Persediaan: Dari Biaya Historis ke LCM, dan Mengapa Investor Perlu Tahu
Dalam laporan keuangan, persediaan bukan sekadar angka di neraca. Ia mencerminkan strategi bisnis, efisiensi operasional, dan potensi risiko. Prinsip biaya historis dan pendekatan LCM (Lower of Cost or Market) adalah dasar dalam menilai persediaan secara konservatif dan andal.
1. Biaya Historis sebagai Titik Awal
Sesuai PSAK 14, persediaan awalnya dicatat berdasarkan biaya perolehan historis, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkan barang agar siap dijual atau digunakan.
Contoh:
• Sebuah produk dibeli dengan harga Rp 100.000 per unit, maka nilai ini yang dicatat di laporan keuangan, tanpa memperhatikan perubahan harga pasar setelahnya.
2. Ketika Harga Pasar Turun: Prinsip LCM Berlaku
Jika nilai realisasi bersih (net realizable value) suatu barang turun di bawah harga belinya, maka pencatatan harus disesuaikan ke nilai yang lebih rendah. Inilah prinsip LCM: Lower of Cost or Market.
Contoh:
• Biaya beli: Rp 100.000
• Nilai pasar saat ini: Rp 90.000
→ Maka dicatat Rp 90.000, dan selisih Rp 10.000 diakui sebagai rugi penurunan nilai.
Namun jika harga pasar naik, tetap dicatat sebesar biaya historis, bukan harga yang lebih tinggi. Ini adalah wujud prinsip konservatisme: mengakui potensi kerugian, bukan keuntungan yang belum pasti.
3. Risiko Tersembunyi: Persediaan yang Menumpuk
Investor perlu mewaspadai besarnya persediaan yang tercatat di neraca. Di balik angka besar dapat tersembunyi risiko nyata:
• Obsolescence (barang usang): Barang yang terlalu lama disimpan dapat kehilangan nilai karena perubahan tren, teknologi, atau kualitas.
• Penurunan harga pasar: Bila permintaan turun, nilai jual juga dapat jatuh di bawah biaya historis.
• Biaya penyimpanan dan risiko rusak: Semakin besar persediaan, semakin tinggi biaya dan risiko penyusutan nilai.
Dalam akuntansi, jika terjadi penurunan nilai atau barang tidak laku, kerugian harus segera diakui dan dicatat dalam laporan laba rugi.
4. Pencatatan Selisih Nilai
• Jika nilai realisasi bersih < biaya → rugi penurunan nilai persediaan
• Jika nilai realisasi bersih > biaya → tidak diakui sebagai laba, tetap dicatat sebesar biaya historis
5. Metode Penilaian: FIFO, LIFO, dan Rata-rata
PSAK 14 membolehkan metode:
• FIFO (First-In, First-Out): Barang yang masuk pertama diasumsikan dijual pertama → cocok di masa inflasi karena nilai persediaan akhir lebih tinggi.
• Rata-rata tertimbang: Digunakan untuk menghitung biaya unit berdasarkan rata-rata semua pembelian.
• LIFO (Last-In, First-Out): Tidak diperkenankan menurut PSAK, tapi masih digunakan di negara seperti Amerika Serikat.
Pemilihan metode ini berdampak pada:
• Nilai persediaan akhir
• Harga pokok penjualan (HPP)
• Laba kotor
• Pajak terutang
6. Aspek Perpajakan
Dalam sistem perpajakan Indonesia:
• Metode yang diterima adalah FIFO dan rata-rata tertimbang
• Penurunan nilai persediaan dapat diakui sebagai pengurang pajak, selama terdokumentasi dengan benar
• Kenaikan nilai pasar tidak boleh meningkatkan nilai persediaan, sehingga tidak menambah laba kena pajak
7. Mengapa Investor Perlu Memahami Ini?
Investor yang cermat perlu membaca angka persediaan dengan kacamata kritis:
• Apakah jumlah persediaan proporsional dengan pendapatan?
• Apakah ada risiko usangnya barang?
• Bagaimana manajemen menangani slow-moving inventory?
Prinsip biaya historis dan LCM membantu kita tetap rasional dalam menilai aset. Jangan hanya terpesona oleh besar angka persediaan—pastikan angka itu benar-benar mencerminkan nilai yang dapat direalisasikan.
Kesimpulan
Dalam akuntansi, biaya historis menjaga kita tetap berpijak pada data objektif, dan LCM melindungi kita dari overoptimisme. Persediaan dapat menjadi aset yang bernilai, atau jebakan yang membebani laba—tergantung bagaimana dikelola dan dinilai.
Bagi investor, memahami prinsip ini berarti mampu membaca lebih dalam dari sekadar angka, dan mengenali tanda-tanda kesehatan operasional yang tidak selalu terlihat di permukaan.
----------------------------------------
To be continued
studi kasus
Studi Kasus
$GOLF – Revaluasi Aset Menjelang IPO
$TOTO – Membaca Laporan Persediaan, Jadi Paham Kenapa Biaya Produksi Turun