Saya masih banyak melihat banyak para pemain saham yang salah pemahaman mengenai perusahaan emas dan tembaga di Indonesia. Disini saya sebagai seorang pemain saham pemula dan sebagai seorang Geologist di Pertambangan Emas dan tembaga di Holding pertambangan di salah satu perusahaan Tbk di Indonesia, ingin menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami seperti apa jenis karakteristik deposit emas dan tembaga yang paling umum di Indonesia serta gambaran perusahaan di Indonesia. Tipe deposit Emas dan Tembaga itu ada banyak namun saya hanya menjelaskan yang umumnya ada di Indonesia.
1. Deposit Epithermal
Epithermal ini umumnya dibagi menjadi 2 tipe endapan yaitu Epithermal High Sulfidation (HS) dan Low Sulfidation (LS)
A. High Sulfidation
High Sulfidation ini merupakan karakteristik endapan mineral yang tersebar dalam suatu zona batuan silika yang masif dan jarang ditemukan adanya vein kuarsa. Kandungan mineral sulfida (pembawa tembaga dan Emas) itu cukup tinggi. Biasanya sebelum perusahaan pertambangan mencari endapan porfiri, biasanya mindset perusahaan tersebut umumnya mencari Endapan High Sulfidation terlebih dahulu, agar bisa produksi sebagai langkah dalam mengumpulkan modal dalam mengumpulkan eksplorasi endapan porfiri. Umumnya unsur yang paling dominan adalah Cu-Au-Ag (Tembaga-Emas-Perak). Untuk di Indonesia sendiri, karakteristiknya adalah Tembaganya yang melimpah dibanding emasnya. Bahasanya mudahnya Kadarnya sedang namun deposit hadir dalam jumlah yang lebih luas namun tidak seluas porfiri.
Contoh Perusahaan yang karakteristiknya High Sulfidation: MDKA (Tambang Emas Tujuh Bukit), UNTR( Agincourt Resources/Martabe Gold Mine), CUAN (Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)
B. Low Sulfidation
Deposit ini dicirikan dengan adanya vein kuarsa yang terisikan oleh Emas dan Perak. Namun endapan ini tidak seluas endapan High Sulfidation karena keterdapatan emas dan perak hanya di tempat-tempat tertentu yang memiliki vein kuarsa. Biasanya karateristik depositnya adalah Au-Ag (Emas dan Perak). Bahasa mudahnya: Kadarnya tinggi sekali namun volumenya cenderung kecil
Contoh perusahaan: $PSAB (Bakan Gold, Sulawesi Utara), ARCI (Tokatindung,Sulawesi Utara), ANTM (Pongkor, Bogor), MDKA (Pani Gold Project,Gorontalo), Gosowong (PT. Nusa Halmahera Mineral (H.Robert), SQMI (Di Ciamis)
2. Deposit Porfiri
Deposit ini merupakan deposit yang dicirikan adanya intrusi batuan asam besar yang teralterasi, dengan mineralisasi tersebar dan urat kecil. Umumnya pada tipe Deposit Porfiri itu volumenya sangat besar hingga +/- 5 km dibawah permukaan namun kadarnya tidak sebesar Deposit High Sulfidation dan Low Sulfidation. Biasanya perusahaan pertambangan dari US, Australia, dan Canada umumnya ke Indonesia untuk mencari deposit dengan karateristik seperti ini karena yang mereka incar adalah volume yang besar demi prospek bisnis yang jangka panjang. Mineral penciri deposit ini adalah Cu-Au (Tembaga dan Emas) dan Cu-Mo (Tembaga dan Molybdenum). Dari diskusi saya dengan rata-rata manajer eksplorasi dan senior saya di Pertambangan, umumnya biaya yang diperlukan untuk eksplorasi deposit ini adalah minimal 1 Triliun dan Waktu Eksplorasinya minimal 10 tahun (Rata-rata eksplorasi Deposit HS dan LS umuknya memakan waktu 3-6 tahun)
Contoh: Freeport (Big Gossan,Kucing Liar, Grasberg,dll), MDKA (Tambang Tembaga Tujuh Bukit), Sumbawa Timur Mining (Onto Deposit, Vale Base Metal (Canada), $UNTR (Dari report dan diskusi sesama rekan Geologist, tapi kebenaranya belum diketahui pasti karena belum ada report resmi), $AMMN (Batu Hijau, Elang, Rintih)
Semoga Bermanfaat,Kalau ada salah informasi mungkin bisa ditambahkan agar lebih memperkaya informasi kita. Selain itu maaf apabila salah kata, karena ini pertama kalinya saya menulis thread untuk khalayak umum. Kedepannya saya ingin meningkatkan kemamluan menulis saya. Kedepannya juga saya akan berusaha membagikan informasi yang informatif mengenai pertambangan di Indonesia dari kacamata seorang Geologist.
kalau ada pertanyaan bisa dikomen saja, manatau ada yang bisa saya jawab