@rozawardhana
Tambang batu bara saat awal dibuka biasanya memiliki strip ratio (rasio kupasan) yang tinggi karena:
1. Lapisan Penutup (Overburden) Masih Utuh dan Tebal
Di tahap awal, seluruh lapisan tanah dan batuan penutup di atas lapisan batu bara (overburden) belum dikupas sama sekali, sehingga untuk mengambil sedikit batu bara, harus membongkar banyak overburden.
Ini menyebabkan strip ratio (jumlah m³ atau ton overburden yang harus dikupas untuk setiap ton batu bara) sangat tinggi di awal operasi.
2. Belum Ada Akses ke Seam Paling Ekonomis
Tambang biasanya dimulai dari pinggir (highwall) atau tepi bukaan awal yang secara geometri tidak langsung berada di atas seam batu bara paling tebal atau ekonomis.
Seiring waktu, penggalian berpindah ke area seam utama yang lebih dangkal atau lebih besar sehingga strip ratio menurun.
3. Desain Tambang (Pit Design) Memprioritaskan Akses Jangka Panjang
Di awal, banyak kegiatan "development stripping" — yakni pengupasan besar-besaran untuk membentuk akses jalan tambang, ramp, dan drainase.
Kegiatan ini menambah volume overburden, tapi belum menghasilkan produksi batu bara yang seimbang.
4. Topografi Awal Bisa Tidak Menguntungkan
Jika tambang berada di dataran tinggi atau berbukit, maka awalnya perlu banyak kupasan hanya untuk sampai ke level seam batu bara.
Strip Ratio Bisa Menurun Seiring Waktu:
Setelah bukaan awal selesai dan tambang mulai memasuki zona seam yang besar dan lebih dangkal, strip ratio akan turun dan produksi menjadi lebih ekonomis.
ini sama kayak kasus $PTBA
pra 2020 sr cuma 4 x
skrg 6 x karena persiapan menaikkan produksi