imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Valuasi $PNLF

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

PT Panin Financial Tbk (PNLF) ini ibarat rumah mewah tiga lantai yang tampak biasa aja dari luar, tapi begitu kita masuk dan buka tiap kamarnya—isinya ternyata penuh perabotan mahal dan aset-aset bernilai tinggi. Di laporan keuangan kuartal I 2025, total aset PNLF tercatat Rp242,15 triliun, turun dari Rp257,05 triliun di akhir 2024. Turun? Iya, tapi bukan karena kerugian, melainkan karena manajemen sengaja “bersih-bersih utang” dengan melunasi repo besar-besaran dan membiarkan simpanan nasabah sedikit turun. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Struktur asetnya terdiri dari:

1. Kredit neto: Rp128,71 triliun atau 53% dari total aset—ini sumber utama pendapatan bunga.

2. Portofolio investasi: Rp58,39 triliun, terdiri dari obligasi pemerintah, efek BUMN, reksadana, hingga saham minoritas.

3. Kas dan setara kas: Rp18,21 triliun, turun sekitar Rp4,16 triliun karena penarikan simpanan dan pelunasan repo.

4. Reverse repo: Rp5,35 triliun, sebagai instrumen penempatan likuiditas jangka pendek.

5. Aset tetap dan takberwujud: Rp10,8 triliun, termasuk gedung, sistem IT, dan goodwill.

Dari sisi liabilitas, total kewajiban perusahaan turun signifikan ke Rp164,57 triliun. Penurunan ini terutama berasal dari:

1. Liabilitas repo: turun dari Rp21,2 triliun ke Rp8,24 triliun (−Rp13 triliun).

2. Simpanan nasabah (DPK): turun dari Rp141,57 triliun ke Rp139,11 triliun.

3. Pinjaman yang diterima: naik tipis dari Rp2,94 triliun ke Rp3,01 triliun.

Langkah ini menunjukkan PNLF sedang mengurangi ketergantungan pada dana mahal jangka pendek. Secara struktur, leverage-nya jadi lebih sehat, meskipun secara kas ini “berdarah”—karena pelunasan repo dan penarikan DPK membuat arus kas operasi minus Rp9,93 triliun. Ini bukan defisit karena rugi, tapi karena mereka memilih bayar utang ketimbang refinancing. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita lihat dari sisi laba rugi, PNLF membukukan laba bersih Rp883 miliar, naik tipis dari tahun sebelumnya. Pendapatan utama berasal dari:

1. Pendapatan bunga neto: Rp2,17 triliun

2. Premi asuransi neto: Rp468,6 miliar

3. Hasil investasi: Rp173 miliar

4. (Rugi) unrealized dari efek FVPL: minus Rp161 miliar

5. Pendapatan lain-lain: Rp360 miliar

Secara margin, ROA hanya 0,36% dan ROE hanya 1,5%, yang memang rendah untuk standar korporasi biasa, tapi cukup wajar buat holding company keuangan seperti PNLF yang pendapatan utamanya berasal dari anak usaha. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Walaupun laba bersihnya positif, arus kas dari aktivitas operasi jeblok di mana CFO minus Rp9,93 triliun

Penyebab utamanya adalah pelunasan repo Rp13 triliun, penurunan DPK Rp2,6 triliun, dan penyaluran kredit baru Rp3,77 triliun
Capex kecil, cuma Rp72 miliar
Free Cash Flow (FCF) minus Rp10 triliun
Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Singkatnya, PNLF “cetak laba, tapi bakar kas" karena strategi deleverage jangka pendek.

PNLF punya 46,04% saham Bank Panin ($PNBN), dan nilai bukunya per kuartal I 2025 adalah Rp25,58 triliun. Ini belum termasuk:

1. Panin Dai-ichi Life (95%): nilai buku estimasi Rp7,41 triliun

2. Clipan Finance (23,72%) efek langsung): Rp614 miliar

3. Panin Dubai Syariah $PNBS (31%): Rp834 miliar

4. Panin Sekuritas (13,35%): Rp124 miliar

5. Investasi minoritas lain (GWSA, AMAG, Mizuho, dll): Rp829 miliar

Kalau ditotal, nilai buku sum-of-the-parts (SOTP) PNLF tembus Rp35,38 triliun. Dibagi dengan jumlah saham beredar 32,02 miliar lembar, nilai wajar per saham seharusnya Rp1.105, sementara harga pasar sekarang cuma Rp290. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau pakai pendekatan mark-to-market alias berdasarkan harga pasar anak-anak usahanya:

