imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$ARTO: Bank Pecinta Kredit Rumah Tangga

Total kredit dan pembiayaan syariah yang disalurkan Bank Jago di Q1 2025 tembus Rp20,26 Triliun, naik 14,44% dibandingkan posisi akhir 2024 yang masih Rp17,70 Triliun. Ini bukan sekadar angka naik doang, tapi artinya Jago berhasil ngegenjot penyaluran dana lebih cepat dalam satu kuartal, sesuatu yang lumayan jarang di industri perbankan. Nah, dari total itu, kredit dengan jangka waktu di atas 12 bulan ngambil porsi hampir setengah, tepatnya 48,98%. Artinya, Bank Jago berani naruh duit untuk jangka panjang buat ngejar yield yang lebih gede, walaupun ada risiko likuiditas yang harus mereka jagain. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau dilihat dari siapa yang minjem duitnya, mayoritas disalurkan ke perorangan sebesar 54,34%, lalu ke bank dan lembaga keuangan sebesar 41,75%, dan sisanya ke korporasi kecil-kecilan cuma 3,91%. Dari sektor ekonomi, Rumah Tangga jadi primadona dengan kontribusi 43,56%, diikuti Jasa Dunia Usaha 41,91%. Sektor Perdagangan, Pertanian, dan Transportasi memang tumbuh, tapi porsinya masih di bawah 6% masing-masing. Yang menarik, pertumbuhan paling heboh justru datang dari segmen Pertanian, Pertambangan, dan Industri yang lompat 121,5% dalam tiga bulan. Ini nunjukin kalau Jago mulai berani main di sektor produktif, nggak cuma main aman di kredit konsumtif.

Dari sisi kualitas aset, Bank Jago tampil sangat cakep. Gross NPL (kredit bermasalah sebelum dikurangi cadangan) hanya 0,31%, dan Net NPL-nya tinggal 0,01% aja. Bisa dibilang, nyaris nggak ada kredit macet yang real. Malah, cadangan kerugian (CKPN) yang mereka siapkan mencapai Rp453,6 Miliar, sementara total kredit bermasalah cuma Rp62,42 Miliar. Rasio coverage CKPN terhadap NPL? Gokil, 726,6%! Artinya, uang cadangan mereka buat nutupin potensi rugi kredit macet itu lebih dari tujuh kali lipat dari jumlah kredit bermasalah. Ini ibarat bawa pelampung gede banget buat berenang di kolam yang isinya cuma setengah ember air. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita ngomongin likuiditas, posisi DPK (Dana Pihak Ketiga) mereka juga tumbuh kenceng, dari Rp18,60 Triliun di akhir 2024 jadi Rp21,22 Triliun per Maret 2025, alias naik 14,09%. Ini pertumbuhan yang sehat karena nyaris sama cepatnya dengan pertumbuhan kredit, sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) mereka tetap stabil di 95,47%. LDR segini ideal banget: cukup agresif buat ngejar margin, tapi masih dalam batas aman tanpa risiko likuiditas yang berlebihan.

Tapi, ada satu hal yang perlu diperhatiin: komposisi sumber dana. Dari total giro Rp5,95 Triliun, ternyata 75,82%-nya berasal dari pihak berelasi, alias "keluarga sendiri". Sementara untuk tabungan dan deposito, hampir semuanya murni dari pihak ketiga. Ini bikin struktur dana Jago lumayan rentan di sektor giro. Kalau ada apa-apa sama pihak berelasinya, misal mereka narik dana besar-besaran, likuiditas giro bisa langsung kempes. Untungnya, tabungan dan deposito mereka kuat di pihak ketiga, jadi penyangganya masih cukup aman.

Dari semua ini, kelihatan banget kalau Bank Jago per 31 Maret 2025 itu lagi ada di fase gaspol ekspansi kredit, dengan kualitas aset yang masih super sehat, pertumbuhan DPK yang seimbang dengan kredit, dan posisi likuiditas yang relatif stabil. Satu-satunya yang perlu dipantau adalah ketergantungan giro ke pihak berelasi, tapi sejauh ini belum kelihatan tanda bahaya serius. Overall, Bank Jago di awal 2025 ini kelihatan cukup tangguh, dan manajemennya lumayan rapi dalam menjaga keseimbangan ekspansi dan risk management. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau kita geser fokus ke margin Bank Jago, kelihatan performanya masih cukup stabil buat ukuran bank digital yang agresif. Pendapatan bunga dan syariah mereka selama kuartal pertama 2025 tercatat Rp788,78 Miliar. Dari angka ini, porsi pendapatan bunga konvensional lebih dominan Rp754,16 Miliar, sisanya Rp34,62 Miliar datang dari pembiayaan syariah, walaupun kontribusi syariah ini masih kecil banget, cuma sekitar 4,4% dari total.

Di sisi lain, total beban bunga dan beban syariah mereka selama periode yang sama adalah Rp197,31 Miliar. Beban bunga terbesar jelas datang dari deposito berjangka, sebesar Rp143,82 Miliar, sedangkan beban tabungan Rp27,31 Miliar dan beban giro Rp11,55 Miliar. Yang lumayan mencolok, bunga atas penempatan di Bank Indonesia melonjak menjadi Rp11,61 Miliar, padahal tahun lalu cuma Rp1,10 Miliar, ini efek dari kebijakan BI Rate yang tinggi.

Kalau kita hitung kasar, Net Interest Income (NII) Bank Jago per 31 Maret 2025 adalah Rp788,78 Miliar dikurang Rp197,31 Miliar, hasilnya Rp591,47 Miliar. Dengan total aset produktif di kisaran Rp22 Triliun lebih, bisa diperkirakan Net Interest Margin (NIM)-nya masih bertahan di kisaran 4%-an, mungkin sedikit turun dibanding tahun lalu, tapi tetap di atas rata-rata industri yang biasa main di 3%-an.

Sementara itu, soal Cost of Fund (COF) alias biaya dana, kalau kita bagi total beban bunga Rp197,31 Miliar dengan total DPK Rp21,22 Triliun, dapat COF sekitar 0,93% untuk kuartal ini. Ini tergolong sangat rendah, apalagi buat ukuran bank yang berbasis digital dan model bisnis funding-nya mulai geser ke deposito berjangka. Kenapa bisa rendah? Karena tabungan dan giro mereka, yang berbunga sangat kecil atau bahkan nol, masih menyumbang hampir 54% dari total DPK. Meskipun ketergantungan ke giro pihak berelasi tinggi, secara biaya, ini tetap membuat beban bunga mereka tetap terkendali.

Kalau dirangkum, margin bunga bersih Bank Jago masih cukup solid dengan NIM sekitar 4%, beban dana (COF) berhasil ditekan di bawah 1%, dan kombinasi ini membuat pendapatan bersih bunga (NII) mereka tetap kuat menopang bottom line. Tantangan ke depan lebih ke menjaga supaya komposisi dana murah tetap stabil, karena kalau ketergantungan ke deposito makin besar, mau nggak mau COF akan ikut naik dan NIM bisa terkikis.

Kalau tadi kita sudah bahas margin bunga dan biaya dana Bank Jago, sekarang kita intip juga dari sisi pendapatan non-bunga alias fee based income dan pendapatan operasional lainnya. Jadi, selain dari nyalurin kredit, Jago juga menghasilkan duit dari sumber lain. Selama kuartal pertama 2025, pendapatan operasional lainnya yang berhasil mereka kumpulin sebesar Rp90,48 Miliar. Ini sudah termasuk fee transaksi, biaya administrasi, dan pendapatan lainnya di luar bunga.

Yang bikin makin menarik, Bank Jago juga berhasil cuan dari transaksi derivatif. Mereka mencatatkan keuntungan realisasi atas instrumen derivatif sebesar Rp8,53 Miliar. Lumayan banget buat nambahin sumber income, apalagi di tengah volatilitas pasar yang lagi tinggi. Kalau dua sumber ini dijumlahkan, total pendapatan non-bunga mereka per kuartal jadi Rp99,01 Miliar.

Kalau mau dibandingkan, pendapatan bunga dan syariah mereka Rp788,78 Miliar. Artinya, porsi fee based income dan pendapatan operasional lainnya ini sekitar 11-12% dari total pendapatan, sisanya masih didominasi pendapatan bunga. Komposisi ini cukup wajar buat bank digital yang model bisnisnya memang lebih berat ke pembiayaan dan margin, bukan jasa transaksi atau fee service macam bank-bank besar konvensional. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari semua ini, bisa disimpulkan kalau Bank Jago memang belum full mengandalkan fee based income kayak bank besar lainnya. Tapi langkah mereka buat diversify pendapatan, misal dari derivatif atau biaya layanan, sudah kelihatan mulai jalan. Ini penting banget karena ke depan, ketergantungan ke margin bunga doang makin berisiko, apalagi kalau tren suku bunga global dan domestik berubah arah.

Overall, Bank Jago di kuartal pertama 2025 ini kelihatan cukup tangguh. Mereka gaspol ekspansi kredit, kualitas aset tetap aman, biaya dana ditekan rendah, margin bunga stabil, dan pendapatan non-bunga mulai bertumbuh. Satu-satunya PR buat mereka adalah menjaga supaya pertumbuhan tabungan dan giro tetap stabil tanpa terlalu berat di deposito, sambil pelan-pelan ngembangin sumber fee based income supaya mesin duitnya makin banyak.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy