imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Rekap Sektor Semen 1Q25: Laba Bersih SMGR dan INTP di Bawah Ekspektasi

▪ Semen Indonesia ($SMGR) mencatatkan laba bersih sebesar Rp43 M pada 1Q25 (vs. 1Q24: Rp472 M, 4Q24: Rp0,04 M), di bawah ekspektasi (3,6% estimasi FY25F konsensus). Sementara itu, Indocement Tunggal Prakarsa ($INTP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp211 M pada 1Q25 (-11% YoY, -78% QoQ), juga di bawah ekspektasi (11% estimasi FY25F konsensus).

▪ Kinerja yang lemah sudah terlihat dari segi top–line. Pendapatan SMGR dan INTP masing–masing turun -8,6% YoY dan -2,6% YoY, seiring penurunan volume penjualan semen seindustri sebesar -7,8% YoY.

▪ Perbedaan signifikan kinerja bottom–line antara kedua perusahaan disebabkan oleh perbedaan penurunan margin laba kotor. SMGR mencatatkan penurunan margin laba kotor sebesar -600 bps YoY pada 1Q25, sementara INTP hanya -70 bps YoY akibat kenaikan harga jual rata–rata (blended ASP) yang lebih tinggi dan kenaikan COGS per ton yang lebih moderat.

▪ Kami menilai bahwa potensi turnaround industri semen sangat bergantung pada realisasi berbagai program pemerintah. Untuk itu, investor harus tetap wait and see terhadap perkembangan industri, terutama dari segi regulasi.

1. Volume Penjualan Tertekan, Perang Harga Mereda
SMGR dan INTP masing–masing mencatatkan penurunan volume penjualan semen sebesar -6,6% YoY (vs. 1Q24: -2,1% YoY) dan -5,9% YoY (vs. 1Q24: +6,5% YoY) pada 1Q25. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh pergeseran libur Lebaran dan melemahnya daya beli masyarakat.

Mengingat adanya pergeseran seasonality Lebaran, data volume penjualan Maret 2025 harus dijumlahkan dengan data April 2025 untuk mendapatkan perbandingan secara tahunan yang lebih akurat. Namun, jika menggunakan data 2M25 saja untuk mengecualikan efek musiman, volume penjualan SMGR dan INTP tetap menunjukkan pelemahan, masing–masing sebesar -1,3% YoY dan -0,1% YoY.

Dari segi segmentasi produk, penjualan semen curah (bulk) dan kantong (bag) kedua perusahaan tersebut tertekan pada 1Q25. Namun, penjualan semen curah turun lebih dalam (SMGR: -18% YoY, INTP: -15% YoY) akibat aktivitas pembangunan IKN yang terhambat, di mana kontribusi penjualan semen curah seindustri turun ke level 28,3% pada 1Q25 (vs. 1Q24: 30,7%).

Secara positif, manajemen INTP mengatakan dalam earnings call pada Selasa (6/5) bahwa perang harga dengan SMGR sudah mereda dibandingkan tahun sebelumnya. Kedua perusahaan juga menahan penjualan produk fighting brand, sehingga menopang blended ASP.

Per 1Q25, kenaikan blended ASP sudah terlihat untuk INTP (+3,5% YoY vs. 1Q24: -9,7% YoY) dan segmen kantong SMGR (+2,5% YoY). Meski demikian, blended ASP SMGR turun -2,1% YoY (vs. 1Q24: -4,3% YoY) ke level terendahnya sejak 1Q22, akibat harga semen curah perseroan yang turun -4% YoY.

2. Beban Pokok Penjualan Membengkak
SMGR mencatatkan penurunan COGS per ton sebesar -8,1% QoQ, meski tetap naik +5,8% YoY. Di sisi lain, INTP mencatatkan kenaikan COGS per ton yang lebih moderat secara tahunan sebesar +4,6% YoY, meski secara kuartalan naik +17% QoQ. Dinamika ini membuat SMGR memiliki COGS per ton sebesar Rp711 ribu pada 1Q25, lebih rendah dibandingkan INTP di level Rp721 ribu. Ini menandai untuk pertama kalinya sejak 1Q24 SMGR lebih efisien dalam metrik COGS per ton.

COGS per ton INTP membengkak karena melonjaknya biaya bahan baku per ton (+20% YoY, +35% QoQ) seiring kenaikan harga tanah liat dan kalsit. Meski demikian, biaya energi per ton lanjut melandai secara tahunan (-2,2% YoY, +22% QoQ), dengan thermal substitution rate (TSR) INTP terus naik ke level 25,7% pada 1Q25 (vs. SMGR FY24: 7,56%). Manajemen INTP juga mengatakan bahwa fasilitas alternative fuels di pabrik Grobogan akan rampung pada 3Q25, sehingga dapat menekan biaya energi lebih lanjut.

Di sisi lain, biaya energi per ton SMGR justru mengalami kenaikan pada 1Q25 (+4% YoY, +24% QoQ) di tengah ternormalisasinya biaya lainnya per ton (-18% QoQ, +0,9% YoY) setelah melonjak signifikan pada 4Q24.

3. Outlook 2025
Manajemen INTP menyampaikan bahwa volume penjualan pada 1Q25 berpotensi menjadi yang terburuk karena pergeseran seasonality Lebaran. Volume penjualan semen seindustri sendiri masih diperkirakan akan tumbuh tipis hingga +2% YoY pada 2025 (vs. realisasi FY24: -0,35% YoY). Pertumbuhan tersebut akan bergantung terhadap realisasi berbagai program pemerintah, seperti program 3 juta rumah ataupun kelangsungan pembangunan IKN.

Terkini, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara, Basuki Hadimuljono, mengatakan bahwa anggaran pembangunan IKN senilai Rp10 T telah dibuka kembali setelah sempat diblokir. Meski alokasi anggaran tidak setinggi tahun lalu, hal ini berpotensi sedikit mendorong penjualan semen curah seindustri.

Selain itu, investor juga perlu mengikuti perkembangan regulasi zero over–dimension over–loading (ODOL). Jika wacana kebijakan tersebut diimplementasikan, kebutuhan sopir dan truk seindustri dapat naik sekitar 2–2,4x, sehingga berpotensi meningkatkan biaya pengiriman.

_______________
Everson Sugianto (@EversonSugianto)
Investment Analyst Stockbit

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy