$BBHI vs $BBYB: Katanya Sesama Bank Digital
Request salah satu member user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Di tengah hingar-bingar tren "bank digital" yang katanya revolusioner, dua nama ini sering jadi bahan diskusi: BBHI (Allo Bank) dan BBYB (Bank Neo Commerce). Keduanya sama-sama tampil dengan branding kekinian, aplikasi yang serba digital, dan jargon-jargon modern yang bisa bikin investor ritel ngiler. Tapi begitu laporan keuangan Q1 2025 mereka dikupas lapis demi lapis, ceritanya jauh dari sesimpel “bank digital = masa depan”. Karena ternyata, yang satu untung dari menebar penalti, dan yang satu lagi untung dari nggak nyisihin cukup cadangan buat kredit macet. Siapa bilang digital selalu efisien dan berkelanjutan? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kita mulai dari BBYB. Mereka dengan bangga mengumumkan lonjakan laba bersih dari Rp14,23 miliar menjadi Rp159,95 miliar—alias naik 1.023%. Keliatannya sih luar biasa. Tapi kalau ditelusuri lebih dalam, pendapatan utamanya justru menurun. Net interest income (NII) turun 20,2% YoY jadi Rp617,23 miliar. Pendapatan operasional lain juga jeblok 34,4% ke Rp104,22 miliar. Total pendapatan operasional mereka hanya Rp721,45 miliar. Jadi, kalau pendapatan turun tapi laba bersih naik 10 kali lipat, maka jelas ada yang harus diperiksa di sisi biaya. Ternyata benar, BBYB menghemat besar-besaran: CKPN turun 46,5% dari Rp656,97 miliar ke Rp351,85 miliar, dan biaya operasional ditekan habis-habisan—G&A expense turun 29% ke Rp108,27 miliar, biaya pemasaran anjlok 42% ke Rp10,14 miliar, dan total biaya operasional turun 38,8% jadi Rp561,81 miliar. Maka tak heran cost-to-income ratio membaik drastis dari 113,6% ke 77,9%.
Tapi efisiensi ini ada biayanya. CKPN terhadap kredit turun dari 7,2% jadi 6,7%, artinya bantalan pengaman untuk kredit bermasalah makin tipis. Belum lagi, kredit bruto BBYB malah turun 3,1% QoQ ke Rp8,5 triliun, sementara DPK naik 4,8% ke Rp13,7 triliun. Artinya uang makin banyak tapi nggak disalurkan, hanya diparkir di penempatan likuid. Ini bikin kas dan setara kas naik 91% ke Rp2,9 triliun, tapi yield makin tipis karena penempatan di BI jelas nggak bisa kasih bunga setinggi kredit. LDR jeblok ke 58%—indikasi BBYB lebih mirip bank penitipan uang daripada lembaga penyalur dana produktif. Sumber bunga masih 86% dari kredit digital retail, dan beban bunga masih 82% dari deposito berjangka. Nggak heran margin mereka makin sesak nafas. Jadi, “bank digital” ini sejatinya belum mencetak uang dari digitalisasi, tapi dari menekan biaya dan melepas bantalan kredit. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Sekarang kita lihat BBHI. Di kuartal yang sama, BBHI mencetak laba bersih Rp112,5 miliar, naik tipis 0,9% dari tahun lalu. Tapi bedanya, sumber labanya masih dominan dari core operation: pendapatan bunga naik 17,1% jadi Rp401,2 miliar, NII naik 18,6% jadi Rp312,1 miliar dan menyumbang 80% dari pendapatan operasional. Namun motor kedua mereka adalah pendapatan denda dan biaya administrasi yang meroket 146% jadi Rp71,8 miliar. Total other operating income naik 124% jadi Rp78,4 miliar—kontribusinya ke pendapatan operasional 20%. Jadi, BBHI ini untung bukan karena nasabah makin banyak, tapi karena nasabah telat bayar. Ironisnya, kalau kualitas kredit makin bagus, denda ini bakal otomatis turun. Ini bukan recurring income yang sustainable, tapi “bonus” dari ketidakpatuhan nasabah.
Namun, BBHI juga mulai keteteran. Beban pegawai naik 17% ke Rp48,3 miliar dan G&A naik 36% ke Rp142,5 miliar. Total biaya operasional non-bunga naik 31%, menyerap 61% dari pendapatan kotor. Yang lebih mengkhawatirkan: CKPN mereka melonjak 703% ke Rp53,7 miliar karena kenaikan loan stage 2 dan 3—indikasi kredit bermasalah mulai merayap naik. Kredit bruto turun 7,3% jadi Rp6,95 triliun dan penempatan di BI turun 80%. Tapi mereka hampir menggandakan portofolio surat berharganya dari Rp2,85 triliun jadi Rp5,08 triliun, artinya mereka memilih "kupon aman" dari SUN ketimbang repot ngurus debitur baru. Strategi defensif ini masuk akal saat risiko kredit mulai tinggi. Total aset BBHI juga menyusut 5,1% jadi Rp13,26 triliun, dan tabungan turun 19% ke Rp4,95 triliun, tapi likuiditas masih aman karena cadangan SUN tetap kuat. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Soal fundamental, BBHI masih relatif kuat: coverage CKPN terhadap NPL di kisaran 117%, dan CAR lebih dari 85%—artinya bantalan modal tebal. Core profit (NII + fee) masih menyumbang ±83% dari laba operasional. Tapi tetap, lonjakan laba didorong oleh pos non-core yang oportunistik—pendapatan denda. Dan kalau nasabah makin patuh, ya pendapatan ini bisa hilang seperti insentif ojol yang dulu pernah ada tapi sekarang tinggal kenangan. Sementara itu, provisi yang naik menandakan kualitas kredit mulai goyah. Kalau nggak cepat dibalik, BBHI bisa kejebak di zona stagnan.
Singkatnya, BBYB dan BBHI sama-sama pakai label "bank digital", tapi satu pakai strategi “hemat cadangan dan buang biaya” untuk bikin laba kinclong, dan satu lagi “tebar denda dan parkir di SUN” buat jaga margin. Keduanya sama-sama belum bisa menunjukkan pertumbuhan yang benar-benar datang dari perluasan bisnis digital yang sehat dan berkelanjutan. Dan kalau tren kualitas aset terus memburuk, jangan kaget kalau di kuartal berikutnya kita nggak lagi bahas “kenaikan laba”, tapi “kenapa labanya hilang”. Karena digital boleh canggih, tapi kalau isinya cuma potong biaya dan tebar penalti, ya itu bukan masa depan perbankan—itu cuma akrobat keuangan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10