imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$GTRA Ini Mahluk Apa?

Request salah satu user Stockbit di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

GTRA (PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk) di kuartal I 2025 lagi-lagi menunjukkan kinerja operasional yang ngebut. Pendapatan mereka tembus 136,4 Miliar, naik 27,2% dibanding kuartal I tahun lalu yang cuma 107,3 Miliar. Laba bruto juga ikut melesat ke 55,4 Miliar (↑17,6% yoy) dan laba bersih sukses naik drastis ke 17,9 Miliar (↑78,5% yoy). Margin bersih pun membengkak dari 9,3% jadi 13,1%, menandakan bahwa mereka bukan cuma jualan lebih banyak, tapi juga lebih untung per transaksi. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau ditengok dari sisi neraca, total aset GTRA per 31 Maret 2025 tercatat 1,02 Triliun, naik 3,1% dari posisi Desember 2024 yang 989,9 Miliar. Struktur asetnya cukup berat ke fixed assets, yaitu:

Current assets 225 Miliar (22% total aset)
Piutang dagang 179 Miliar (79% dari current assets)
Inventory 16 Miliar (7%)
Kas 13,8 Miliar (6%)
Fixed assets 794 Miliar (78% total aset)

Sisi liabilitas juga ikut naik tipis 1,9% ke 681,8 Miliar. Sebagian besar hutangnya adalah pembiayaan konsumen (269 Miliar) dan pembiayaan musyarakah (190 Miliar). Ekuitas tumbuh sehat 5,6% jadi 338,3 Miliar berkat tambahan laba ditahan. Tapi jangan cepat-cepat tepuk tangan, soalnya total utang berbunga GTRA mencapai 579,8 Miliar, dan setelah dikurangi kas, net debt mereka masih tinggi di 566 Miliar. Net-debt/equity ratio ada di kisaran 1,67x – artinya utangnya 1,6 kali lebih besar dari modal sendiri. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi arus kas, ceritanya sedikit lebih suram. CFO kuartal I 2025 cuma 12,7 Miliar, atau 71% dari laba bersih. Setelah dikurangi capex (yang masih buas di 19,1 Miliar, walaupun ketolong jualan aset 9,8 Miliar), free cash flow bersih GTRA cuma tinggal 3,4 Miliar. Kalau diannualisasi, CFO mereka sekitar 50,9 Miliar per tahun, dan FCF sekitar 13,7 Miliar. Dengan utang berbunga 579,8 Miliar, artinya CFO butuh 11,4 tahun buat lunasin utang dan FCF butuh lebih dari 42 tahun buat lunasin utang. Jauh banget dari standar ideal (<5 tahun).

Urusan transaksi dengan pihak berelasi juga lumayan ramai. GTRA mencatatkan pembelian dari dua perusahaan sepengendali senilai 31,3 Miliar di kuartal ini, alias 38,6% dari beban pokok pendapatan. Utang usaha ke grup yang sama 11,7 Miliar. Piutang ke pihak berelasi lebih kecil, cuma 3,4 Miliar (2,5% revenue) dan piutang lain-lain 1,3 Miliar. Secara total, transaksi ini diakui "arm's-length" alias sesuai harga pasar, tapi volume transaksinya tetap tergolong besar dan harus diawasi ke depannya. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi valuasi, di harga saham 132 Rupiah, GTRA kelihatan murah parah:
Market cap: 250,1 Miliar
BVPS: 178,6 ➔ PBV 0,74 ✅
EPS annualised: 37,8 ➔ PER 3,5 ✅

Artinya dari kacamata valuasi murni, GTRA ini kayak jualan mobil Ferrari harga motor bebek. Tapi kalau lihat lebih dalam, utangnya yang segede gunung dan kas kecil banget, bikin ceritanya nggak semanis di permukaan.

Kalau mau dirangkum, kelebihan GTRA:
✅ Pendapatan naik 27%, laba bersih naik 78%
✅ Margin bersih menguat ke 13%
✅ PER dan PBV super murah
✅ Ekuitas bertumbuh sehat
✅ Piutang berelasi kecil dan manageable


Sedangkan kekurangannya:
❌ Net debt tinggi banget, 566 Miliar
❌ CFO lebih kecil dari laba, FCF super tipis
❌ Konversi kas ke laba cuma 71%
❌ Kuat ketergantungan sama transaksi pihak berelasi (38% COGS)
❌ Kemampuan bayar utang pakai cashflow masih jauh banget dari kata aman

Jadi, GTRA itu ibarat mobil truk yang lagi gaspol di jalan lurus – kenceng sih, tapi ban serepnya bolong, bensin pas-pasan, dan sopirnya rada suka ngutang ban serep dari tetangga. Selama jalannya mulus mungkin nggak masalah, tapi kalau tiba-tiba ada belokan tajam (misalnya beban bunga naik, atau piutang macet), bisa gawat. Untuk sekarang, dia cocok buat yang berani nanggung risiko tinggi, bukan buat yang pengin tidur nyenyak. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita kulik transaksi pihak berelasi di laporan keuangan GTRA per 31 Maret 2025, sebenarnya kelihatan bahwa ada hubungan yang agak terlalu mesra antara GTRA dan beberapa perusahaan satu grupnya. Dari total beban pokok pendapatan sebesar Rp80,99 Miliar, ternyata Rp31,29 Miliar atau setara 38,63% berasal dari belanja ke pihak-pihak yang masih dalam grup sendiri. Ini bukan jumlah kecil, karena artinya hampir 4 dari 10 rupiah yang dipakai buat beli bahan atau jasa, justru berputar di lingkaran bisnis yang sama. Dan yang lebih menarik, dari total Rp31,29 Miliar ini, sekitar Rp29,81 Miliar langsung lari ke satu nama saja: PT Gama Putra Sukses Prima. Sisanya sekitar Rp1,48 Miliar mampir ke PT Falcon Berkat Indonesia. Keduanya bukan perusahaan asing, tapi jelas-jelas disebut sebagai entitas sepengendali alias saudaraan sekandung dengan GTRA. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita lihat dari sisi pendapatan, sebenarnya GTRA tidak terlalu ketergantungan jualan ke pihak dalam grup. Total pendapatan dari pihak berelasi cuma Rp1,29 Miliar, atau 0,94% dari total revenue Rp136,42 Miliar. Ini angka kecil dan sehat. Piutang usaha dari pihak berelasi juga aman, nilainya Rp3,40 Miliar, hanya sekitar 0,33% dari total aset Rp1,02 Triliun. Piutang lain-lainnya malah lebih kecil lagi, cuma Rp1,32 Miliar, alias sekitar 0,13% dari total aset. Jadi dari sisi penjualan dan piutang, sebenarnya GTRA cukup mandiri, nggak tergantung sama saudara-saudaranya.

Di sisi utang juga begitu. Utang usaha ke pihak berelasi Rp11,71 Miliar, cuma 1,72% dari total liabilitas Rp681,84 Miliar. Utang lain-lain malah tinggal receh, Rp100 juta saja, itu pun ke Ronny Senjaya, si pemegang saham pengendali. Yang menarik, utang besar Rp4,78 Miliar ke PT Megah Mandiri Sukses Sejati yang tahun lalu masih nongkrong, sekarang sudah lunas. Arus kas dari transaksi pihak berelasi juga bersih, nggak ada drama atau anomali.

Nah, balik lagi ke belanja besar ke pihak berelasi. Secara narasi, GTRA mengklaim bahwa semua transaksi dilakukan dengan harga yang wajar. Tapi sayangnya, di laporan keuangan ini nggak ada bukti konkrit soal itu. Nggak ada dokumen tender terbuka, nggak ada pembanding harga dengan vendor pihak ketiga. Jadi ya, publik cuma bisa modal percaya aja sama omongan manajemen. Di dunia nyata, tanpa bukti harga pasar, model transaksi kayak gini gampang banget dipakai buat "transfer pricing" atau memperbesar keuntungan di perusahaan saudara, sementara GTRA sendiri yang dipencet marginnya.

Kalau ditanya terang-terangan, apakah ada indikasi makan dalam? Jawabannya: iya, ada. Dengan hampir 40% belanja muter di grup sendiri dan hampir semua ke satu perusahaan, aroma self-dealing ini kecium walau tipis-tipis. Risiko utamanya, kalau sewaktu-waktu harga dari PT Gama Putra Sukses Prima ini nggak lagi kompetitif, atau kualitas jasanya anjlok, GTRA tetap terikat. Imbasnya, margin laba GTRA bisa pelan-pelan tergerus tanpa publik sadar. Yang jelas, selama tidak ada transparansi harga dan mekanisme tender terbuka, posisi ini rawan jadi celah buat kepentingan pemilik saham mayoritas, sementara pemegang saham publik cuma bisa gigit jari. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/2

testes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy