imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Analisis Fundamental Saham Blue Bird (BIRD)

Pendahuluan
PT Blue Bird Tbk (kode saham: BIRD) adalah perusahaan transportasi taksi terbesar dan tertua di Indonesia, dikenal luas melalui armada taksi biru yang ikonis. Sebagai pemimpin pasar di industri taksi Indonesia, Blue Bird telah beroperasi lebih dari 50 tahun dan berhasil bertahan melewati berbagai tantangan, termasuk gempuran layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab. Artikel ini akan mengulas kinerja keuangan Blue Bird selama 5 tahun terakhir (2019–2023) dan menganalisis fundamental sahamnya dengan pendekatan value investing. Fokus akan diberikan pada beberapa rasio utama – Price to Earnings Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), dan Dividend Yield – serta prospek usaha Blue Bird ke depan. Di akhir, akan disampaikan pandangan rekomendasi dengan catatan disclaimer on.

Kinerja Keuangan 5 Tahun Terakhir (2019–2023)
Blue Bird mengalami perjalanan kinerja yang fluktuatif dalam 5 tahun terakhir, terutama akibat pandemi COVID-19. Berikut ringkasan data pendapatan dan laba bersih Blue Bird dari 2019 hingga 2023:

Tahun Pendapatan (Rp triliun) Laba Bersih (Rp miliar)
2019 4,05 314,6
2020 2,05 -161,3
2021 2,20 9,0
2022 3,59 364,0
2023 4,42 453,0

Pada 2019, Blue Bird mencatatkan kinerja normal sebelum pandemi. Namun tahun 2020, pandemi COVID-19 memukul keras operasional mereka. Pendapatan turun hampir 50%, dari Rp4,05 triliun menjadi Rp2,05 triliun, dan untuk pertama kalinya Blue Bird membukukan rugi bersih sebesar Rp161 miliar. Tahun 2021 menjadi masa transisi. Walaupun pandemi masih berlangsung, pendapatan sedikit meningkat menjadi Rp2,2 triliun dan berhasil kembali membukukan laba tipis sebesar Rp9 miliar.

Memasuki 2022, Blue Bird bangkit signifikan. Pendapatan tumbuh 62% menjadi Rp3,59 triliun, dan laba bersih melejit hingga Rp364 miliar. Ini menandai kebangkitan Blue Bird pasca pandemi. Puncaknya pada 2023, di mana pendapatan mencapai Rp4,42 triliun, melampaui angka 2019, dan laba bersih juga meningkat 26% YoY menjadi Rp453 miliar, rekor tertinggi dalam sejarah Blue Bird.

Valuasi
Price to Earnings Ratio (PER)
Saat ini, PER BIRD sekitar 6–7 kali. Ini jauh lebih rendah dibanding rata-rata pasar Indonesia (sekitar 12–15 kali). Dengan valuasi ini, Blue Bird tergolong undervalued di mata value investor.

Price to Book Value (PBV)
PBV Blue Bird saat ini berada di kisaran 0,6–0,7 kali. Artinya, harga sahamnya masih di bawah nilai buku per lembar sahamnya. Bagi value investor, ini sinyal saham yang diperdagangkan dengan diskon signifikan terhadap aset bersihnya.

Return on Equity (ROE)
ROE Blue Bird sempat turun drastis saat pandemi, bahkan hampir 0% di 2020–2021. Tapi di 2022 dan 2023, ROE sudah kembali membaik ke level 8–10%, mencerminkan efisiensi dan kesehatan laba atas modal yang dimiliki perusahaan.

Dividend Yield
Setelah menahan dividen di masa pandemi, Blue Bird kembali rajin membagikan dividen sejak 2022. Saat ini dividend yield BIRD sekitar 5–6%, yang termasuk tinggi dan stabil untuk ukuran saham transportasi.

Prospek Bisnis ke Depan
Beberapa faktor positif mendukung masa depan Blue Bird:

Pemulihan Mobilitas dan Pariwisata
Dengan aktivitas ekonomi dan pariwisata yang kembali normal, permintaan taksi meningkat drastis, terutama di kota besar dan daerah wisata seperti Bali, Jakarta, dan Surabaya.

Dominasi Pasar Taksi Berargo
Setelah banyak pesaing kolaps, Blue Bird kini menguasai pasar taksi konvensional tanpa saingan serius. Ini memperkuat posisinya sebagai market leader.

Adaptasi Digital
Blue Bird berhasil beradaptasi dengan dunia digital melalui kerja sama dengan Gojek dan pengembangan aplikasi MyBlueBird. Ini membuat Blue Bird tetap relevan di tengah perubahan perilaku konsumen ke arah digital.

Diversifikasi Layanan
Selain taksi, Blue Bird kini punya layanan shuttle (Cititrans), sewa kendaraan, hingga BirdMobil untuk jual beli mobil bekas. Ini memperluas aliran pendapatan di luar bisnis taksi konvensional.

Fokus Kendaraan Listrik
Blue Bird telah mulai mengintegrasikan kendaraan listrik ke dalam armadanya. Ini sejalan dengan tren global ke arah transportasi berkelanjutan dan berpotensi meningkatkan margin operasional ke depan.

Risiko yang Tetap Perlu Diwaspadai
Kompetisi ketat dari ride-hailing murah seperti GrabCar dan Gojek.

Perubahan gaya hidup konsumen ke arah aplikasi yang lebih fleksibel.

Tekanan biaya operasional seperti BBM, suku cadang, dan gaji driver.

Walau begitu, fundamental kuat Blue Bird dan pengalaman puluhan tahun membuat perusahaan ini cukup tangguh menghadapi tekanan tersebut.

Kesimpulan dan Rekomendasi
Secara keseluruhan, Blue Bird (BIRD) merupakan saham yang:

✅ Valuasi murah (PER rendah, PBV <1)
✅ Fundamental sehat (laba dan pendapatan sudah pulih)
✅ Memberikan dividen stabil (yield 5–6%)
✅ Memiliki moat pasar yang kuat di sektor taksi Indonesia

Dengan kondisi ini, BIRD sangat menarik bagi investor value investing jangka panjang, baik yang mengincar pertumbuhan harga maupun pendapatan dividen.

Rekomendasi:
✅ BUY untuk jangka panjang.

Disclaimer on: Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Semua keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

$BIRD $WIFI $IHSG

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy