imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Selamat pagi

Kali ini Stock Guide mau membagikan materi yang pasti banyak yang menggunakan tetapi kami berharap dengan materi ini istilah book value, price to book value penggunaannya akan lebih dalam

3 Bias dari Book Value Per Share Yang Perlu Diketahui (Beserta Contoh Sahamnya)

Untuk membaca versi webnya bisa klik disini (versi web ada gambar-gambar pendukung biar teman-teman semakin paham) https://cutt.ly/Crk8ZJyQ

Book value per share sudah menjadi salah satu parameter wajib bagi para investor yang menggunakan analisa fundamental. Book value per share ini dihubungkan dengan harga saham menjadi price to book value. Baca yuk Mengulik Book Value & TIDAK Semua Saham Undervalue Layak Investasi https://cutt.ly/krk8ZJsb

Dengan melihat book value per share maka sepintas kita akan mengetahui kondisi perusahaan.

Dan jika 2 emiten dibandingkan antar book value per sharenya maka bisa disimpulkan jika emiten yang memiliki book value per share kecil kondisi perusahaannya lebih jelek.

Dengan menggunakan price to book value maka sepintas kita akan mengetahui apakah emiten tersebut mahal atau murah

Jika price to book value atau pbv besar maka kemungkinan mahal

Jika price to book value atau pbv kecil maka kemungkinan murah

Sampai disini semua sepakat namun ternyata ada bias yang timbul dan jarang disadari oleh investor utamanya investor pemula.

Sebagai Sahabat Investor Pemula, Stock Guide akan membahas terkait bias book value ini.

Apa saja bias tersebut? Simak terus ya

1. Book value dipengaruhi oleh aset, hutang dan non pengendali

Poin no 1 ini rata-rata sudah tau tetapi kebanyakan belum paham.

Maksudnya begini. Di aplikasi seperti RTI book value sudah menghitung full antara aset, hutang dan non pengendali sehingga book value per share yang ditampilkan sudah final.

Namun yang bisa saja tidak diketahui adalah book value bukan hanya aset dikurangi hutang tetapi juga dikurangi lagi oleh non pengendali.

Ada emiten yang aset dikurangi hutangnya masih besar tetapi ternyata pengurang non pengendalinya juga besar sehingga book value akhirnya kecil.

Hal ini akan berimbas di bagian laba bersih dan ujungnya adalah EPS yang kecil dan tentu saja dividen yang dibagikan lebih kecil.

Conto emiten yang non pengendalinya besar adalah $MTDL

Di RTI tertulis Rp 302. Darimana angka tersebut?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas perhatikan dulu ekuitas milik MTDL berdasar Q2 2024

Perhatikan bagian ekuitas total sebesar Rp 5.16 triliun. Kemudian perhatikan ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang hanya Rp 3.71 triliun. Sedangkan untuk non pengendali mencapai Rp 1.45 triliun.

Nah angka Rp 302 itu berasal dari

= ekuitas pemilik entitas induk dibagi lembar saham yang beredar

= 3.716.658.000.000 / 12.276.884.585

= 302

Coba berapa book value jika misalnya tidak ada non pengendali

= 5.169.756.000.000 / 12.276.884.585

= 421

Paham ya?

Baca Insight khas Stock Guide tentang saham MTDL ini MTDL : Laba Kecil Yang Masih Diperkecil https://cutt.ly/prk8ZJeP

Sekarang efek jika non pengendali cukup besar akan terlihat di laba bersih finalnya

Laba bersih final MTDL Rp 389.4 miliar namun yang berpotensi dibagikan dividen untuk investor seperti kita hanya Rp 276 miliar. Trus kemana yang Rp 113.3 miliar? Diserahkan ke non pengendali.

Konsep non pengendali itu bisnisnya bukan sepenuhnya milik emiten tapi ada perusahaan lain yang menyumbang saham.

Darimana kita tau?

1. Cari penjualan emiten didapat darimana

2. Cari anak usahanya

Contoh MTDL penjualan utama dari distribusi. Sekarang kita lihat perusahaan apa yang membantu MTDL (Di versi web langsung ada gambar-gambar anak usahanya. Bisa langsung dibaca disini https://cutt.ly/7rk8ZJQ3)

Paham kan?

2. Book value per share dipengaruhi oleh share alias lembar saham.

Kasus ini saya temui saat melihat kinerja $SBMA dimana book value per share SBMA ini cukup tinggi yaitu Rp 233 dibanding harga sahamnya Rp 150 (harga tanggal 17/07/2024).

Namun setelah dikulik book value per share ini besar karena lembar saham yang beredar hanya sedikit yaitu 929 juta lembar.

Dengan ekuitas Rp 217.4 miliar dibagi untuk 929 juta lembar saham.

Sekarang bandingkan dengan emiten seperti $SIDO yang jumlah lembar sahamnya miliaran.

Apa sih pengaruhnya lembar saham dengan ekuitas? Tentu saja berpengaruh dengan jumlah modalnya.

Seperti SIDO dengan modal Rp 50 perak disumbang oleh sebanyak 30 miliar maka ekuitasnya jadi Rp 1.5 triliun. Baca yuk insight terkait SIDO di artikel berikut Nasib SIDO, Tidak Rasionalnya Bursa & Potensi Tahun 2022 (Kalo Ada) https://cutt.ly/jrk8ZH6v

3. Book value harus memperhatikan instrumen penyusunnya

SBMA kembali menjadi contoh dimana emiten yang memiliki book value tinggi dibanding dengan harga sahamnya tetapi jika ditelusuri lebih dalam ternyata karena aset tetapnya bukan aset lancarnya.

Book value yang baik yang seperti apa?

Tentu saja yang asetnya berasal dari aset lancar seperti kas, piutang lancar dan persediaan. Dan hutangnya juga hutang bank kecil, utang usaha dsb.

Contoh salah satu emiten perfect yaitu SIDO.

Gimana sudah mulai paham kan?

Kalau belum kalian boleh kok langsung konsultasi ke whatsapp admin Stock Guide di sini Diskusi Saham

=======

Mau baca ANALISA terbaru saham? Klik DISINI https://cutt.ly/lrk8ZJkd

Mau baca INSIGHT yang lebih dalam? Klik DISINI https://cutt.ly/prk8ZJgs

Mau baca MATERI tentang saham untuk investor pemula? Klik DISINI https://cutt.ly/rrk8ZJoe

Mau menggunakan Kalkulator khusus Saham? Klik DISINI https://cutt.ly/7rk8ZJxV

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy