➖ BI mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di 5,75% masih dalam fokus untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Kebijakan tarif resiprokal US membuat ketidakpastian global sangat tinggi. BI terus melakukan assessment dampak langsung dan tidak langsung dari dinamika ini.
Bagaimana negara-negara lain merespon dengan negosiasi maupun retaliasi juga menjadi penting dalam pengamatan dinamika tersebut.
BI menilai dampak kebijakan tarif US akan menjalar ke seluruh dunia termasuk Indonesia melalui 'trade channel' dan 'financial channel'.
Melalui financial channel, BI mengamati kebijakan tarif US ini akan melemahkan pertumbuhan ekonomi US, menaikkan inflasi di sana, dan menambah frekuensi cut rate dari semula sampai akhir tahun ini diperkirakan hanya sekali cut ke 4,25% menjadi dua kali ke 4%.
Alhasil outflow investasi terjadi dari US dan emerging market menuju negara-negara yang dianggap lebih aman dan stabil seperti Uni Eropa dan Jepang.
Selain bonds dan saham negara tersebut, aliran investasi juga masuk ke emas.
Outflow akibat ketidakpastian global ini memicu melemahnya nilai tukar Rupiah saat libur lebaran utamanya di pasar luar negeri (offshore NDF).
Sehingga BI pada tanggal 7 April menggelar Rapat Dewan Gubernur yang memutuskan langkah intervensi untuk menstabilkan kurs Rupiah.
Ketidakpastian ini juga menyebabkan outflow dari berbagai instrumen investasi Indonesia. Inilah yang disebut oleh BI sebagai dampak dari 'financial channel'.
Kemudian dari trade channel, secara langsung ekspor Indonesia ke US yang dikenakan tarif lebih tinggi juga akan menyebabkan penurunan ekspor.
Ditambah lagi proyeksi pelemahan pertumbuhan ekonomi US, yang makin menurunkan demand ekspor dari Indonesia.
Secara tidak langsung, dampak melalui trade channel juga akan mengurangi ekspor Indonesia ke China, karena pertumbuhan ekonomi China pun diperkirakan melambat akibat balas-membalas tarif.
Begitupun ekspor Indonesia ke negara-negara lain.
Sehingga BI perlu menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah di tengah tingginya ketidakpastian global, yang sangat cepat berubah.
Kurs Rupiah yang stabil diperlukan untuk membatasi outflow dari pasar keuangan Indonesia, menjaga inflasi, menjaga kestabilan sistem keuangan, yang pada akhirnya menjaga pertumbuhan ekonomi tetap baik.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit melambat di bawah titik tengah kisaran target 4,7% sampai 5,5%, atau dengan kata lain sedikit di bawah 5,1%.
BI meyakini setelah ketidakpastian global mereda, maka inflow akan kembali terjadi seiring keyakinan terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang masih baik.
https://cutt.ly/mrhbzy44
$USDIDR $XAU $ANTM