imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Judol vs Saham

Bursa Efek Indonesia lagi-lagi siap-siap bawa koper. Tujuannya? Bukan roadshow ke desa-desa untuk mendekatkan pasar modal ke rakyat kecil, tapi terbang ke Hong Kong buat “promosi” saham-saham Indonesia ke investor asing. Bahasa resminya sih “membangun kepercayaan global dan memperluas basis investor institusional”. Tapi ya, dibalik jargon manis itu, tetap terasa aroma klasik: minta investor asing masuk, karena IHSG lagi seret likuiditas dan investor lokal belum bisa diandalkan sepenuhnya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Padahal, setiap pidato pemerintah—terutama Prabowo—selalu penuh semangat berdikari. “Kita nggak mau lagi ngemis ke asing!” katanya. Tapi kenyataannya, di saat yang sama, BEI sibuk jualan grafik pertumbuhan ekonomi ke fund manager luar negeri sambil bisik-bisik: “Kita diskon nih, mau beli nggak?” Ini bukan soal pengkhianatan, tapi lebih ke realitas pasar modal kita yang belum mampu hidup tanpa suntikan dana global.

Tapi coba bandingkan dengan sektor lain yang lebih “berdenyut”. Judi online, misalnya. Perputaran uangnya tahun ini diprediksi tembus Rp1.200 triliun—naik dari Rp981 triliun di 2024. Itu enam kali lipat kapitalisasi $BBCA. Pemainnya? Rakyat kecil. Modalnya? Cukup pulsa 10 ribu. Nggak perlu RDN, nggak perlu KYC, nggak ada risiko suspend, dan bisa cair kapan aja. Kenapa? Karena aksesnya gampang, sistemnya simpel, dan platformnya responsif.

Di sinilah BEI kalah telak. Mereka teriak soal inklusi keuangan, tapi beli saham masih harus satu lot alias 100 lembar. Mau beli BBCA? Siapin minimal 700 ribu. Mau beli $BBRI? Paling nggak ratusan ribu. Bandingkan dengan slot online yang cuma perlu 10 ribuan. Ini bukan promosi judol, tapi kritik pedas: kenapa platform ilegal bisa lebih aksesibel daripada platform investasi legal?

Kenapa nggak bikin lot fleksibel? Satu lot cukup satu lembar. Biar rakyat kecil bisa beli BRIS seharga Rp7.000 per lembar. Murah, legal, dan bermartabat. Mereka jadi punya rasa memiliki terhadap perusahaan lokal. Edukasi pun bisa lebih efektif karena mereka sudah punya saham beneran, bukan sekadar jadi penonton seminar. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi sayangnya, yang diurus BEI justru aturan-aturan dodol: UMA dan FCA yang nggak jelas, suspensi mendadak tanpa edukasi, dan penutupan broker yang bikin panik. Alih-alih memperbaiki fondasi ritel dalam negeri, mereka malah sibuk keliling dunia cari dana asing. Padahal kalau BEI serius memperbaiki akses dalam negeri, mungkin nggak perlu capek-capek ke Hong Kong. Karena potensi dalam negeri jauh lebih besar dari yang mereka kira.

Bayangkan kalau dana Rp1.200 triliun dari judol itu bisa dialihkan ke bursa. Bukan buat judi digital, tapi buat beli ETF, saham BUMN, atau reksadana syariah. Negara dapat pajak transaksi, investor bertambah, BEI makin likuid, dan ekonomi riil ikut bergerak. Tapi selama BEI masih sibuk nyari cuan ke luar negeri dan lupa ngasih akses logis ke rakyatnya sendiri, ya jangan heran kalau rakyat lebih pilih slot yang cair cepat, daripada saham yang naik 2% setahun tapi biaya broker 0,15%.

Pasar modal kita bukan kalah dari judi online karena sistem judol terlalu canggih—tapi karena BEI terlalu lambat, terlalu rumit, dan terlalu elitis. Saatnya sadar: solusi bukan di Hong Kong, tapi di warung sebelah. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$PANI

Read more...

1/10

testestestestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy