imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

MNCN Kenapa Nyungsep Terus?

Pertanyaan salah satu user Stockbit bukan di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau mau jawab sejujur-jujurnya, cerita soal MNCN ini sebenarnya gampang. Secara fundamental memang cakep, tapi trust investor ke manajemennya rendah. Kalau kita lihat dari angka-angka yang ada sekarang, per 29 April 2025, MNCN ini ibarat permata yang dikubur di lumpur. Bayangin, Revenue l Rp7,95 Triliun dengan Net Income Rp1,07 Triliun, Gross Profit Margin 40,32%, Net Profit Margin 7,82%, dan utang? Cuma segitu doang. Total liabilitas cuma Rp2,06 Triliun lawan ekuitas Rp21,5 Triliun. Debt to Equity Ratio? 0,08x. Mau cari perusahaan di BEI yang neracanya sebersih ini sambil dijual dengan PBV 0,19x dan PER 3,79x? Susah. Hampir mustahil. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Bahkan EV/EBITDA cuma 2,29x. Buat ukuran perusahaan TV yang mesin cashflownya segede ini, harganya udah gila-gilaan murah. Dari sudut pandang value investing murni, MNCN ini kayak uang kertas Rp100 ribu yang dijual Rp19 ribu.

Tapi masalahnya bukan di angka. Masalahnya di orang di balik angka itu.

Hary Tanoe pernah bilang di 2019, "Kalau 5 tahun lagi harga MNCN cuma Rp3.000 saya mundur." Hari ini? Harga MNCN malah Rp270-an. Bahkan cuma 10% dari target janji omongannya sendiri. Dan sekarang? Dia masih santai aja duduk manis di kursi Presiden Komisaris. Bukannya mundur, malah makin ngunci kekuasaan. Ini yang bikin banyak fund manager, apalagi asing, kabur dari saham ini. Data juga ngasih tau: foreign ownership terus anjlok dari 13% ke cuma 9% sekarang. Local? Yang nambah juga cuma ritel-ritel kecil.

Grup MNC (MNCN dan BMTR) gagal merger.
Padahal rencana merger diumumin 2022, dikira bakal bikin konglomerasi konten raksasa. Tapi dua tahun lewat, sampai 2025, gak ada progres apa-apa. Bursa aja udah angkat tangan bilang gak tahu.

Hary Tanoe dan 6 anggota keluarganya nyaleg Pemilu 2024, semua kalah.
Bukan cuma kalah tipis. Gagal total.
Suara partainya (Perindo)? Gak lolos ke DPR, cuma dapet 1,2%-2,8%. Kandas sudah semua ambisi politik keluarga Tanoe.

Kalau mau pakai teori konspirasi dikit, banyak yang menduga sebenernya saham MNCN ini sengaja dibikin low profile, di-keep murah, buat satu skenario: buyback diam-diam atau private placement besar-besaran ke tangan-tangan tertentu saat retail udah nyerah jual murah. Apalagi, dari data terakhir, jumlah investor ritel MNCN malah terus turun beberapa bulan terakhir. Weak hand disapu bersih. Yang bertahan? Kemungkinan ya insider dan kelompok-kelompok yang ngerti 'agenda besar' berikutnya.

Dari sisi teknikal, PBV MNCN sekarang udah dekat -2 SD dari rata-rata historis 5 tahun. Artinya apa? Secara statistik, ini udah level undervalue ekstrem. PER juga udah ambruk jauh di bawah band normal. Apalagi insider (Global Mediacom) malah nambah terus kepemilikan bulan Maret kemarin.

Kalau pakai logika sederhana, ini saham yang di bawah sadar semua orang tahu, harganya mustahil bertahan segini selamanya. Tapi problemnya: timing kapan 'dihidupin' itu siapa yang tau? Nunggu ada trigger besar: restrukturisasi grup, spin off, atau aksi corporate yang meaningful. Atau bisa juga simply: harga segini gak make sense, lama-lama juga balik ke harga wajarnya.

Apakah potensi multibagger ada?Jawabannya, ada. Bahkan di atas kertas, potensi return bisa 3x-5x dari harga sekarang, tanpa perlu revenue growth yang bombastis, cuma butuh normalisasi valuasi.

