Malas?
Di era teknologi yang semakin canggih seperti sekarang, informasi sudah sangat mudah diakses. Kita bisa mencari tahu tentang kinerja perusahaan, membaca laporan keuangan, hingga mempelajari strategi investasi dari berbagai sumber kredibel dalam hitungan detik. Namun ironisnya, masih banyak orang yang justru memilih untuk bersikap pasif. Mereka enggan belajar dari kesalahan sendiri, enggan membuka data, dan hanya mengandalkan pertanyaan yang sama berulang-ulang: "Saham apa yang bagus hari ini?"
Padahal, kenyataannya hampir semua saham dalam indeks pilihan seperti LQ45, IDX30, atau Kompas100 adalah saham yang tergolong bagus dan memiliki kinerja yang cukup solid. Masalahnya bukan pada sahamnya, tapi pada ketidaksiapan kita dalam membaca waktu dan kondisi. Bukannya menunggu dengan sabar hingga datang momen tepat untuk membeli, kita justru terburu-buru masuk hanya karena FOMO atau ikut-ikutan orang lain. Kesabaran yang seharusnya menjadi kunci, malah dilanggar demi mengejar cuan instan.
Akibatnya, banyak yang tanpa pikir panjang langsung menghabiskan seluruh dananya dalam satu waktu, alias all-in. Begitu saham turun keesokan harinya, kepanikan melanda. Bukan karena sahamnya jelek, tapi karena salah waktu masuk dan tidak punya rencana cadangan. Hal ini terjadi berulang kali karena enggan melakukan evaluasi, dan lebih memilih menyalahkan keadaan atau bertanya ke orang lain lagi, ketimbang menyusun strategi sendiri yang matang dan sesuai karakter masing-masing.
Belajar dan melatih kesabaran memang tidak mudah, tapi itulah pintu utama untuk bertahan di pasar saham. Tidak ada yang bisa memberikan hasil konsisten jika kita hanya ingin disuapi dan tidak pernah belajar menganalisa sendiri. Saham bukan soal keberuntungan, tapi soal kesiapan, strategi, dan mental. Maka berhentilah malas, mulai belajar dari setiap kesalahan, dan jadikan teknologi sebagai alat bantu untuk mandiri dalam mengambil keputusan.
$BSDE $SIDO $DMAS