Hype Emiten. Rabu, 23 April 2025.
Kata kunci: BUMI, Kuasi Reorganisasi, Dividen.



---

PT Bumi Resources Tbk: Strategi, Proyeksi, dan Tantangan Industri Batu Bara 2025

PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, telah mengumumkan proyeksi produksi serta strategi bisnisnya untuk tahun 2025. Di tengah dinamika industri global dan kebijakan domestik yang terus berkembang, BUMI berupaya menjaga kinerja operasional dan keuangan melalui berbagai langkah efisiensi dan adaptasi pasar.

Target Produksi 2025: Sedikit Menurun, Tapi Tetap Solid

BUMI menargetkan produksi batu bara sebesar 79 hingga 81 juta ton pada tahun 2025. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan capaian produksi tahun 2024 yang mencapai 85 juta ton.

Penurunan ini bukan karena melemahnya permintaan, tetapi lebih disebabkan oleh kondisi cuaca yang menantang, seperti tingginya intensitas hujan di area pertambangan yang mengganggu aktivitas operasional.

Produksi tersebut akan berasal dari dua anak usaha utama BUMI, yaitu:

PT Kaltim Prima Coal (KPC): Diproyeksikan memproduksi sekitar 55 juta ton

PT Arutmin Indonesia (AI): Ditargetkan menghasilkan 25 juta ton


BUMI memegang sekitar 10% dari total produksi batu bara Indonesia. Dengan perbandingan, ADRO yang merupakan salah satu pesaing utama, menargetkan produksi sebesar 67 juta ton pada tahun 2024. Meskipun memiliki kapasitas produksi yang besar, laba BUMI tidak pernah tembus lebih dari 10 triliun rupiah dalam sepuluh tahun terakhir. Harapan kini terletak pada masuknya Salim Group dan manajemen yang dipimpin oleh Agus Projo, yang diyakini dapat memperbaiki kinerja keuangan BUMI ke depan.

Harga Batu Bara 2025: Stabil Tanpa Fluktuasi Ekstrem

BUMI juga memberikan proyeksi harga batu bara untuk tahun 2025 yang menunjukkan kondisi pasar yang relatif stabil:

Batu bara umum: USD 125–140 per ton

Batu bara kalori menengah (mid CV): USD 70–75 per ton

https://cutt.ly/Brh72uJx.

Perkiraan ini mencerminkan ekspektasi perusahaan terhadap pasar yang tidak terlalu volatil, dengan asumsi tidak terjadi gejolak besar baik dari sisi geopolitik maupun perubahan struktural dalam permintaan global.

Menghadapi Tekanan Regulasi: Strategi Efisiensi Jadi Kunci

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh para pelaku industri batu bara di Indonesia adalah penerapan skema royalti progresif yang diberlakukan pemerintah. Hal ini dapat berdampak signifikan terhadap struktur biaya dan profitabilitas perusahaan.

BUMI telah menyusun sejumlah strategi efisiensi untuk merespons kondisi ini, antara lain:

-Menurunkan stripping ratio atau rasio pengupasan tanah penutup

-Mengurangi konsumsi bahan bakar per bank cubic meter (bcm)

-Memperpendek jarak pengangkutan tanah penutup (overburden)

-Meningkatkan efisiensi alat-alat berat dan utilitas operasional lainnya


Langkah-langkah ini diambil untuk menjaga daya saing dan margin usaha di tengah meningkatnya beban biaya.

Tantangan Global: Perlambatan Ekonomi dan Penurunan Permintaan

Selain tekanan regulasi, BUMI juga menghadapi tantangan eksternal berupa perlambatan ekonomi global. Seiring dengan menurunnya aktivitas industri dan melemahnya permintaan energi di beberapa negara besar, konsumsi batu bara secara global diperkirakan akan mengalami kontraksi.

Penurunan permintaan ini bisa berdampak langsung pada pendapatan perusahaan, sehingga penting bagi BUMI untuk terus menjaga efisiensi dan fleksibilitas dalam menjalankan operasional.

Langkah Strategis: Rencana Kuasi Reorganisasi untuk Perbaikan Keuangan

BUMI tengah merencanakan kuasi reorganisasi sebagai langkah strategis untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan dan membuka peluang pembagian dividen kepada pemegang saham. Per akhir 2023, BUMI mencatatkan defisit sebesar US$2,35 miliar dalam laporan keuangannya.

Kuasi reorganisasi ini bertujuan untuk mengeliminasi saldo laba negatif dengan menggunakan saldo agio saham, yaitu selisih lebih antara setoran modal dengan nilai nominal saham. Dengan menghapus defisit ini, BUMI berharap dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi keuangan perusahaan saat ini dan meningkatkan daya tarik bagi investor.

Namun, untuk melaksanakan kuasi reorganisasi, BUMI harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), antara lain:

Defisit lebih dari 60% dari modal disetor

Defisit mencapai 10 kali dari rata-rata laba bersih dalam tiga tahun terakhir

Sumber: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor KEP-718/BL/2012 tentang Kuasi Reorganisasi


Meskipun BUMI telah mencatatkan laba bersih sebesar US$136 juta per September 2024, perusahaan masih menghadapi tantangan dalam memenuhi semua persyaratan tersebut. Akibatnya, rencana kuasi reorganisasi yang semula dijadwalkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Juni 2024 terpaksa dibatalkan karena tidak memenuhi parameter yang diperlukan.

Namun, BUMI kembali merencanakan RUPSLB pada 2 Juni 2025, di mana perusahaan akan kembali meminta persetujuan dari para pemegang saham untuk melakukan kuasi reorganisasi. Aksi korporasi ini sebelumnya pernah diajukan oleh BUMI pada pertengahan 2024, tetapi akhirnya dibatalkan. Dengan langkah ini, BUMI berharap dapat menyelesaikan masalah defisit dan membuka kesempatan bagi pembagian dividen kepada pemegang saham.


Strategi Kuasi Reorganisasi: Penggunaan Agio Saham

Salah satu hal yang menarik dari kuasi reorganisasi BUMI kali ini adalah tidak ada penilaian ulang terhadap aset fisik seperti tanah atau bangunan berdasarkan nilai pasar. Sebaliknya, reorganisasi ini lebih berfokus pada akumulasi pos agio saham, yang berasal dari hasil right issue dan private placement. Agio saham merupakan kelebihan harga yang dibayar oleh investor di atas nilai nominal saham yang diterbitkan. Misalnya, jika nilai nominal saham BUMI adalah Rp 50 dan harga right issue adalah Rp 100, maka kelebihan Rp 50 ini akan dimasukkan sebagai tambahan modal disetor.

Dengan langkah ini, BUMI dapat merestrukturisasi ekuitas perusahaan tanpa adanya ekspose pajak atas penilaian ulang aset. Proses kuasi reorganisasi ini diperkirakan akan menurunkan defisit perusahaan dari US$2,2 miliar menjadi sekitar US$999 juta, berdasarkan saldo agio saham yang tersisa.

Kinerja dan Potensi Ke Depan

Seiring dengan rebound IHSG yang terjadi pada bulan Maret 2025, BUMI menjadi salah satu saham yang mulai mendapat perhatian kembali. Meskipun masih menghadapi tantangan, seperti harga batu bara yang rendah akibat oversupply, saham ini tetap menarik untuk dicermati bagi investor yang melihat potensi jangka panjang. Sebagai penghasil batu bara terbesar di Indonesia, BUMI berpotensi mendapatkan keuntungan besar jika harga batu bara kembali mengalami kenaikan.

Masuknya Salim Group melalui aksi private placement memberikan sinyal positif bagi masa depan perusahaan. Dengan Salim Group yang kini menguasai lebih dari 45% saham BUMI, serta kepemimpinan Agus Projo, yang dikenal memiliki kemampuan manajerial yang handal, diharapkan bisa memperbaiki profitabilitas BUMI ke depan.

Selain itu, keterlibatan jajaran manajemen BUMI dalam pemerintahan juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan perusahaan. Nama-nama seperti Rosan Roeslani (Menteri Investasi) dan Anindia Bakrie (Ketua Kamar Dagang Indonesia) memberikan dampak positif bagi citra perusahaan di pasar. Namun, perlu dicatat bahwa Rosan Roeslani telah mengundurkan diri dari jabatan komisaris di BUMI pada tahun 2021.

---

Valuasi Saham PT Bumi Resources Tbk

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, saham BUMI tetap menarik bagi para investor yang mengincar potensi jangka panjang di sektor batu bara. Berikut adalah analisis valuasi saham BUMI berdasarkan data keuangan terbaru:

Data Keuangan Terbaru

Harga Saham Saat Ini: Rp 110

Market Capitalization: Rp40,476 triliun.

Pendapatan (Revenue) 2024 (Full Year): Rp21,511 triliun.

Laba Bersih (Net Income) 2024 (Full Year): Laba bersih tercatat Rp1,07 triliun.

Ekuitas: Ekuitas BUMI per 31 Desember 2024 tercatat sebesar Rp26,013 triliun.

Cash: Kas perusahaan tercatat sebesar Rp848 miliar.

Earnings Per Share (EPS): Rp2,88.


Rasio Valuasi

Price to Earnings Ratio (PER):
Pada harga saham Rp110, PER BUMI adalah sekitar 37,88x, yang menunjukkan valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pasar.

Price to Book Value (PBV):
Dengan ekuitas sebesar Rp26,013 triliun atau Rp70,15 per saham, PBV BUMI saat ini adalah sekitar 1,56x. Rasio ini menunjukkan bahwa saham BUMI diperdagangkan pada 1,56 kali nilai bukunya,.

---

Kesimpulan

Tahun 2025 akan menjadi tahun yang penuh tantangan namun juga peluang bagi PT Bumi Resources Tbk. Meskipun target produksi batu bara sedikit menurun, strategi efisiensi dan proyeksi harga batu bara yang stabil memberikan harapan bagi masa depan perusahaan. Selain itu, langkah-langkah perbaikan struktur keuangan melalui kuasi reorganisasi dan pembagian dividen yang tertunda, memberikan potensi peningkatan nilai bagi para pemegang saham. Dengan kapabilitas yang dimiliki, BUMI tetap menjadi salah satu saham yang patut dipertimbangkan bagi investor yang mencari peluang dalam sektor batu bara.

$DEWA $BUMI $BRMS

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy