Cara Membuat Portofolio yang Stabil dan Seimbang
Investasi saham itu bisa jadi cara yang bagus buat nambah cuan, tapi kalau salah langkah, bisa bikin pusing. Nah, biar tetap tenang dan cuan, kita perlu bikin portofolio yang stabil dan seimbang. Kita akan bahas cara pilih emiten, hitung bobot persentase, proyeksi target ke depan, sampai rebalancing portofolio.

Langkah 1: Tentukan Tujuan dan Profil Risiko Kita
Sebelum mulai nyusun portofolio, kita harus tahu dulu apa tujuan kita. Misalnya, kita punya dana Rp200 juta dan pengen investasi jangka panjang, targetnya dapat keuntungan 8-12% setahun, tapi kita nggak mau terlalu stres kalau pasar turun. Jadi, kita pilih pendekatan stabil: fokus ke saham yang fundamentalnya kuat, kasih dividen bagus, dan harganya nggak naik-turun terlalu ekstrem.
Profil risiko itu penting banget. Kalau kita tipe yang tahan banting, mungkin bisa ambil saham yang lebih berisiko. Tapi kalau kita lebih suka yang aman-aman aja, kita cari saham dari perusahaan besar yang stabil (blue chip) dan saham yang kasih dividen, plus sedikit saham pertumbuhan biar ada tambahan cuan.'

Langkah 2: Pilih Emiten yang Cocok
Langkah pertama yang paling penting adalah memilih saham atau emiten yang tepat. Emiten ini adalah perusahaan-perusahaan yang sahamnya kita beli. Kita nggak mau asal pilih, harus ada kriteria yang jelas biar portofolio kita kuat dan nggak gampang goyah. Kita biasanya pakai pendekatan sederhana tapi efektif buat nyaring saham-saham yang oke.

Kriteria Pemilihan Emiten
1. Fundamental yang Kuat
Kita cari perusahaan yang kondisi keuangannya sehat. Caranya? Lihat laporan keuangannya:
- Laba Bersih: Kita suka perusahaan yang labanya stabil atau malah naik dari tahun ke tahun. Misalnya, kalau laba bersihnya naik 5-10% tiap tahun, itu bagus.
- Utang: Kita cek rasio utang, biasanya pakai Debt to Equity Ratio (DER). Kalau DER-nya di bawah 1, artinya utangnya nggak terlalu besar dibandingkan modalnya, jadi lebih aman.
- Arus Kas: Perusahaan harus punya arus kas positif, artinya uang yang masuk lebih besar dari yang keluar, biar mereka bisa operasi dengan lancar tanpa masalah keuangan.
- Dll. sesuaikan dengan karakter masing masing.

2. Dividen Yield Tinggi
Kita suka saham yang kasih dividen, karena itu artinya kita bisa dapet pemasukan rutin meskipun harga saham turun. Dividen yield itu persentase dividen dibandingkan harga saham. Kita biasanya cari yang dividen yield-nya di atas 3%, biar ada pendapatan pasif yang lumayan.

3. Sektor yang Beragam
Biar portofolio nggak goyah kalau satu sektor lagi jelek, kita pilih saham dari sektor yang berbeda-beda. Misalnya, kita ambil saham dari sektor perbankan, tambang, konsumer, energi terbarukan, dan kesehatan. Jadi, kalau sektor tambang turun, sektor perbankan atau konsumer mungkin masih bisa naik, bikin portofolio tetap seimbang.

4. Volatilitas Rendah
Kita cari saham yang pergerakan harganya nggak terlalu liar, biar nggak bikin deg-degan. Caranya, kita lihat beta saham. Beta itu ukuran volatilitas saham dibandingkan pasar (IHSG). Kalau beta-nya kurang dari 1, berarti saham itu lebih stabil dibandingkan pasar. Kita biasanya pilih saham dengan beta 0.8-1.0 biar aman.

5. Potensi Pertumbuhan
Kita juga lihat Margin of Safety (MoS), yaitu selisih antara harga saham sekarang sama nilai wajarnya. Nilai wajar ini bisa kita hitung pakai metode sederhana, misalnya lihat Price-to-Earnings (PE) ratio dibandingkan rata-rata sektor. Kalau MoS-nya di atas 20%, artinya saham itu punya potensi naik yang bagus, jadi kita masukin ke daftar.

===================================================
tulisan berlanjut
Tag random $ADRO $ABMM $ARCI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy