$GOTO $IHSG $BUKA
“Mengapa harga saham GoTo engga juga naik ? Padahal sudah ada Issue mau diakuisisi Grab dengan nilai mencapai US$ 7 Miliar,“ tanya Brenda kemarin waktu ketemu secara koinsiden di PIM.
Dia teman saya. Wanita yang sudah Mature dalam bisnis tambang.
“Ya, karena Investor tahu kalau akuisisi yang mungkin berujung Merger hanya "akal-akalan". Kedua Perusahaan itu telah mengalami kerugian bertahun-tahun. Grab mencatat kerugian bersih sebesar $158 Juta pada tahun 2024. GoTo baru saja mencapai Laba tahunan pertamanya pada tahun 2024. Artinya, secara bisnis engga ada Value dari rencana aksi korporasi itu,“ kata saya.
“Investor Grab, kan Uber ? Apa memang ada duit sebesar USD 7 Miliar ?" tanya Brenda.
“Saya engga yakin Uber punya uang. Kalaupun ada, mana mungkin Mereka mau keluar uang. Biasanya dilakukan SWAP Saham. Berdasarkan pengalaman, skema ini pada akhirnya merugikan Pemegang Saham Publik namun menguntungkan Investor,“ kata saya.
“Katanya, rencana akuisisi GoTo oleh Grab akan merugikan nasionalisme. Khawatir usaha Lokal dikuasai Asing,“ kata Brenda.
“Ah, engga ada urusan dengan nasionalisme. Jangan ada Issue "murahan" seperti itu hingga akhirnya Danantara punya alasan akusisi. Kena trap Issue. Bisa habis Modal yang disetor Negara untuk Danantara,” kata saya.
“Jadi, apa alasan sesungguhnya kalau sampai GoTo mau diakuisisi oleh Grab ?" tanya Brenda.
“Soft Bank sebagai Investor GoTo mau Focus ke bisnis keuangan digital. Mereka perlu uang untuk ekspansi. Mangkanya Mereka berencana untuk menjual unit internasionalnya di Singapura dan sebagian besar operasinya di Indonesia. Ya, Exit Strategy. Biasanya itu,“ kata saya.
Brenda tersenyum melirik ke Nazwa yang cemberut.
“Ya udah, Ale. Sehat selalu ya," kata Brenda berlalu.
Sumber Facebook :
https://cutt.ly/8rzIfEc0
Terima kasih sudah membaca.