidak mengejutkan.
Dari sini kita belajar: alpha bisa datang dari saham apa pun, asal strategi dan timing-nya tepat.
VI. Kapan Alpha Bisa Menyesatkan?
Alpha itu bukan angka suci. Bisa menipu juga kalau:
✓ Benchmark-nya salah: Perbandingan tidak adil
✓ Pasar lagi abnormal: Pandemi, crash, atau euforia hype
✓ Cherry-picking: Cuma ambil data yang kelihatan bagus buat show-off
Selalu lihat alpha dalam konteks, bukan angka lepas.
VII. Alpha dalam Strategi Portofolio Pribadi
Alpha bisa jadi alat bantu untuk:
✓ Menyaring saham yang punya keunggulan tersembunyi
✓ Menemukan kombinasi ideal antara resiko (beta) dan potensi (alpha)
✓ Menyusun strategi jangka menengah: saham dengan alpha stabil selama 3–5 tahun patut dilirik
✓ Tapi tetap kombinasikan dengan analisa fundamental & momentum!
VIII. Penutup: Alpha = Jejak Kecerdikan Investasi
Alpha bukan tentang hoki atau spekulasi. Tapi tentang kualitas keputusan investasi yang kamu buat—apakah hasilnya sepadan dengan resiko yang kamu ambil?
Saham yang low-beta + high alpha bisa jadi hidden gem.
Saham yang high-beta + negative alpha harus diawasi ketat.
Dan ingat: Alpha itu hasil dari proses. Bukan ramalan.
Mini Quiz: Seberapa Alpha Kamu dalam Investasi?
Yuk, jawab 3 pertanyaan cepat ini buat refleksi:
1. Kalau ada saham naik 25% dalam 3 bulan, hal pertama yang kamu pikirkan adalah…
A. “Langsung cuan! Gasken!”
B. “Kenapa bisa naik segitu? Ada fundamental atau euforia?”
C. “Sudah naik tinggi… waktunya jual?”
2. Dalam memilih saham, kamu lebih condong ke…
A. Yang lagi trending dan volatile
B. Yang undervalued tapi stabil
C. Kombinasi, tergantung analisis
3. Kamu lebih suka hasil investasi yang…
A. Besar, cepat, risiko juga oke
B. Konsisten, meski nggak spektakuler
C. Campuran—naik pelan tapi pasti
Hasil Mini Quiz: Alpha Style Kamu
Mayoritas A:
Kamu tipe momentum hunter. Bisa cari alpha, tapi perlu strategi risk control yang ketat.
Mayoritas B:
Kamu value seeker. Peluang menemukan saham alpha positif tinggi, asal sabar.
Mayoritas C:
Kamu investor seimbang. Strategi campuran beta & alpha cocok buatmu.
Yuk diskusi:
Saham apa yang menurutmu punya alpha tinggi di pasar Indonesia saat ini?
Atau, kamu pernah punya pengalaman menemukan saham “diam-diam menguntungkan”? Share, yuk!
Kalau kamu suka konten ini, nanti kita lanjut ke edisi berikutnya:
“Membangun Portofolio Saham Alpha Positif: Studi Kasus IDX Sektoral 2021–2025”