Tapi buat nanya apakah low risk? Jawabannya Tergantung perspektif. Dari neraca dan valuasi, iya low risk. Tapi dari faktor trust, governance, dan potensi dead money, high risk banget.

Potensi sentimen ke depan?

1. Kalau ada restrukturisasi ulang grup (misal spin-off unit digital ke MSIN) = positif.

2. Kalau ada buyback besar = positif.

3. Kalau keluarga Tanoe mulai benar-benar mengurangi kontrol langsung = positif banget (tapi hampir mustahil).

4. Kalau MNC Group dapat funding atau partner besar buat konten digital = positif.

5. Tapi kalau grup tambah skandal lagi atau gagal bayar obligasi? = tamat.

Pandangan soal MNC Group dan BMTR, dari pengalaman, grup ini terlalu banyak janji, terlalu dikit eksekusi. BMTR sendiri bahkan lebih parah, revenue drop, net income drop, valuasi super diskon, tapi gak ada perbaikan berarti. Ini bukan masalah model bisnis, ini masalah kepercayaan. Orang udah gak percaya sama janji-janji manis lagi. Udah capek makan janji.

Kalau pakai logika orang tua, MNCN itu berlian yang dilempar ke got. Kalau mau ngambil, ambil sekarang waktu semua orang jijik. Tapi siapin mental, karena bisa aja makin bau dulu sebelum akhirnya berkilau.

Kalau ngomongin MNCN hari ini, satu dosa besar yang gak bisa ditutup-tutupi adalah kehilangan market share iklan ke platform digital kayak YouTube, Netflix, TikTok, bahkan sekarang juga ke platform recehan kayak SnackVideo atau Instagram Reels. Dulu, di era 2010-an awal, iklan di TV itu raja. Semua brand dari sabun, motor, mie instan, bahkan kampus abal-abal, semua budget-nya lari ke RCTI, MNCTV, Global TV. Tapi sekarang? Anak-anak muda gak nonton TV lagi. Mereka nonton YouTube, scroll TikTok, binge-watching Netflix. TV? Ketinggalan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Data kasar industri bilang, di tahun 2015, total belanja iklan di Indonesia 70-80% masih disedot TV nasional. Tapi masuk 2020-an, share iklan TV mulai melorot ke sekitar 55%-60%. Terus 2024? Prediksi banyak analis, belanja iklan TV turun lagi jadi sekitar 45%-50% dari total ad spending nasional. Dan digital ads? Naik gila-gilaan, sekarang udah ambil 40% lebih dan terus meroket.

Artinya apa? MNCN terjepit. Mereka memang punya revenue Rp7,95 Triliun, tapi growth-nya? Cuma 2,19% YoY. Itu udah termasuk "susah payah" jualan konten digital, belum bisa nutup anjloknya iklan konvensional.

Kalau dulu brand wajib pasang iklan di RCTI buat survive, sekarang opsinya banyak: tinggal modal Rp5 juta, iklan kita udah bisa nongol di TikTok Ads atau YouTube. Dan lebih parahnya lagi, di platform kayak TikTok, brand bisa langsung targeting ke pasar spesifik — tanpa harus buang duit mahal-mahal kayak pasang iklan prime time TV nasional.

MNCN sebenernya sadar bahaya ini. Makanya dari 2019 mereka kampanye gede soal transformasi digital — ada program Vidio, Vision+, content creator network, dan sebagainya. Tapi jujur aja, eksekusinya lambat. Sumbangan revenue digital mereka sekarang baru sekitar 20%-25% dari total revenue. Target 40% kontribusi digital yang dicanangkan Hary Tanoe di 2019? Sampai 2025 ini masih jauh panggang dari api. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sementara YouTube? Di Indonesia, per 2024, pengguna aktif bulanan YouTube lebih dari 139 juta orang. TikTok? Gak mau kalah, pengguna aktif di Indonesia 125 juta orang. Netflix? Gak gede-gede amat, tapi tetap jadi platform hiburan favorit untuk kelas menengah atas yang spending power-nya besar.

Di sisi lain, audience MNCN tetap kuat di segmen usia tua dan daerah tier-2 dan tier-3. Jadi kalau mau cari viewership di kalangan emak-emak, bapak-bapak di kota kecil, MNCN masih ada taring. Tapi buat target brand-brand baru yang mau branding ke anak muda urban? Udah lewat jamannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Intinya MNCN masih bertahan di segmentasi tradisional, tapi market share iklannya terus digerus. Revenue bisa stabil untuk sementara, tapi growth ke depan berat kalau gak ada gebrakan di digital.

Kalau mau bahasa kasarnya MNCN itu kayak toko kaset CD zaman 2005. Masih ada yang beli, tapi udah mulai kosong. Yang rame udah pindah ke streaming.

Kalau mau bahas soal potensi harga MNCN, kita gak bisa cuma lihat satu sisi doang. Harus jujur, ada dua jalur yang bisa kejadian yakni satu jalur ke surga multibagger, satu lagi ke neraka sunset industry. Ini realitanya, bukan harapan kosong.

🔥Skenario Positif
Kalau MNCN berhasil bangkit, misalnya mereka beneran gaspol di digital, RCTI+ meledak, Vision+ dapet pelanggan banyak, lalu iklan di OTT mereka mulai nambah, ini bisa mengubah landscape. Ditambah sedikit perbaikan governance (misal ada spin-off MSIN yang sukses, atau restrukturisasi grup), market bisa mulai pricing-in optimisme lagi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dalam skenario positif ini, net Income naik ke Rp1,5 Triliun. PER normalisasi ke 5x (masih konservatif, belum euforia). Target Market Cap = 5 × 1.500 = Rp7,5 Triliun.
Dengan saham beredar 15,05 Miliar lembar, target harga per lembar = Rp498.
Upside dari harga sekarang Rp270-an = +84%.

Kalau skenario lebih optimis maka net Income balik ke Rp2 Triliun. PER 6x (optimisme medium).
Target Market Cap = 6 × 2.000 = Rp12 Triliun.
Target harga = Rp797.
Upside = +195%.

Kalau super optimis (digital meledak, trust balik) maka net Income Rp2,5 Triliun. Valuasi ke PER 7x.
Market Cap = 7 × 2.500 = Rp17,5 Triliun.
Target harga = Rp1.163.
Upside = +330%.

Intinya, kalau semua berjalan baik, MNCN itu bisa multibagger 2x, 3x lipat dari harga hari ini. Bukan impian kosong, memang cukup dari normalisasi EPS dan sedikit perbaikan citra. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

🔥Skenario Negatif
Tapi kita harus fair, skenario busuknya juga gak boleh ditutup-tutupi.

Kalau revenue stagnan, iklan TV makin tergerus Netflix, YouTube, TikTok, sementara bisnis digital gagal take-off, ya udah, game over pelan-pelan.

Kita pakai asumsi Revenue stagnan. Net income turun ke Rp800-900 Miliar dalam 2-3 tahun.
EPS turun ke sekitar Rp55-60.
Market tetap kasih PER 3-4x karena perusahaan dianggap sunset industry.
Maka simulasi kasarnya = EPS Rp60 × PER 3,5 = Rp210.
Dari harga sekarang Rp270, artinya turun sekitar -22%.

Kalau lebih parah (ads TV kolaps cepat ala kasus TV US 2015-an) maka EPS drop lebih dalam, market kasih PER lebih jelek 2,5-3x.
Target harga bisa di Rp150-170.
Artinya potensi downside bisa -40% dari harga sekarang.

Jadi sekarang beli MNCN itu kayak beli tiket lotre.
Kalau jalan positif maka bisa bagger double atau triple dalam 2-3 tahun ke depan. Kalau jalan negatif maka siap-siap stuck, bahkan minus 20-40%. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Tapi perlu diingat, valuasi sekarang udah pricing-in banyak banget pesimisme. Di harga PBV 0,19x, bahkan kalau perusahaan ini beneran sunset, nilai aset fisiknya aja sebenernya masih ada. Ini bukan startup bakar duit. Ini perusahaan nyata yang sampai sekarang masih cetak laba ratusan miliar per tahun.

Dari sudut pandang investor logis, beli MNCN hari ini itu kayak beli rongsokan Ferrari yang mogok. Kalau mesinnya bisa nyala lagi, harganya gila. Kalau tetep mogok? Ya tetep aja kamu punya Ferrari, cuma ya gak jalan.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/6

testestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy