imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

@mienzmz Di dunia saham, kita sering dengar istilah “jumlah investor naik,” tapi yang jarang dijelaskan adalah: siapa sih yang dihitung sebagai investor? Nah, di Indonesia, satu-satunya identitas resmi untuk seorang investor pasar modal adalah SID, alias Single Investor Identification. SID ini kayak NIK-nya investor—cuma satu per orang, gak bisa dobel, gak bisa palsu. Mau kamu punya akun di lima sekuritas sekaligus, tetap aja hanya punya satu SID. Jadi kalau kita lihat data pertambahan SID di satu saham, itu artinya benar-benar nambah orang baru yang sebelumnya belum pernah punya saham itu, bukan akun dobel atau pindahan broker. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sekarang kita bahas saham $BBRI, yang selama Maret dan April 2025 jadi salah satu panggung utama pergerakan investor ritel. Data dari KSEI menunjukkan jumlah pemilik BBRI melonjak dari 677.207 SID per Februari, ke 680.387 di akhir Maret, lalu tembus 690.437 SID di akhir April. Artinya, ada +13.230 investor baru masuk hanya dalam dua bulan. Dan ini bukan spekulasi—ini data riil dari KSEI. Lonjakan jumlah investor ini kebetulan juga terjadi pas BBRI lagi bagi dividen gede Rp208,4 per saham, dengan cum date 10 April dan payment date 23 April. Jadi bisa dibilang, banyak investor ritel yang masuk karena ngincar dividen, dan mereka masuk pas harga masih tenang-tenang aja.

Kenapa dibilang tenang? Karena harga saham BBRI selama Maret dan April bergerak di kisaran Rp3.620 sampai Rp3.690. Gak ada lonjakan besar, gak ada euforia. Di tanggal 21 April, harganya malah sempat turun ke titik terendah di Rp3.620, tepat sebelum dividen cair. Dan dari titik itulah semuanya berubah. Setelah dividen dibagikan, harga mulai merangkak naik, dan per 14 Mei 2025, BBRI sudah di posisi Rp4.090. Jadi kalau dihitung, investor yang masuk di kisaran harga April sekarang sedang menikmati capital gain +10,8% sampai +13%, dan kalau digabung dengan dividen, cuan totalnya bisa tembus +16% sampai +18% hanya dalam satu bulan. Enak banget. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Siapa yang belum enak? Jawabannya investor lama yang beli di harga atas. Coba mundur ke tahun 2024 atau awal 2025, saat BBRI sempat bertengger di atas Rp4.200 bahkan nyaris Rp4.400. Banyak ritel, institusi, atau bahkan asing yang masuk di harga segitu dengan harapan BBRI lanjut terbang. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: harga terkoreksi pelan-pelan dan baru stabil lagi di kisaran 3.600–3.700. Nah, mereka yang masuk di harga 4.200 ke atas inilah yang sampai sekarang masih nyangkut. Meskipun harga sudah naik ke Rp4.090, mereka masih menatap garis impas dari kejauhan. Bahkan yang masuk di puncak Januari 2024, sekarang pun belum bisa senyum penuh.

Yang unik justru di 14 Mei 2025 ini, ketika investor asing masuk belanja BBRI lebih dari Rp1 triliun, dan itu dilakukan di harga di atas Rp4.000. Artinya, ada institusi besar yang baru masuk di harga mahal, sementara ritel yang masuk di Maret dan April sudah duduk manis sambil hitung cuan. Apakah asing beli dari ritel? Bisa jadi. Tapi yang jelas, berdasarkan data SID, yang masuk saat harga masih murah ya ritel lokal itu—13 ribu orang baru yang sekarang posisinya sudah floating profit +16%. Bukan cuma dapat dividen, tapi juga capital gain. Dan mereka punya dua pilihan: tahan lebih lama atau jual sekarang dan realisasi untung. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi kalau disederhanakan Investor yang beli BBRI di Maret dan April 2025—sudah pasti cuan.
Investor yang masuk tahun 2024 atau awal 2025 di harga >4.200—masih nyangkut.
Dan investor asing yang baru belanja besar di atas Rp4.000 hari ini—baru mulai perjalanan yang investor ritel sudah nikmati lebih dulu. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy