Pada umumnya, investor senang dengan tingkat DER yang rendah. Wajar saja, karena hutang yang rendah mencerminkan resiko yang lebih rendah pula. Namun manajemen perusahaan yang hebat adalah yang mampu menyeimbangkan capital structure perusahaan sehingga terbentuk cost of capital yang optimal, namun tidak mengorbankan kesehatan perusahaan dalam bertumbuh.
Sebagaimana diketahui, rumus untuk mengukur excess return atau value created adalah
Excess Return = (ROIC - WACC) * Invested Capital
di mana:
ROIC = Return on Invested Capital
WACC = Weighted Average Cost of Capital
Invested Capital = BV of Equity + BV of Debt - Cash
Sumber capital untuk perusahaan ada 2, yaitu: equity (dari investor) dan debt (dari financial services). Jika sebuah perusahaan didanai sepenuhnya oleh equity, maka cost of capital nya sama dengan cost of equity. As we know, cost of equity akan cenderung lebih mahal ketimbang cost of debt. Bank sebagai pemberi pinjaman mungkin hanya mengenakan fixed interest 8 sd 10%, sedangkan investor akan mengharapkan return yang lebih besar berdasarkan rumusnya: Risk-Free Rate + beta (Equity Risk Premium). Tinggi rendahnya Cost of Equity akan bergantung pada tingkat imbal hasil investasi bebas resiko di tambah dengan tingkat resiko market equity (bursa saham). Di saat bunga tinggi seperti sekarang, ditambah dengan ERP yang tinggi, cost of equity akan menjadi mahal (antara 11% hingga 18%, tergantung beta/tingkat resiko sebuah saham).
Maka, untuk emiten tanpa hutang, CFO perusahaan harus menganalisa tingkat cost of capital yang optimum. Menjalankan no debt capital structure policy, bisa saja tidak create value lebih untuk shareholder. Sebagai contoh:
Perusahaan zero debt WXYZ mempunyai ROIC 25% dengan Cost of Equity 14% akan menghasilkan excess return 11% (25 - 14). Jika ia mengurangi porsi ekuitas 20% dan menggantinya dengan hutang 20,%, Cost of Capital nya (WACC) akan berkurang menjadi 12%, sehingga excess returnnya menjadi 13% (asumsi mampu mempertahankan level ROIC nya). Eh, tapi kan resiko di market akan jadi naik karena beta nya sekarang sudah levered? ROE nya menurun donk karena ada fixed expense tambahan untuk bunga?
Rumus untuk Levered beta adalah:
Unlevered beta x (1 + ((1 - tax rate) x (Debt/Equity))
Kalau peningkatan hutang tidak signifikan, maka kenaikan beta juga kecil. Kalau begitu, perusahaan ambil hutang banyak2 saja donk agar WACC nya murah? Jangan salah, berdasarkan rumus beta di atas, levered beta (resiko saham di bursa) akan meningkat pula, sehingga ketika market terpuruk, harga sahamnya nyungsep lebih parah.
Untuk ROE, tidak akan berpengaruh signifikan karena untuk shrinking ukuran equity nya, maka perusahaan akan membagikan dividen atau melakukan buyback dari laba ditahannya, sehingga net income yang menurun juga berbanding lurus dengan equity yang lebih ramping. Dengan demikian, cash return to shareholder juga semakin besar.
Skema penambahan hutang ini cocok untuk perusahaan kategori stable growth ke atas dengan tingkat re-investment yang moderate-low. Itu sebabnya, CFO yang handal haruslah mampu merekomendasikan dan menjalankan skema capital structure terbaik agar investor equity di perusahaan nya mendapatkan value yang optimal.
Mudah-mudahan CFO perusahaan seperti $TOTL $SIDO $ARNA mendengar saran ini, sehingga dividen periode-periode berikutnya juga semakin gemuk buat investor-investornya. Kesimpulan, zero debt doesn't necessarily mean good and debt doesn't necessarily mean bad.
Semoga bermanfaat!