imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Valuasi $CMNP

Request salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Saham CMNP (Citra Marga Nusaphala Persada Tbk) per 14 Mei 2025 diperdagangkan di harga Rp1.405, dan secara angka kelihatan seperti “harta karun tersembunyi”. Bayangin aja, PER cuma 7,72x, PBV 0,63x, EV/EBITDA 7,36x, dan net profit margin tembus 25%. Tapi seperti banyak hal di dunia investasi, apa yang tampak murah di layar belum tentu murah di kenyataan. Ketika laporan keuangannya kita kuliti dari berbagai sisi—aset, utang, arus kas, efisiensi, sampai afiliasi transaksi—ada cukup banyak hal menarik, ada pula sejumlah anomali yang bikin alis mengernyit. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

CMNP punya total aset sebesar Rp24,04 Triliun, dan mayoritasnya tertanam dalam hak pengusahaan jalan tol (HPJT) senilai Rp19,68 Triliun alias 81,9% dari total aset. Aset lancarnya sendiri cuma Rp2,53 Triliun, dan setengah dari itu dulunya adalah penempatan dana investasi berbunga di PT Capital Life Indonesia—produk saving plan yang tidak dijamin LPS. Nilainya turun drastis dari Rp1,88 Triliun ke Rp1,19 Triliun karena dicairkan dan dialihkan ke kas. Hasilnya, kas dan setara kas CMNP naik jadi Rp500 Miliar, tapi bukan karena bisnisnya menghasilkan uang, melainkan karena "mindahin tabungan". Apakah CMNP akrab dengan Bank $BACA tunggu tanggal mainnya dan $CASA? Hanya sekedar bertanya 🙏

Di sisi liabilitas, CMNP punya total utang Rp9,21 Triliun, dengan utang berbunga mencapai Rp6,30 Triliun. Ini mayoritas berasal dari sindikasi bank syariah, termasuk pinjaman musyarakah mutanaqishah dari BCA Syariah dan SMI. Tapi yang menarik, CMNP juga punya utang jangka pendek Rp375 Miliar ke Bank Capital, sementara mereka juga menempatkan investasi asuransi di Capital Life—dua institusi yang punya keterkaitan. Jadi di satu sisi utang, di sisi lain simpanan. Apakah ini efisiensi pengelolaan kas? Atau hanya window dressing neraca? Kok lagi - lagi muncul Bank BACA tunggu tanggal mainnya? Pak Toto pun bingung Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pendapatan Q1 2025 naik signifikan, dari Rp890 Miliar ke Rp1,08 Triliun (+21,3%), tapi beban pokok naik jauh lebih tinggi—+42,9%, terutama dari beban konstruksi dan amortisasi HPJT. Akibatnya, margin kotor turun, dan laba usaha (EBIT) hanya naik tipis ke Rp415 Miliar. Untungnya, ada pendapatan bunga dari investasi di Capital Life yang bantu menyelamatkan laba bersih menjadi Rp273,8 Miliar (+4,3%). Dengan jumlah saham 6,02 Miliar, berarti EPS tahunan sekitar Rp182.

Dari sisi valuasi:
PER 7,72x – sangat murah secara earnings
PBV 0,63x – berarti saham ini diperdagangkan diskon 37% dari nilai bukunya
EV/EBITDA 7,36x – masih dalam batas wajar sektor tol
Net margin 25% – tinggi untuk bisnis jalan tol

Namun, sisi menarik ini cepat redup saat kita buka laporan arus kas. CFO (cash from operations) negatif Rp183,5 Miliar, dan Free Cash Flow (FCF) minus Rp564,8 Miliar. Jadi meskipun laba besar, uangnya nggak ada. Itu karena

Pembayaran ke kontraktor & vendor: Rp339 Miliar
Belanja hak jalan tol (capex): Rp362 Miliar
Bayar bunga utang: Rp121 Miliar
Bayar gaji dan pajak: Rp147 Miliar

Jadi total kas keluar kuartalan nyaris Rp1,17 Triliun. Lah terus kas masuknya dari mana? Sebagian besar dari pencairan investasi di Capital Life, bukan dari bisnis tol. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita cek efisiensinya:
ROE 8,2%
ROIC 6,9%
WACC 10,3%

Artinya, perusahaan ini tidak menciptakan nilai secara finansial karena return yang dihasilkan lebih rendah dari biaya modal. ROIC < WACC adalah sinyal klasik bahwa perusahaan masih dalam fase pembakaran modal, dan belum menghasilkan cukup return untuk menutup cost of capital.

Dan belum selesai di situ. Ketika dicek dari sisi transaksi pihak BUMN, ada utang usaha Rp598 Miliar ke Brantas Abipraya, WIKA, dan PP—kontraktor BUMN. Beban akrual juga masih ke nama-nama itu. Bahkan ada beban bunga Rp7,29 Miliar ke pemegang saham entitas anak, yang tidak dijelaskan entitasnya siapa. Jadi muncul juga potensi shadow leverage.

Mau pakai pendekatan Graham klasik? Nggak bisa juga. NCAV = -Rp6,67 Triliun, NNWC = -Rp8,44 Triliun. Artinya, bahkan jika semua aset lancar dicairkan, masih belum cukup buat nutup utang. Ini bukan saham yang layak beli pakai rumus Graham.

Struktur pemegang saham juga menarik. BNP Paribas Singapore (BP2S) masih pegang 60%, sisanya publik. Jumlah saham bertambah sedikit dari waran, jadi totalnya 6,02 Miliar lembar, dan belum ada rencana dividen. Semua laba ditahan buat proyek. BNP Paribas ini apakah milik Jusuf Hamka atau nominee? Saya pun tak tahu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi, CMNP adalah perusahaan yang kelihatan sangat murah di layar—PER dan PBV-nya bikin ngiler. Tapi ketika ditelusuri dari sisi arus kas, efisiensi, struktur utang, dan relasi antar entitas, ternyata diskon harga itu bukan hadiah, tapi harga dari risiko dan beban yang sedang mereka tanggung. Laba besar, tapi uangnya habis. Aset banyak, tapi nggak bisa dipakai bayar utang jangka pendek. Investor yang sabar, tahan waktu lama, dan percaya sama potensi jangka panjang jalan tol, mungkin bisa dapat hasil. Tapi untuk yang butuh cashflow positif, dividen, dan efisiensi sekarang juga—CMNP masih jauh dari kata matang.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy