imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Cake is Already Baked: Kenapa Fed Cut Rates Gabisa Selametin Konsumen di 2025!

PART 1: Analogi Rate Cut untuk Selametin Konsumen di US...

Bayangin kamu lagi bikin kue. Kamu udah masukin adonan ke oven, nyalain timer, dan sekarang tinggal nunggu. Tapi begitu waktu habis, kamu baru sadar suhunya salah. Kamu putar ulang oven, tapi… ya udah telat.

Bagian dalam kuenya udah keburu matang, apa pun yang kamu lakukan sekarang, cuma bisa ngubah tekstur bagian luarnya. Nah, kondisi ekonomi kita sekarang kurang lebih sama kayak kue itu.

PART 2: Kenapa Kebijakan Moneter Gak Bisa “Ngegas” Seketika

Banyak orang mikir kalau The Fed nurunin suku bunga, ekonomi langsung “on” lagi. Sayangnya, itu mitos... Kata Milton Friedman di tahun 1961, efek kebijakan moneter tuh selalu datang dengan jeda waktu yang panjang dan nggak pasti.

Studi-studi juga membuktikan:
1. San Francisco Fed (2014) : Efek maksimal ke GDP baru terasa 21 bulan kemudian.
2. Bank of England (2022) : Inflasi baru bener-bener respon setelah 18–24 bulan.
3. IMF & ECB : Pasar properti, kredit, dan pengangguran baru bereaksi 12–18 bulan setelah kebijakan diberlakukan.

Jadi kalau The Fed potong suku bunga minggu depan? Itu kayak baru mulai nyiram tanaman di musim kemarau panjang. Tumbuhnya nanti, bukan sekarang.

PART 3: Tiga Pelajaran Penting dari Masa Lalu

1. Pandemi COVID (2020–2022)
A. Stimulus turun awal 2020, inflasi baru melonjak di 2021, dan puncaknya 2022.
B. Butuh waktu karena tabungan baru dipakai, rantai pasok mulai terganggu, dan permintaan menyalip penawaran.

2. Krisis Finansial Global (2007–2009)
A. The Fed potong suku bunga dari 2007, tapi Lehman Brothers tumbang 2008.
B. Pengangguran justru puncaknya di akhir 2009, dua tahun kemudian.

3. Pandemi COVID (2020–2022)
A. The Fed potong dari 20% ke 11% dalam setahun, tapi pengangguran tetap di atas 10% sampai 1983.
B. Pemulihan ekonomi? Baru terasa akhir 1984.

PART 4: Kenapa 2025 Lebih Rumit?

Saluran transmisi kebijakan makin lambat sekarang...

Kartu kredit lagi tinggi-tingginya (APR di atas 20%), bikin konsumen makin terbebani. KPR mayoritas masih terkunci di suku bunga rendah lama, jadi pemotongan baru gak terlalu ngaruh.

Bank udah ketat sejak krisis kredit komersial 2023. Potong suku bunga doang gak cukup, karena masalahnya bukan cuma di harga uang, tapi juga niat minjemin uang. Sektor properti komersial dan otomotif udah mulai goyah dan ini sektor yang super sensitif terhadap suku bunga.

PART 5: Kapan Teori Ini Bisa Gagal?

Tentu ajaa, selalu ada risiko dan skenario kegagalan :
1. Pemerintah AS bisa aja turun tangan lagi, ngeluarin stimulus gede-gedean
2. China bisa ngegas infrastruktur kayak tahun 2009, bikin lonjakan permintaan global
3. The Fed bisa tiba-tiba potong bunga lebih agresif dari yang diprediksi

Tapi semua itu butuh koordinasi, momentum, dan… ya, keberuntungan. Dan jujur aja, sekarang ini kita gak punya salah satunya.

PART 6: Kenapa ini Penting?

1. Kalau Kamu Trader / Investor:
A. Jangan tertipu dengan “rate cut = bullish”. Better fokus ke indikator likuiditas ke depan: SOFR, repo, swap spreads.
B. Perhatiin sinyal yang lambat tapi jujur: perizinan perumahan, pinjaman komersial, credit spreads.

2. Para Institusi
A. Ini bukan 2019 yang bisa soft landing. Ini whiplash pasca kenaikan suku bunga, dan likuiditas baru akan masuk… lama.
B. Itu alasannya kemaren banyak institusi repositioning posisi mereka.

3. Pemerintahan
A. Waktunya udah habis... Konsumen udah berdarah-darah.
B. Rate cut sekarang bukan defibrillator ekonomi, tapi painkiller. Untuk coba selametin sistem? Butuh stimulus fiskal, jaminan kredit, atau suntikan langsung ke pasar.

KEPOIN EVENT OUR ARCHIVE DI MEI! LINK DI BIO!

$UNVR $BBRI $ANTM

Read more...

1/8

testestestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy