imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SCNP LK Q1 2025: Maklon Blender

Lanjutan dari postingan sebelumnya tentang Skrining Saham Insider buy di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita bedah total laporan keuangan dan dokumen Public Expose PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) per Maret hingga April 2025, ceritanya adalah transisi yang dalam: dari perusahaan pemilik merek besar lokal menjadi pabrik maklun OEM yang sedang berjuang mempertahankan napas bisnisnya dengan mengandalkan kas besar dan beberapa inisiatif baru yang masih dalam tahap rintisan. SCNP dulunya terkenal sebagai pemilik merek TURBO, produsen alat rumah tangga seperti blender dan setrika yang sangat dikenal di pasar lokal. Tapi sejak 28 Maret 2024, SCNP resmi menjual merek TURBO ke PT Citra Kreasi Makmur (CKM), yang justru adalah klien utama mereka sendiri. Dengan perjanjian lisensi yang akan berakhir 13 Mei 2025, SCNP akan kehilangan hak menggunakan nama TURBO. Artinya, setelah tanggal itu, mereka sepenuhnya hanya menjadi pabrik tanpa merek, hanya sebagai produsen kontrak untuk pihak lain. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kondisi ini menjadi sangat riskan karena CKM menyumbang 27% dari pendapatan SCNP pada kuartal pertama 2025, setara dengan Rp15,22 miliar dari total Rp56,43 miliar. Ketergantungan terhadap satu entitas untuk hampir sepertiga revenue merupakan risiko yang sangat tinggi. CKM kini bukan hanya klien besar, tetapi juga pemilik merek yang dulunya menjadi identitas utama SCNP. Jika sewaktu-waktu CKM memutus kontrak maklun atau mengalihkan produksinya ke pabrik lain, SCNP akan kehilangan salah satu kaki penopang utamanya.

Di luar CKM, SCNP memang masih menyebut memiliki perjanjian lama dengan Philips Electronics Nederland B.V., sebuah kontrak jangka panjang yang sudah ada sejak tahun 2007 dan diperbarui pada 2015. Namun, data menunjukkan bahwa tidak ada penjualan ekspor tercatat di Q1 2025, dan bahkan dalam paparan publik, nama Philips hanya disebut sambil lalu dalam daftar mitra OEM seperti Versuni dan Oxone. Ini menunjukkan bahwa perjanjian dengan Philips hanya tersisa secara formalitas, tanpa kontribusi pendapatan signifikan. Praktis, dalam peta pendapatan saat ini, Philips sudah tidak relevan lagi secara operasional.

Namun SCNP tidak tinggal diam. Mereka mengalihkan fokusnya menjadi produsen OEM murni untuk beberapa brand lain seperti Versuni (Philips), Oxone, Merdis, dan ARRA, meski kontribusinya belum sebanding dengan CKM. Selain itu, mereka mulai masuk ke segmen baru melalui anak usaha PT Selaras Medika Digital Indonesia (SMDI) yang memproduksi dan mendistribusikan alat kesehatan NIVA (Non-Invasive Vascular Analyzer). Produk ini sudah didistribusikan melalui jaringan Kimia Farma Trading (KFTD) dan diharapkan menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan masa depan, apalagi dengan dukungan kebijakan TKDN. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi sampai saat ini, kontribusi alat kesehatan terhadap pendapatan masih minim. Sementara itu, performa bisnis inti di tahun 2024 menunjukkan bahwa SCNP hanya mampu memproduksi 989 ribu unit dari target 1,12 juta unit (sekitar 88% target tercapai). Penjualan mencapai Rp212,38 miliar, laba kotor Rp24,15 miliar (GPM 11,4%), dan laba bersih Rp12,54 miliar (NPM 5,9%). Tapi laba ini sebagian besar berasal dari penjualan merek TURBO ke CKM—artinya bukan laba berulang. Target 2025 justru menunjukkan kenyataan yang lebih realistis: meskipun penjualan ditarget naik ke Rp290,45 miliar, laba bersih hanya ditarget Rp9,38 miliar, dan GPM malah diturunkan ke 9,6%. Manajemen sadar bahwa margin bisnis maklun lebih tipis dan tidak bisa diharapkan untuk menghasilkan profit besar tanpa volume yang sangat besar atau efisiensi luar biasa.

Di kuartal pertama 2025, pendapatan SCNP turun -9,6% secara tahunan, tapi beban pokok juga turun -10,8% menjadi Rp49,75 miliar. Ini menghasilkan gross profit Rp6,69 miliar dan margin kotor naik ke 11,9%. Sayangnya, beban usaha masih lebih besar, sehingga rugi usaha tercatat Rp1,07 miliar. Untungnya, ada dua penyelamat non-operasional: bunga deposito Rp5,96 miliar dan pendapatan sewa properti Rp4,55 miliar, yang menghasilkan laba bersih Rp7,33 miliar. Tapi ini jelas bukan dari kegiatan produksi. Intinya, SCNP mencetak laba bukan karena menjual produk, tapi karena menyewakan bangunan dan menyimpan uang di bank.

Secara neraca, SCNP tampak luar biasa kokoh. Total aset Rp421,28 miliar, kas dan setara kas Rp131,74 miliar, tanpa utang berbunga, dan total liabilitas hanya Rp49,73 miliar. Rasio lancar 6,6x, debt-to-asset ratio hanya 11,8%, dan mereka memiliki posisi net cash Rp82 miliar (setara Rp32,8 per saham). Tapi semua kekuatan ini hanya di atas kertas, karena arus kas operasional negatif Rp6,63 miliar di Q1. Artinya meskipun mereka mencatat laba bersih, uang fisiknya justru keluar lebih banyak dari yang masuk. Lebih buruk lagi, piutang usaha naik tajam 40,5% menjadi Rp54,99 miliar, dan DSO melonjak ke 88 hari. Artinya ada potensi penundaan pembayaran dari pelanggan, termasuk dari CKM. Sementara itu, persediaan turun 12,2% menjadi Rp51,17 miliar, menunjukkan penurunan pembelian atau pelepasan stok lama. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi valuasi, dengan harga saham Rp157, kapitalisasi pasar SCNP adalah Rp392,5 miliar. Dibandingkan dengan ekuitas Rp371,55 miliar, PBV-nya hanya 1,06x, dan PER-nya 13,4x jika memakai EPS tahunan Rp11,72 (disetahunkan dari Q1). Ini membuat SCNP tampak undervalued. Tapi valuasi ini akan cepat kehilangan maknanya jika CKM menghentikan kerja sama, sewa properti berhenti, atau proyek alkes NIVA gagal berkembang. Nilai SCNP yang sekarang terlihat “murah”, bisa berubah menjadi mahal dalam sekejap jika fondasi pendapatannya ambruk.

SCNP sekarang bukan lagi pemilik merek, tapi produsen maklun. Mereka bukan lagi perusahaan yang hidup dari kekuatan brand, tapi dari kontrak jangka pendek, hasil deposito, dan properti yang disewakan. Mereka masih punya keunggulan dalam bentuk kas besar, utang yang nyaris nol, dan aset tetap yang masih produktif. Tapi mereka kehilangan arah komersial yang jelas. Strategi jangka panjang mereka kini bertumpu pada dua hal: mempertahankan kontrak OEM sebanyak mungkin dan mendorong pertumbuhan dari bisnis alat kesehatan. Tapi sampai hal itu benar-benar terbukti berhasil, SCNP akan terus berada di persimpangan antara bertahan lewat hasil warisan, atau mulai melangkah dengan pijakan yang benar-benar baru. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita bongkar struktur pemegang saham PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP) per akhir April 2025, gambaran yang muncul sangat jelas: ini perusahaan keluarga. Kendali utamanya dipegang penuh oleh keluarga Nursalim, lewat dua entitas: PT Sena Dwimakmur yang menggenggam 1,125 miliar saham atau 45%, dan PT Generasi Dua Sukses dengan 666,6 juta saham atau 26,67%. Dua entitas ini saja sudah menguasai 71,67% saham SCNP. Tapi belum selesai di situ—masih ada nama-nama pribadi seperti Freddy, Hendrik, Richard, Xaverius, dan Willy Nursalim yang masing-masing pegang 41,66 juta saham (1,67%). Jadi kalau ditotal, lebih dari 80% saham SCNP ada di lingkaran keluarga, baik atas nama pribadi maupun lewat perusahaan afiliasi.

Yang menarik, dulu pernah ada satu investor asing yang cukup menonjol di daftar pemegang saham SCNP, yaitu Albula Investment Fund Ltd, sebuah fund berbasis di Mauritius. Albula bukan nama asing di pasar Asia—mereka sering masuk ke saham-saham small cap yang undervalued atau lagi turnaround. Berdasarkan laporan, Albula pertama kali muncul sebagai pemegang saham SCNP sekitar pertengahan 2023, dan puncaknya mereka sempat menggenggam 331,35 juta saham, setara 12,46% dari total saham beredar. Tapi posisi ini ternyata gak bertahan lama. Per akhir April 2025, Albula sudah keluar total dari SCNP. Proses keluarnya dilakukan bertahap sejak awal 2024, dan sisa saham terakhirnya dikonversi jadi saham publik pada Maret 2024. Jadi praktis, mereka hanya bertahan kurang dari dua tahun di dalam buku saham SCNP.

Kehadiran Albula waktu itu sempat jadi sorotan karena mereka dikenal agresif dan oportunistik—masuk cepat, keluar juga gak pakai babibu kalau sudah merasa cukup. Nah, keluarnya Albula bisa ditafsirkan dua arah: bisa jadi mereka sudah puas ambil untung dari kenaikan harga, atau bisa juga mereka nilai prospek SCNP ke depan—yang makin bergeser jadi pabrik maklun tanpa merek sendiri—sudah tidak lagi sejalan dengan selera risiko mereka. Apapun alasannya, fakta bahwa investor asing seperti Albula memilih keluar tentu jadi bahan pertimbangan tambahan buat investor ritel yang masih mempertimbangkan masuk.

Setelah Albula keluar, porsi saham publik otomatis naik. Free float kini berada di 12,31%, atau sekitar 307 juta lembar saham, naik dari sebelumnya hanya 7,54%. Jumlah investor publik juga naik tipis jadi 1.305 pemegang saham. Selain itu, SCNP juga punya 192,33 juta saham treasury (7,69%) hasil buyback yang mereka lakukan. Jadi total saham yang beredar tetap 2,5 miliar, tapi dengan peta yang sekarang jauh lebih terkonsolidasi secara domestik. Tidak ada lagi investor asing besar, tidak ada lagi pemain institusi global—tinggal keluarga Nursalim dan ritel lokal.

Intinya, SCNP hari ini adalah perusahaan keluarga yang masih solid dari sisi kendali, tapi sudah gak lagi menarik bagi investor asing besar seperti Albula. Kepergian Albula menunjukkan bahwa saham ini sekarang sepenuhnya didominasi oleh pemegang domestik, dan arah strategis perusahaan sepenuhnya berada di tangan keluarga pengendali. Buat investor yang masuk, penting untuk sadar bahwa kamu hanya ikut naik perahu—karena yang megang kemudi dari awal sampai akhir, tetap nama yang sama.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy