imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GEMA: Hidup dari Proyek ke Proyek, Berdoa Klien Bayar Tepat Waktu

Kalau laporan keuangan GEMA per Maret 2025 ini diubah jadi film, maka ini bukan genre action, bukan juga horror. Ini murni drama keuangan level FTV—judulnya bisa “Untung Tipis, Napas Tipis, Tapi Masih Nekat Jalan Proyek.” Dan jujur aja, ini bukan cerita tentang perusahaan yang kepepet lalu bangkit. Ini lebih mirip orang kerja dari pagi sampai malam, dapet gaji, tapi gajinya langsung ludes buat bayar utang, cicilan, dan uang muka segala hal, terus ujung-ujungnya masih harus ngutang lagi buat bisa bertahan bulan depan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Total asetnya terlihat gagah—Rp1,13 Triliun. Tapi begitu dibuka isinya, hampir 70% adalah aset yang bukan uang. Kas cuma Rp30 Miliar. Itu hanya 2,6% dari aset, alias perusahaan ini dompetnya tipis banget. Yang gede justru piutang Rp207 Miliar, persediaan Rp185 Miliar, dan aset kontrak Rp121 Miliar. Kalau dianalogikan, GEMA ini seperti orang yang punya motor, kulkas, TV, dan iPhone, tapi nggak punya duit buat beli bensin atau makan. Banyak aset, tapi nggak ada yang bisa langsung dipakai buat bayar tukang atau supplier.

Parahnya lagi, uang muka malah naik gila-gilaan—Rp101,88 Miliar, naik 60% hanya dalam 3 bulan. Ini artinya GEMA sudah bayar vendor duluan, stok sudah disiapin, tapi barang belum dijual, proyek belum cair, dan klien belum bayar. Mirip orang yang belanja bahan kue di awal bulan tapi belum ada satu pun order masuk. Maju jalan, tapi modal kerja tercekik.

Sementara di sisi liabilitas, drama tambah tegang. Total utang Rp704 Miliar, dan 85%-nya jangka pendek. Utang bank jangka pendeknya aja Rp301 Miliar. Jadi kalau kas cuma Rp30 Miliar dan tagihan jatuh tempo Rp600 Miliar lebih, itu sama kayak kamu punya dompet isi Rp30 ribu padahal harus bayar kontrakan, utang koperasi, dan cicilan motor sekaligus minggu depan. Lebih parah lagi, liabilitas kontrak—yang biasanya jadi penolong, karena berasal dari uang muka pelanggan—malah anjlok dari Rp23 Miliar ke cuma Rp1,29 Miliar. Artinya proyek yang jalan sekarang dibiayai sendiri, bukan dari klien. Mirip orang bangun rumah buat orang lain, tapi duitnya keluar dari kantong sendiri. Kapan balik modalnya? Hanya sekedar bertanya 🙏

Lanjut ke laporan laba rugi, revenue naik 11% jadi Rp379 Miliar, tapi COGS juga naik 11,4% jadi Rp286 Miliar. Laba kotornya masih naik jadi Rp92 Miliar, tapi tetap saja margin kotor turun dari 24,7% jadi 24,5%. Kecil banget bedanya, tapi tetap penurunan. Seolah-olah kerja lebih banyak, tapi untungnya malah lebih tipis. Beban penjualan naik 18%, beban umum naik 2%, dan akhirnya laba usaha cuma Rp15 Miliar. Tapi begitu ketemu beban bunga Rp9,77 Miliar, sisa napasnya tinggal tersengal. Laba bersih cuma Rp2,70 Miliar—kalau dibagi ke 1,6 miliar lembar saham, itu cuma Rp1,64 per lembar. Kecil banget, bahkan kalau beli gorengan satu biji aja nggak cukup.

Untungnya CFO (cash flow dari operasi) berbalik jadi positif Rp10,66 Miliar. Tapi jangan terlalu gembira. Beban bunga aja Rp9,77 Miliar. Artinya, kas dari operasi hampir seluruhnya cuma numpang lewat untuk dibayarkan ke bank. GEMA ini secara kas kayak orang yang baru gajian Rp10 juta, langsung transfer Rp9,7 juta ke bank buat cicilan. Sisanya cukup buat beli bensin dan galon, kalau beruntung. Free cash flow cuma Rp8,13 Miliar, dan itu dibandingkan dengan total utang berbunga Rp382 Miliar—artinya, butuh waktu 47 tahun buat lunasin semua utang kalau pakai FCF saat ini. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Segmen bisnis GEMA juga menarik, karena yang bikin cuan bukan yang dikasih beban. Revenue terbesar datang dari proyek interior, furnitur, mekanis dan listrik: Rp204 Miliar, tapi margin kotornya cuma 16,1%. Sementara distribusi dan perdagangan cuma nyumbang Rp174 Miliar tapi margin-nya 34,1%—lebih dari dua kali lipat. Tapi lucunya, aset dan utang terbesar ditanamkan di segmen proyek. Ini kayak punya dua anak: yang satu rajin, hemat, berprestasi—tapi dikasih uang jajan seadanya. Sementara anak yang satu boros, sering minta tambahan, nilainya pas-pasan—malah dibelikan sepeda motor baru. Ibarat makan bakso Pak Toto, yang enak baksonya tapi yang dimakan justru cabenya Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Aset kontrak Rp121,76 Miliar adalah pekerjaan yang sudah selesai tapi belum ditagih. Piutang Rp207 Miliar adalah tagihan yang udah keluar tapi belum dibayar. Jadi kas perusahaan sebenarnya udah “dipakai” sama klien, cuma belum dikembalikan. Dan jangan lupa, barang di gudang ada Rp185 Miliar—stok yang mungkin menumpuk, dan belum tentu laku. Di sisi lain, uang muka Rp101 Miliar menunjukkan bahwa perusahaan sudah bayar vendor buat bahan baku dan jasa proyek yang belum tentu bisa langsung diakui jadi pendapatan. Jadi arus kas perusahaan ini seperti sirkulasi air yang tersumbat—airnya banyak, tapi yang ngalir sedikit.

Kalau dilihat dari valuasi, harga saham Rp101 kelihatan murah. PBV-nya 0,37x, artinya pasar kasih diskon 63% dari nilai bukunya. Tapi begitu dihitung PER 15,4x dan EV/FCF 15,8x, langsung ketahuan bahwa pasar kasih diskon bukan karena murah, tapi karena pasar tahu ini perusahaan butuh keajaiban untuk memperbaiki likuiditas. Ibaratnya, kamu jual mobil bagus di OLX seharga 60% dari nilai pasar—pasti orang curiga, “Jangan-jangan mesinnya ngadat?”

GEMA bukan perusahaan gagal. Tapi juga bukan perusahaan yang sehat secara penuh. Dia seperti pekerja keras yang pendapatannya pas-pasan, cicilannya banyak, uang tabungan tipis, tapi tetap kerja lembur demi bisa bertahan. Revenue-nya naik, profit-nya ada, arus kas membaik, tapi semuanya tercekik utang jangka pendek dan beban bunga. Proyek jalan, distribusi untung, tapi likuiditas tetap kritis. Kalau dibiarkan, GEMA bisa masuk ke lingkaran keuangan yang makin sempit. Solusinya? Entah cari termin dari klien, utang bank yang direstrukturisasi, atau—kalau terpaksa—tambahan modal lewat rights issue. Yang jelas, kalau terus seperti ini, GEMA bukan lagi jalan sambil ngos-ngosan. Tapi jalan cepat menuju kolaps kalau satu proyek besar saja gagal cair. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy