Kok Bisa Ekuitas $PPRO Terbang?
Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di postingan sebelumnya ada user Stockbit @LKHisrealBandar mengomentari ekuitas PPRO yang terbang. Memang ajaib ini direktur keuangan PPRO dan $PTPP. Teknik mereka meloloskan PPRO dari jerat pailit bisa dibilang di atas teknik rata-rata.
PPRO barangkali layak dinobatkan sebagai pesulap finansial kuartal ini. Bayangin, perusahaan yang sebelumnya kelihatan megap-megap dengan liabilitas Rp16 triliun dan ekuitas cuma Rp2,2 triliun, tiba-tiba dalam waktu tiga bulan bisa tampil glowing dengan ekuitas tembus Rp12 triliun dan liabilitas tinggal Rp6 triliun. Kaya mendadak? Bukan. Cuan gede? Nggak juga. Disuntik investor kakap? Sama sekali enggak. Trik sebenarnya adalah: mereka ngeluarin kartu andalan bernama “Surat Berharga Perpetual” senilai Rp9,63 triliun yang dicatat sebagai ekuitas. Bukan uang baru yang masuk, bukan utang yang dibayar, tapi utang lama yang diganti label dan pindah kamar—dari liabilitas ke ekuitas. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Skenario ini resmi disahkan lewat putusan PKPU No. 269/Pdt.Sus/PKPU/2024/PN.Niaga Jkt.Pst tertanggal 17 Februari 2025, yang intinya menyatakan bahwa utang PPRO ke PT PP (Persero) Tbk dan kawan-kawan berelasi lainnya dikonversi menjadi pinjaman tanpa jatuh tempo alias perpetual loan. Ini bukan pinjaman biasa—bunga cuma 0,75% (nantinya naik tipis ke 0,85%), boleh ditunda bayarnya, dan gak ada tenggat waktu pengembalian pokok. Bahkan PPRO punya hak (bukan kewajiban) buat nebus pokoknya kapan pun mereka mau. Alias: kalau gak mau, ya gak usah. Mirip kayak punya utang ke orang tua—secara hukum gak wajib bayar, secara moral ya... relatif.
Laporan keuangan juga menjelaskan ini semua secara lugas. PPRO mencatat surat berharga ini sebagai ekuitas karena sesuai dengan PSAK 50 yang memperbolehkan pencatatan ke ekuitas asal tidak ada kewajiban kontraktual bayar pokok atau bunga secara pasti. Alhasil, posisi keuangan PPRO sekarang tampak bugar: DER langsung menyusut dari 7,3× jadi 0,5×, bikin rasio solvabilitas seolah-olah membaik drastis. Tapi kenyataannya, ini cuma kosmetik akutansi. Tidak ada satu rupiah pun kas yang masuk dari transaksi ini. Semua cuma rekayasa catatan—alias ganti tempat, bukan ganti nasib. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara akuntansi, ini sah. Tapi secara ekonomi? Nggak semudah itu, Pak Toto jualan bakso. Kreditur yang utangnya dikonversi tetap punya klaim. Meski tidak setara dengan pemegang saham biasa, mereka tetap bisa nuntut kalau PPRO gagal bayar atau mangkir dari perjanjian selama 28 tahun ke depan. Jadi, meskipun posisinya dipajang sebagai “ekuitas”, secara substansi ini tetap utang lunak jangka super panjang yang disulap jadi modal. Dan ini bukan ekuitas biasa—ini ekuitas palsu yang boleh ditunda pembayarannya, tapi bisa sewaktu-waktu ditagih dalam kondisi tertentu. Kalau perusahaan mau kelihatan sehat di laporan, ini trik cerdas. Tapi kalau bicara kualitas modal? Yah... 80% ekuitas PPRO sekarang isinya ya janji lunak berbau utang.
Komposisi ekuitas sekarang terdiri dari modal disetor Rp1,54 triliun, agio Rp1,75 triliun, laba ditahan minus Rp1,91 triliun, dan sisanya—sekitar Rp9,63 triliun—adalah hasil sulapan perpetual loan. Gak heran kalau laporan keuangan PPRO sekarang terlihat “kaya”, padahal daya belinya belum tentu berubah. Ini ibarat orang yang tiba-tiba masuk daftar Forbes karena ngaku punya janji dibayar Rp10 triliun, padahal belum ada uang masuk ke rekening. Ilusi yang rapih, legal, tapi tetap ilusi.
Dan di sinilah letak bahaya bagi investor yang cuma lihat headline dan rasio DER. Neraca PPRO memang tampak sehat, tapi arus kas operasional tetap jadi penentu nasib asli. Kalau proyek mangkrak, penjualan seret, dan tagihan masuk terus, perusahaan tetap bisa megap-megap. Mencatat perpetual loan sebagai ekuitas itu seperti menyembunyikan sisa utang di laci, terus bilang ke dunia: “Lihat, rumahku bersih!” Padahal, lacinya penuh utang baju kotor. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Jadi apa yang dilakukan PPRO ini bukan penipuan. Laporan keuangan cukup jujur menjelaskan semua mekanismenya. Tapi ini jelas strategi finansial yang kreatif, bahkan sangat kreatif—mungkin saking kreatifnya bisa jadi studi kasus di fakultas akuntansi. Tapi buat kamu yang mau menilai kesehatan PPRO secara jujur, jangan cuma lihat rasio. Lihatlah ke dalam: arus kas, prospek proyek, dan kemampuan menghasilkan laba tunai. Karena pada akhirnya, perusahaan gak bisa bayar utang pakai angka indah di laporan. Tetap butuh duit yang nyata, bukan ekuitas dari janji.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/9