- Apa arti BBB, Baa2, dll? Itu adalah peringkat kredit dari lembaga pemeringkat seperti S&P, Moody's, dan
Fitch.
- BBB (S&P dan Fitch) dan Baa2 (Moody's) artinya Indonesia masuk kategori investment grade = masih layak
investasi.
- Semakin tinggi ratingnya, berarti negara atau perusahaan itu dianggap lebih aman untuk diberi pinjaman.
Kalau rating turun ke bawah investment grade (disebut junk bond), itu berarti risikonya jauh lebih tinggi.
Kesimpulan:
Indonesia saat ini ratingnya BBB / Baa2 → berarti aman untuk investasi, tapi bukan level tertinggi. Masih lebih rendah dari negara-negara seperti Singapura (AAA) atau Jepang (A).
Kemungkinan Indonesia Turun ?
Ada kemungkinan, tapi tergantung beberapa faktor.
Kalau dilihat dari rating sekarang (BBB / Baa2), posisi Indonesia itu cukup stabil, tapi bukan mustahil turun.
Beberapa hal yang bisa bikin rating Indonesia turun antara lain:
- Utang negara naik tajam tanpa diimbangi pertumbuhan ekonomi.
- Defisit APBN membesar terus-menerus.
- Pertumbuhan ekonomi melambat parah (misal karena krisis global atau resesi).
- Ketidakstabilan politik atau keamanan nasional yang parah.
- Cadangan devisa turun drastis (karena tekanan rupiah atau krisis neraca pembayaran).
- Kebijakan fiskal/moneter dianggap tidak kredibel oleh lembaga pemeringkat.
Sebaliknya, kalau Indonesia bisa jaga:
- Defisit tetap rendah,
- Utang terkendali,
- Ekonomi tumbuh stabil,
- Politik aman,
maka rating kita bisa tetap, bahkan ada peluang naik dalam jangka panjang.
Penentuan Rating Gimana?
1. Data keuangan (angka-angka),
2. Analisa ekonomi,
3. Pertimbangan politik dan sosial,
4. Dan judgement para analis rating.
Secara umum menentukan grade seperti ini :
1. Analisa Faktor Ekonomi
- Seberapa cepat ekonominya tumbuh (GDP growth)?
- Apakah ekonominya stabil? (inflasi, suku bunga)
- Apakah negara bergantung pada sektor tertentu (contoh: minyak, komoditas)?
2. Analisa Utang dan Defisit
- Rasio utang terhadap PDB (Debt to GDP ratio).
- Seberapa besar defisit anggaran tahunan?
- Mampu bayar utangnya nggak? (Debt service ratio = kemampuan bayar bunga dan cicilan)
3. Cadangan Devisa
- Berapa besar cadangan valas untuk bayar utang luar negeri?
- Apakah nilai tukar (mata uang) stabil?
4. Stabilitas Politik dan Institusi
- Apakah ada risiko kudeta, konflik, atau ketidakpastian hukum?
- Seberapa kuat institusi negara? (misal: independensi bank sentral)
5. Kebijakan Pemerintah
-Apakah kebijakan fiskal (APBN) dan moneter (suku bunga, uang beredar) dianggap kredibel dan disiplin?
6. Event Khusus
Ada perang? Krisis global? Pandemi?
(Hal-hal kayak gini bisa langsung trigger downgrade atau upgrade cepat.)
Secara teknis:
Setiap lembaga (S&P, Moody’s, Fitch) punya model scoring internal. Misal:
GDP growth di atas 5% = skor 5,
Debt-to-GDP di bawah 50% = skor 5,
Inflasi stabil = skor 5,
dst...
Dikumpulkan semuanya → lalu ditimbang → keluar "angka kualitas kredit" → baru di-mapping ke skala AAA–C atau Aaa–C.
Tapi: Penilaian akhirnya tetap ada unsur subjektif dari tim analisnya juga, bukan murni 100% angka!
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Singkatnya:
Semakin kuat ekonomi + rendah utang + stabil politik, rating makin tinggi.
Semakin rapuh ekonomi + utang besar + politik kacau, rating makin rendah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalo turun rating, dollar di indonesia gimana?
1. Rating turun = Indonesia dianggap lebih berisiko
Kalau rating turun (misal dari BBB → BBB- atau malah ke BB+ alias junk bond), para investor global akan
panik atau hati-hati.
Investor asing biasanya megang:
- Surat utang negara Indonesia (obligasi negara, kayak SBN, SUN)
- Saham-saham di IHSG.
Kalau rating turun, mereka takut:
- Indonesia lebih sulit bayar utang.
- Nilai aset mereka turun.
Mereka mulai jualan besar-besaran → tarik uang keluar dari Indonesia → butuh dolar buat bawa uangnya pulang ke negaranya.
2. Permintaan dolar naik → Rupiah tertekan Ketika banyak investor jual rupiah buat beli dolar:
Permintaan dolar naik
Persediaan rupiah berlebih
Akibatnya:
- Harga dolar naik dibanding rupiah.
- Rupiah melemah.
3. Efek Lanjutan:
Barang impor makin mahal.
Inflasi bisa naik.
Bank Indonesia mungkin harus naikkan suku bunga untuk membendung pelemahan rupiah.
Ilustrasi super sederhana:
Misal sekarang 1 USD = Rp 16.828,56
Kalau rating turun → panic sell → dolar diburu → bisa tembus Rp 17.000–18.000 atau lebih, tergantung seberapa parah sentimennya.
$BBRI , $BBCA , $ITMG