1. PNBN (market cap Rp28,4 T) × 46,04% = Rp13,08 T

2. CFIN (market cap Rp1,3 T) × 23,72% = Rp308 M

3. PNBS (market cap Rp1,9 T) × 31% = Rp589 M

4. PANS (market cap Rp1,12 T) × 13,35% = Rp149 M

5. Panin Life (estimasi wajar, PBV 1x) = Rp7,41 T

6. Investasi lain = Rp829 M

Totalnya jadi Rp22,37 triliun, atau sekitar Rp699 per saham. Masih lebih dari dua kali lipat harga sekarang. Artinya, diskon valuasi berdasarkan:
1. Nilai buku: 73,7%
2. Mark-to-market: 58,5%

Jadi PNLF saat ini diperdagangkan jauh di bawah nilai intrinsiknya, baik berdasarkan nilai buku maupun valuasi pasar anak-anak usahanya. Tapi karena strukturnya kompleks, banyak aset belum IPO, dan belum ada aksi korporasi buat unlock value, pasar cenderung cuek. Padahal secara fundamental, ini salah satu holding finansial paling undervalued di bursa. Dan kalau Panin Life IPO atau manajemen mulai rajin buyback, bisa jadi ini bukan cuma undervalued—tapi bakal jadi jackpot jangka panjang buat investor sabar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Memegang saham PNLF itu seperti punya tanah warisan di tengah kota yang belum dipakai apa-apa. Luas, strategis, nilainya tinggi, tapi gak menghasilkan apa-apa tiap bulan. Memang, PNLF terakhir membagikan dividen pada tahun 2022—setelah itu, sunyi. Tidak ada dividen, tidak ada pembagian keuntungan, dan tidak ada kejelasan rencana jangka pendek soal pembagian laba. Jadi wajar kalau banyak investor bertanya: “Buat apa pegang saham ini lama-lama kalau gak ada dividen juga?”

Masalahnya bukan di kinerjanya. Laba bersih tetap ada—Q1 2025 misalnya, PNLF mencatatkan laba Rp883 miliar. Ekuitas juga terus naik, anak-anak usahanya tetap mencetak pendapatan, dan portofolio investasinya terdiri dari bank, asuransi, sekuritas, hingga leasing yang semuanya aktif. Tapi laba itu tidak pernah “turun ke bawah” dalam bentuk dividen. Semuanya ditahan, disimpan, dan entah akan digunakan kapan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Nah, di sinilah dilema investor. Karena kalau tidak ada dividen, satu-satunya alasan logis memegang saham PNLF dalam jangka panjang adalah harapan bahwa suatu hari nanti saham ini akan meledak secara valuasi. Entah karena Panin Life akhirnya IPO, entah karena PNBN merger atau diakuisisi, entah karena manajemen tiba-tiba sadar pentingnya buyback atau dividen. Masalahnya, semua itu bersifat spekulatif. Investor hanya bisa menunggu dan berharap. Dan kalau tidak terjadi, ya harga saham akan terus parkir di bawah nilai wajarnya, seperti yang terjadi sekarang: saham diperdagangkan di Rp290, padahal nilai intrinsiknya berdasarkan SOTP bisa tembus Rp700 bahkan Rp1.100 per saham.

Jadi buat yang memegang saham ini, pertanyaannya bukan hanya soal angka, tapi soal filosofi. Apakah mau memegang perusahaan undervalued dan sabar menunggu katalis? Atau lebih baik pindah ke saham yang sudah jelas-jelas kasih dividen rutin dan punya perputaran harga lebih cepat? Karena tanpa dividen dan tanpa aksi korporasi yang jelas, PNLF bukan kendaraan untuk “jalan cepat”—tapi lebih seperti investasi jangka panjang yang baru terasa manisnya kalau waktunya tiba. Sayangnya, tak ada yang tahu kapan waktu itu datang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy